BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam kehidupan
yang sesuai petunjuk Al- Qur’an dan As-Sunnah, akan menjadikan kehidupan lebih
baik, lebih menyenangkan dan lebih nikmat, melalui pembentukan seorang pribadi
muslim yang tulus, yang akan menghadirkan gambaran Islam yang jelas dan indah,
sehingga ketika orang melihatnya, mereka akan melihat islam yang sejati dan
ketika orang berhubungan dengannya, keimanan mereka akan bertambah. Kemanapun
ia pergi, mereka menjadi teladan bagi lingkungan sekitarnya. Muslim ideal
memang menggambarkan manusia yang sempurna dengan ini manusia ideal sama juga
dengan insan kamil dimana insan kamil ini dapat di juluki untuk Nabi Muhammad
saw. hal ini merupakan sesuatu yang sangat istimewa.
Namun pada
dasarnya banyak yang ingin sedang
menempuh atau sedang proses untuk menjadi muslim ideal atau juga insan kamil,
banyak para kyai atau ulama yang sedang belajar menjadi insan kamil atau muslim
ideal.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang di maksud muslim ideal?
2.
Bagaimana pandangan islam terhadap
muslim ideal?
3.
Bagaimana karakteristik muslim
ideal?
C.
Tujuan
1.
Mendeskripsikan pengertian muslim
ideal.
2.
Mendeskripsikan pandangan islam
terhadap muslim ideal.
3.
Mendeskripsikan karakteristik
muslim ideal.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Muslim Ideal
Muslim berarti orang islam. Kata “islam” seakaar dengan kata dengan al-salam,
al-salm dan al-silm yang berarti menyerahkan diri, kepasrahan,
ketundukan dan keapatuhan; kata “al-silm” dan ”al-slam” ynag
berarti damai atau aman; dan kata “al-salm”, “al-salam” dan “al-salamah” yang berarti bersih dan selamat dari cacat,
baik lahir maupun batin. Orang yang berislam adalah orang yang menyerah,
tunduk, patuh, dalam melakukan perilaku yang baik, agar hidupnya bersih lahir
dan batin yang pada gilirannya akan mendapat keselamatan dan kedamaian hidup di
dunia dan akhirat.[1]
Yang di maksud tentang mukmin adalah orang yang memeluk agama islam, kata ini mengisyratkan makna penuh
ketundukkan tehadap kehendak tuhan. Idealnya seorang muslim adalah orang yang
tunduk.[2]
Sedang yang disebut seorang muslim artinya
orang yang telah berpasrah diri, dalam hal ini berpasrah kepada Tuhan , tetapi
dalam rangking manusia berkualitas.
Menurut najay majid muslim ialah orang yang
menerima dan mengamalkan kewajiban seorang mukmin.
Dari pnegertian tersebut di atas dapat di
katakan bahwa mukmin sama dengan muslim dalam arti muslim yang ideal, sehingga
ciri-ciri atau sifat-sifat mukmin yang tersebut dalam al-qur’an dikategorikan
juga sebagaiciri-cir muslim yang ideal.
$yJ¯RÎ) cqãZÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# #sÎ) tÏ.è ª!$# ôMn=Å_ur öNåkæ5qè=è% #sÎ)ur ôMuÎ=è? öNÍkön=tã ¼çmçG»t#uä öNåkøEy#y $YZ»yJÎ) 4n?tãur óOÎgÎn/u tbqè=©.uqtGt ÇËÈ úïÏ%©!$# cqßJÉ)ã no4qn=¢Á9$# $£JÏBur öNßg»uZø%yu tbqà)ÏÿZã ÇÌÈ y7Í´¯»s9'ré& ãNèd tbqãZÏB÷sßJø9$# $y)ym 4 öNçl°; ìM»y_uy yYÏã óOÎgÎn/u ×otÏÿøótBur ×-øÍur ÒOÌ2 ÇÍÈ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila
disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan
sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi
Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.” (QS.Al-anfal : 2-4)
Sebelum membahas
mengenai pengertian muslimah, kita terlebih dahulu akan membahas pengertian
muslim. Secara harfiah “muslim” itu artinya “berserah diri”. Namun secara
istilah “muslim” adalah orang yang beragama Islam. Berarti muslim adalah orang
yang mengucapkan dua kalimat syahadat, yaitu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, serta berserah diri
kepada-Nya. Sedangkan muslimah adalah sebutan untuk wanita muslim, yaitu wanita
yang beragama islam.[3]
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, ideal; ide-al berarti sangat sesuai dengan yang
dicita-citakan atau diangan-angankan atau dikehendaki.[4]
Jadi, Muslim ideal adalah muslim yang sangat sesuai
dengan tuntunan agama islam, yang menjadi dambaan bagi semua orang. Muslim
ideal adalah muslim yang tunduk dan patuh mengikuti secara lahir dan batin
terhadap ajaran-ajaran (hukum-hukum) agama islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad
selaku utusan Allah SWT, sebagai bukti keimanan yang menjadi keyakinan dalam
hatinya yang mana sudah menjadi suatu angan-angan yang tersendiri bagi muslim
ideal atau muslim sempurna.
