Senin, 14 April 2014

Standard


MAKALAH BIMBINGAN KONSELING SOSIAL
"KONSEP DASAR BIMBINGAN KONSELING SOSIAL"

DISUSUN OLEH :
 1. ACH.KHOLIL 
 2. DEWI MEI SINTA
 



BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Bimbingan
       Secara etimologi kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa inggris “guidance”. Kata “guidance” adalah kata dalam bentukmashdar (kata benda) yang bersasal dari kata kertja “to guide” artinya menunjukan, bimbingan, atau menuntun orang lain ke jalaan yang benar.
       Jadi, kata “guiadance” berarti pemberian petunjuk, pemberian bimbingan atau tuntunan kepada orang lain yang membutuhkan.
       Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum dapat diatikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan. Namun, walaupun demikian tidak berarti semua bentuk bantuan atau tuntunan adalah bimbingan. Jika misalnya, ad seorang mahasiswa datang kepada dosen wali sebagai pembimbing akademiknya menyampaikan bahwa sampai saat terakhir pembayaran uang SPP hari ini, uang kirimanya belum datang, kemudian dosen pembimbing akademiknya meminjamkan mahasiswanya tersebut uang untuk membayar SPP, tentu bantuan ini bukan termasuk bentuk bantuan yang dimaksudkan dengan pengertian bimbingan (guidance).[1][1]
Menut beberapa ahli bimbingan yaitu:
·         Menurut Chiskolm, dalam Mc Daniel, 1959
Bimbingan adalah membantu setiap individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri.
·         Menurut Tiedeman, dalam Bernard & fullmer, 1969
            Bimbingan adalah membantu seseorang agar menjadi berguna, tidak sekedar mengikuti kegiatan yang berguna.
·         Menurut Failor, salah seorang pembimbing dan konseling disekolah mengartikan bimbingan sebagai berikut
       Bimbingan adalah bantuan kepada seseorang dalam proses pemahaman dan penerimaan terhadap kenyataan yang ada pada dirinya sendiri serta perhitungan
(penilaian) terhadap lingkungan sosio-ekonomisnya masa sekarang dan kemungkinan masa mendatang dan bagaimana mengintegrasikan kedua hal tersebut melalui pemilihan-pemilihan serta penyesuaian-penyesuaian diri yang membawa pada kepuasan hidup pribadi dan kedayagunaan hidup ekonomi sosial.
·        Stoops dan Walquist menyatakan bimbingan yaitu
            Bimbingan adalah proses yang terus-menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemapuannya secara maksimum dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.
      
       Model bimbingan yang berkembang saat ini adalah bimbingan perkembangan. Visi bimbingan perkembangan berrsifat edukatif, pengembangan, dan outreach. Edukatif karena titik berat layanan bimbingan perkembangan ditekankan pada pencegahan dan pengembangan bukan korektif atau terapeutik, walaupun layanan tersebut juga tidak diabaikan.
B. Pengertian Konseing
Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkunganya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.
Dalam berbagai literatur diuraikan konseling dalam bermacam-macam pengertian. Sebagian ahli memaknakan konseling dengan menekankan pada pribadi klien, sementara yang lain menekankan pada pribadi konselor, serta berbagai fariasi definisi yang bmemiliki penekanan sendiri-sendiri. Perbedaan-perbedaan ini terjadi karena setiap ahli memiliki latar belakang falsafah yang berbeda. Sebagai ilustrasi pada bagian berikut akan dikemukakan beberapa pengertian konseling, yang kemudian akan dirumuskan benang merahnya. [2][2]
Carl Rogers, seorang psikolog humanistik terkemuka, berpandangan bahwa konseling merupakan hubungan terapi dengan klien yang bertujuan untuk melakukan perubahan self diri pada pihak klien. Rogers menegaskan pengertian konseling sebagai akibat dari stuktur hubungan konselor dengan klienya.
Ahli lain, Hackney dan Cormier (1979) lebih memberikan penekanan pada fungsi pihak-pihak yan terlibat. Mereka menegaskan bahwa konselor adalah tenaga terlatih yang berkemauan untuk membantu klien.
Pietrofesa (1978) dalam bukunya The Authentic Counselor, sekalipun tidak berbeda dengan rumusan sebelumnya, mengemukakaan secara singkat bahwa konseling adalah proses yang melibatkan seseorna profesional berusaha membantu orang lain dalam mencapai pemahan dirinya (self understanding), membuat keputusan dan pemecahan masalah.
Meskipun bukan bermaksut merangkum berbagai beberapa pengertian yang dikemukakan banyak ahli, stefflre Grant menyunsun pengertian yang cukup lengkap mengenai konseling ini. Kedua penulis ini menegaskan setidaknya ada empat hal yang ditekankan sebagai berikut:
      1. Konseling sebagai proses
                  Konseling sebagai proses berarti konseling tidak dapat dilakukan sesaat.  Proses mberarti ada selang waktu tertentu yang diperlukan dalam hubungan konseling dan dalam menyelesaikan masalah yang dialami klien. Dalam beberapa hal, konseling tidak hanya dilakukan sekali pertemuan. Untuk membantu klien yang memiliki masalah cukup berat dan kompleks, konseling dapat dilakukan beberapa kali pertemuan secara berkelanjutan.
      2. Konseling sebagai hubungan spesifik
                  Hubungan antara konselor dengan klien merupakan unsur penting dalam konseling. Hubungan yang dibangun konselor selama proses konseling dapat meningkatkan keberhasilan konseling dan dapat pula membuat konseling gagal. Dalam kehidupan sosial sebenarnya “hubungan” satu dengan yang lain itu selalu ada. Ada hubungan guru dengan murit, hubungan dokter dan pasien, hubungan orang tua dan anak, dan dalam konseling hubungan konselor dengan (beberapa) klien. Namun demikian, hubungan konseling harus dibangun secara spesifik berbeda dengan pola hubungan sosial biasa, karena konseling membutuhkan hubungan yang diantarannya perlu adanya keterbukaan, pemahaman, penghargaan secara positif tanpa syarat, dan impati.
      3. Konseling adalah membantu klien
                  Hubungasn dalam konseling itu bersifat membantu (helping). Hubungan membantu itu berbeda ddengan memberi (giving) atau mengambil alih pekerjaan orang lain. Membantu tetap memberi kepercayaan kepada klien untuk bertanggung jawab dan menyelesaikan segala masalah yang dihadapinya. Hubungan konseling tidak bermaksud mengalihkan pekerjaan klien kepada konselor, tetapi memotivasi klien untuk lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dalam  mengatasi masalahnya.
      4. Konseling untuk mencapai tujuan hidup
                  Konseling diselenggarakan untuk mencapai pemahaman dan penerimaan diri, proses belajar dari berperilaku tidak adaptif menjadi adaptif, dan belajar melakukan pemahaman yang lebih luas tentang dirinya yang tidak hanya membuat know about tetapi juga belajar how to sejalan dengan kualitas dan kapasitasnya. Tujuan akhir konseling pada dasarnya sejalan dengan tujuan hidupnya yang oleh Maslow (1986) disebut aktualisasi diri.[3][3]