Kepribadian muslim disini meliputi lima rukun
islam, yaitu;[5]
1.
Membaca dua kalimat syahadat, yang
melahirkan kepribadian syahadatain;
2.
Menunaikan sholat, yaitu melahirkan
kepribadian musholli;
3.
Mengerjakan puasa, yang melahirkan
kepribadian sha’im;
4.
Membayar zakat, yang melahirkan
kepribadian muzakki;
5.
Melaksanakan haji, yang melahirkan
kepribadian hajji.
B.
Pandangan Islam Terhadap Muslim
Ideal
Sesungguhnya islam telah memberikan penghargaan dan
penghormatan kepada kaum wanita dengan setinggi-tingginya, ia memberikan
kedudukan yang teramat mulia dan luhur. Islam datang dengan membawa rahmat bagi
seluruh makhluknya yang mulia.
Menurut pandangan Islam, Muslimah ideal adalah
kepribadian islam sejati, wanita muslim sebagaimana dijelaskan oleh Al-Qur’an
dan Al-Hadist. Muslimah ideal memang tidak ada bandingnya, ia adalah wanita
yang mulia dan memiliki keunggulan moral sejati, ia adalah model peran diantara
anggota keluarga dan masyarakat. Ketaatannya pada Qur’an dan Sunnah sudah cukup
untuk mencegah pandangan sesat yang terdapat di kalangan muslim dan non-muslim
yang dipengaruhi oleh kebobrokan moral ideology feminisme dari musuh-musuh
islam.[6]
Untuk menjaga kehormatan dan kesucian itulah,
Allah memerintahkan muslimah untuk menutup auratnya dan tidak dipamerkan
kepada orang yang bukan mahramnya. Allah SWT berfirman, » Katakanlah kepada
wanita yang beriman:”Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara
kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang
(biasa) nampak dari mereka.Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedada
mereka, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami
mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka,
atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau
putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan
mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki atau
pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau
anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.Dan janganlah mereka
memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.Dan
bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS.
al-Nur (24): 31).
Dari penjabaran diatas sudah jelas bahwa Allah
memerintahkan kepada muslimah untuk menjaga pandangan, memelihara kemaluan, dan
tidak menampakkan perhiasan, kecuali yang biasa nampak, serta menutup kain
kudung kedada mereka. Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda,” Wanita
yang paling baik adalah muslimah yang apabila anda melihatnya, kau akan senang,
apabila kau menyuruhnya dia akan taat, dan apabila engkau tidak ada di
sampingnya, dia akan menjaga dirinya dan hartamu, (HR. Ibnu Jarir).
Muslim
dikaitkan dalam berbagai hal, dalam bukunya Muhammad Ali al-Hasyimi
mengaikatkan muslim menjadi 8, di antaranya:[7]
1.
Muslim dan Tuhannya.
Seorang muslim haruslah tulus patuh kepada
Allah SWTdalam keadaan bagaimanapun, mengikuti semua perintah-Nya dan menjahui
segala larangan-Nya. Dalam menjalani kehidupannya, seorang muslim senantiasa
ridha menerima kehendak dan ketentuan dari Allah SWT, dengan selalu “bersyukur”
disaat memperoleh kenikmatan dan kebahagiaan serta “bersabar” disaat
mendapatkan ujian dan cobaan kehidupan dunianya.
2. Muslim dan Pribadinya
Islam menganjurkan agar kaum muslimin bergaul
dengan orang lain. Mereka dengan mudah bisa dibedakan dari penampilannya,
pakaiannya, perilakunya yang sopan dan tindakannya yang baik, sehingga mereka
menjadi teladan dan berguna bagi masyarakat. Seorang muslim yang bijak adalah
yang memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan badan,
pikiran dan jiwanya, dengan bimbingan yang bijak dari contoh perilaku Nabi SAW.