C. Pengertian Bimbingan Konseling Sosial
Bimbingan dan konseling sosial adalah proses bantuan untuk memfasilitasi siswa agar mampu mengembangkan pemahaman dan keterampilan berinteraksi sosial atau hubungan insani (human realtionship) dan memecahkan masalah-masalah sosial yang dialaminya.
Menurut Sukardi, bimbingan sosial membantu siswa mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang dilandasinya budi pekerti luhur, tanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan.
Bimbingan sosial, menyangkut pengembangan yaitu
(a) pemahaman tentang keragaman budaya atau adat istiadat,
 (b) sikap-sikap sosial (sikap empati, altruis, toleransi, dan kooperasi), dan
 (c) kemampuan berhubungan sosial secara positif dengan orang tua, guru, teman, dan staf sekolah (Yusuf, 2009: 55).
Bimbingan dan konseling sosial diberikan dengan cara menciptakan lingkungan sosial sekolah yang kondusif, dan membangun interaksi pendidikan atau proses pembelajaran yang bermakna (memberikan nilai manfaat bagi perkembangan protensi siswa secara optimal.[4][4]
D. Dimensi-dimensi kemanusiaan
            Kalau ditilik lebih mendalam, keberadaan dan kehidupan manusia, baik perseorangan maupun kelompok, tampak gejala-gejala mendasar sebagai berikut.
            Pertama, antara orang yang satu dengan orang-orang lainnya terdapat berbagai perbedaan yang kadang-kadang bahkan sangat besar. Persamaan di antara orang-orang itu memang banyak, seperti sama-sama memerlukan makanan dan minuman serta udara segar, sama-sama menghendaki kesenangan dan kebahagiaan, sama-sama dapat menderita dan mengalami kesembuhan, sama-sama dapat mempelajari sesuatu, ingat dan lupa, sama-sama menginginkan untuk dicintai dan mencintai, sama-sama dapat merespon peransangan yang datang dari dalam dan dari luar dirinya, dan lain sebagainya. Namun demikian, perbedaan yang terdapat, diantara setiap orang cukup, atau sangat banyak, atau bahkan tak terhitung jumlahnya. Dari segi penampilan fisik misalnya dapat diketahui yang seorang berjenis kelamin pria, sedangkan yang lain wanita, seorang cebol sedangkan yang lain pendek, sedang, jankung, atau amat jangkung, kurus-kering. Kerempeng, gembrot, kekar, atletis, tampak tak berdaya, loyo, sakit-sakitan, sehat, cantik, gagah, sederhana, berwajah kriminal, mata sipit, mata besar, mata sayu, mata tajam, dan lain sebagainya. Kualitas perbedaan yang disebutkan itu terlalu sederhana. Apabila keadaan perseoragan itu ditelusuri lebih jauh dan dibandingkan yang satu terhadap yang lainnya akan tampak seribu satu macam perbedaan yang semakin halus. Orang
sering berkata: “Kepala sama berbulu, pendapat berlain-lain”. Kalimat itu menggambarkan betapa luasnya kemungkinan perbedaan pendapt orang yang satu dari orang lain. Meskipun peribahasa Air cucuran dari atap jatuhnya ke pelimbanhan juga Menggambarkan bahwa anak mewarisi sifat-sifat orang tuanya, namun betapa banyak kenyataan yang menunjukan adanaya perbedaan-perbedaan yang sering kali amat besar antara sifat-sifat anak dan oarang tuanya itu. Bahkan diantara dua orang saudara kembar bpun sering kali dijumpai adanya perbedaan-perbedaan yang nyata.
            Kedua, semua orang memerlukan orang lain. Tiada seorang oun memperoleh kehidupan yang menyenangkan dan membahagiakan apabila oarang tidak pernah berperan terhadapnya. Dari tinjauan agama, Adam sebagai manusia pertama yang diciptakan Tuhan memerlukan kawan, maka diciptakan Siti Hawa. Kemudian keturunan Adam dan Hawa saling berinteraksi sesama mewujudkan keberadaan dan kehidupan mereka di dunia.
            Seorang bayi yang terlahir ke dunia memerlukan orang lain agar ia dapat terus hidup dan berkembang nmenjadi manusia. Tanpa ada dan berperannya orang lain (ibu, bapaknya, saudara dan famili-famili, guru-gurunya, teman-temanya, dokternya dan sebagainya), bayi itu kemungkinan akan meninggal dunia. Dalam kenyataan memang pernah dijumpai seorang “manusia srigala”. Dari namanya “manusia srigala”, diketahui bahwa ia bukanlah manusia yang sebenar-benarnya manusia. Ia adalah seorang manusia yang dibesarkan oleh serigala dihutan. Konon ceritanya, ia semula adalah seorang bayi terlantar ditinggalkan oleh orang tuanya di hutan yang kemudian ditemukan dan dipelihara oleh “keluarga mserigala”. Dalam lingkungan serigala itulah bayi tersebut dibesarkan sehingga ia menjadi manusia yang bertingkah laku serigala. Dari gambaran tersebut dapat diketahui bahwa bayi itu dapat terus hidup karena adanya “orang” lain, yaitu yang memeliharanya, dan dari serigala itulah bayi itu memperoleh makanan, pendidikan pengajaran dan bimbingan dari serigala. Dengan demikian, jelaslah betapa besar“orang lain” terhadap kehidupan dan perkembangan seseorang sejak masa keberadaanya yang paling awal di dunia.