3. Muslim dan Orang tuanya
Salah satu karakteristik utama
seorang muslim adalah perlakuannya yang baik kepada orang tuanya. Islam
meng-angkat derajat menghormati orangtua pada tingkat yang sangat tinggi, dan
melebihi sikapnya kepada orang lain di dunia ini. Tidak ada perbuatan lain yang
dapat membawa seseorang lebih dekat kepada Allah SWT dari pada perbuatan baik dan sikap hormat kepada Ibunya, orang
tuanya.
4. Muslim dan Istrinya/suaminya
Pernikahan dalam Islam
menawarkan ketenangan jiwa dan kedamaian pikiran, sehingga laki-laki dan
perempuan dapat hidup bersama dalam suasana cinta, kasih sayang, harmonis,
kerjasama, saling menasehati dan toleran serta meletakkan pondasi untuk
mengangkat “Keluarga Islam” dalam suatu lingkungan
yang lestari dan sehat.
5. Muslim dan Anak-anak serta Keluarganya
Anak adalah buah hati
orangtuanya, yang merupakan salah satu sumber utama kebahagiaan keluarga. Namun
hal ini tergantung pada bagaimana orangtuanya memberikan pendidikan yang
baik dan ketat sesuai dengan ketentuan agama islam. Islam menempatkan beban
tanggungjawab di pundak setiap muslim untuk memberikan kepada anak-anaknya
pendidikan agama yang tegas, dengan kasih sayang untuk mematuhi Allah SWTdan
Rasul SAW, dimulai dari lingkungan keluarganya.
6. Muslim dan Tetangganya
Seorang muslim yang benar-benar paham akan
ajaran agamanya, biasanya menjadi orang yang terbaik dalam berhubungan dengan
tetangganya, paling menghormati dan paling baik hatinya. Menghormati
tetangga merupakan contoh toleransi yang ditekankan islam.
7. Muslim dan Saudara Seimannya
Salah satu sifat seorang muslim sejati adalah kecintaannya
kepada teman-temannya saudara-seiman, yang tidak berdasarkan kepentingan
duniawi, yang pengaruhnya terhadap perilaku ummat Islam sangat luas tanpa batas
lain, kecuali batas keimanan kepada Allah SWT. Sebuah hubungan per-saudaraan
karena cintanya kepada Allah SWT.
8. Muslim dan Masyarakatnya
Sebagai pribadi muslim yang ideal adalah seorang pribadi
yang berjiwa sosial karena ia memiliki misi dalam hidupnya yang harus
berhubungan dengan orang lain, bergaul dan berbaur dengan mereka dalam berinteraksi
sosial yang baik sesuai pemahaman agama Islam yang benar dan di contohkan oleh
Nabi SAW.
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya).
Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang mensucikan jiwa itu. Dan
sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya” (QS. As-Syams : 7-10).
Jadi, pandangan islam terhadap muslim ideal merupakan
suatu hal yang sangat dominan yang terlihat secara keseluruhan, dari kedelapan
tersebut sudah sangat jelas bahwa manusia itu merupakan sosok muslim yang
sempurna. Sesungguhnya islam telah memberikan penghargaan dan penghormatan kepada
kaum wanita dengan setinggi-tingginya, ia memberikan kedudukan yang teramat
mulia dan luhur. Islam datang dengan membawa rahmat bagi seluruh makhluknya
yang mulia. Sebagaimana dijelaskan dalam surat An-Nur, ayat 31, dan sesuai
hadist yang diriwayatkan oleh Hr. Ibnu Jarir.
C. Karakteristik Muslim Ideal
Masyarakat secara umum memandang sosok muslim ideal memang berbeda-beda.
Bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim
ideal itu tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek
ubudiyah. Padahal itu hanyalah satu aspek saja dan masih banyak aspek lain yang
harus melekat pada pribadi seorang muslim. Oleh karena itu standar pribadi
muslim yang berdasarkan Al- Qur’an
dan Sunnah merupakan sesuatu yang harus dirumuskan, sehingga dapat menjadi
acuan bagi pembentukan pribadi muslim. Bila
disederhanakan, setidaknya ada sepuluh karakter atau ciri khas yang mesti
melekat pada pribadi muslim, diantaranya;[8]
1.