            Lebih jauh, kehidupan sehari-hari setiap orang menampilkan kebersamaanya dengan orang lain. Hampir setiap kegiatan seseorang melibatkan berperananya orang lain. Kegitan makan misalnya, melibatkan sejumlah besar orang : yang memasak, yang menciptakan resep, yang mengadakan bahan-bahan masakan, dan lain sebagainya.[5][5]
            Ketiga, kehidupan manusia tidak bersifat acak ataupun sembarangan, tetapi mengikuti aturan-aturan tertentu. Hampir semua kegiatan manusia, baik perseorangan maupun kelompok, mengikuti aturan-aturan tertentu.
            Sementara itu, manusia berbeda dengan binatang adalah pengambil keputusan dan mengadakan penyesuaian-penyesuaian ketika menghadapi situasi yang berubah-ubah. Ini menghasilkan perubahan-perubahan pola porilakunya. Dalam pergaulan dengan orang lain aturan-aturan dimaksudkan justru semakin diperlukan. Bersama orang lain seseorang tidak boleh sembarangan; tidak boleh menang sendiri; dan sebagainya. Dalam bermain bersama orang lain harus mengikuti aturan permainan. Seluruh aturan dan ketentuannya yang dimaksudkan itu pada dasarnya ditunjukan demi tercapainya kesenangan dan kebahagiaan manusia, baik secara perseorangan maupun kelompok dalam artin yang seluas-luasnya.
            Keempat, juga dari suduttinjauan agama, kehidupan semata-mata kehidupan di dunia fana, melainkan juga menjangkau kehidupan di akhirat. Semakin di sadari keterkaitan pada sang pencipta. Tuhan Yang Maha Esa. Kesadaran tersebut pada giliranya mewarnai perikehidupan manusia, baik secara perseorangan maupun kelompok. Kegiatan-kegitan kemanusiaan, baik sehari-hari maupun yang berjangka lebih panjang, di beri warna dan jangkauan yang tidak sekedar saat ini atau hari ini saja, melainkan berjangkauan kedepan yang lebih jauh dan lebih jauh lagi sampai mengingatkan bahwa apa yang dikerjakan saat ini atau hari ini bukan semata-mata untuk kepentingan saat ini atau hari ini saja, melainkan juga untuk kepentingan hari esok, bahkan untuk kepentingan kelak di kemudian hari. Apa yang di kerjakan sekarang akan di petik hasilnya kelak di kemudian hari. Lebih jauh, apa yang dilakukan sekarang merupakan perbuatan yang derajat imbalanya akan di perhitungkan bagi kehidupan di akhirat.
            Gejala-gejala mendasar yang urainya di sajikan secara ringkas pada empat nomer di muka membedakan dengan nyata keberadaan dan kehidupan manusia dari mahkluk-makluk lainnya. Pada binatang sepertinya memang terdapat perbedaan, kebersamaan dan aturan-aturan sebagaimana digambarkan pada nomer pertama, kedua dan ketiga di muka, seperti ada kambing yang badanya besar dan kecil, kambing betina dan jantan, kambing yang tanduknya besar dan kecil; sejumlah semut bersama-sama mengangkut bangkai lipas; dua ekor semut besar saling menyapa; waktu berpapasan; ribuan lebah yang sedang membangun sarangnya mremperlihatkan adannya pembagian tugas antar warga di sarang lebah dan sebagainya; tetapi, perbedaan, kebersamaan dan aturan yang terdapat pada binatang itu sifatnya tertutup, sedangkan yang ada pada manusia sifatnya terbuka. Tertutup arti maknanya amat terbatas dan tidak dapat dikembangkan oleh binatang itu sendiri, sedangkan terbuka arti maknanya amat luas dan dapat dikembangkan oleh manusia sendiri. Kebersamaan yang ada pada binatang bersifat instingsing, artinya disebabkan oleh insting pada binatang itu.[6][6]


[1][1] Samsul Munir Amin, AMZAH, Bimbingan dan Konseling Islam. Hal 3-4
[2][2] Dr. Achmad Juntika Nurihsan, M.P.d, Pt Refika Aditama, Bimbingan dan Konseling.Hal 6
[3][3] Universitas Muhammadiyah Malang, Ridlo S, Psikologi Konseling. Hal 6-7
[4][4] Farid Mashudi, IRCiSoD, Psikologi Konseling. Hal 67
[5][5] Prof. Dr. Priyanto, Rineka Cipta, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Hal 12-13
[6][6] Prof. Dr. Priyanto, Rineka Cipta, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Hal 12-14-15

0 komentar:

Posting Komentar