Aqidah yang lurus
Lurusnya aqidah
merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih,
seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah SWT. Dengan ikatan yang kuat itu dia
tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya. Dengan kebersihan
dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya
kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: “Sesungguhnya shalatku,
ibadahku, hidupku dan matiku, semua bagi Allah tuhan semesta alam” (QS. Al-An’am [6] :162). Karena aqidah yang salim merupakan
sesuatu yang amat penting, maka dalam awal da’wahnya kepada para sahabat di
Mekkah, Rasulullah SAW mengutamakan pembinaan aqidah, iman dan tauhid.
2.
Ibadah yang benar
Menjalankan
ibadah secara benar merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW yang penting.
Dalam satu haditsnya, beliau bersabda: “Shalatlah kamu sebagaimana melihat aku
shalat”. Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan
setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul SAW yang berarti tidak
boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.
3.
Akhlaq yang baik
Akhlaq yang baik merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh
setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan
makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam
hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki
akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah SAW diutus untuk
memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya
yang agung sehingga diabadikan oleh Allah SWT di dalam Al Qur’an. Allah
berfirman yang artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang
agung” (QS. Al-Qalam [68] :4).
4.
Jasmani yang kuat
Kekuatan jasmani merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada.
Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga
dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat.
Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus
dilaksanakan dengan fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan Allah
dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya. Oleh
karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan
pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun
demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu
kadang-kadang terjadi. Namun
jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga
termasuk hal yang penting, maka Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Mukmin
yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah (HR. Muslim)
5.
Kecerdasan dalam berpikir (mutsaqqoful fikri)
Kecerdasan dalam
berpikir merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang juga penting. Karena itu
salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas). Al Qur’an juga banyak
mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berfikir, misalnya firman
Allah yang artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.
Katakanlah: ” pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi
manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya
kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir” (QS.
Al-Baqarah [2] :219)
Di dalam Islam,
tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan
aktifitas berfikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman
dan keilmuan yang luas. Bisa dibayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan
tanpa mendapatkan pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu. Oleh
karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas
seseorang, sebagaimana firman Allah yang artinya: Katakanlah: “samakah orang
yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?”‘, sesungguhnya orang-orang
yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. (QS. Az-Zumar [39] :9)
6.
Berjuang melawan hawa nafsu
Melawan hawa
nafsu merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim
karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk.
Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat
menuntut adanya kesungguhan. Kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang
dalam melawan hawa nafsu. Hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus
diupayakan tunduk pada ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Tidak beriman seseorang dari kamu
sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran
Islam)” (HR. Hakim)
7.
Pandai menjaga waktu
Menjaga waktu merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu
mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT banyak
bersumpah di dalam Al Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad
dhuha, wal asri, wallaili dan seterusnya. Allah SWT memberikan waktu kepada
manusia dalam jumlah yang sama, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24
jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena
itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: “Lebih baik kehilangan jam daripada
kehilangan waktu”. Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan
pernah kembali lagi. Oleh karena itu setiap muslim
amat dituntut untuk pandai mengelola waktunya dengan baik sehingga waktu
berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara
yang disinggung oleh Nabi SAW adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum
datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum datang
sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.
8.
Teratur dalam suatu urusan
Mengerjakan semua urusan dengan teratur termasuk kepribadian seorang muslim
yang ditekankan oleh Al Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum
Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus
diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara
bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi
cinta kepadanya. Dengan kata lain, suatu urusan
mesti dikerjakan secara profesional. Apapun yang dikerjakan, profesionalisme
selalu diperhatikan. Bersungguh-sungguh, bersemangat , berkorban, berkelanjutan
dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal-hal yang mesti mendapat perhatian
serius dalam penunaian tugas-tugas.
9.
Memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri
Berjiwa mandiri merupakan ciri lain yang harus ada pada diri seorang
muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran
dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki
kemandirian terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip
yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi.
Karena pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya
bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan ibadah haji dan umroh, zakat,
infaq, shadaqah dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu
perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al Qur’an maupun hadits dan hal
itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi. Dalam kaitan menciptakan kemandirian
inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik.
Keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah SWT. Rezeki
yang telah Allah sediakan harus diambil dan untuk mengambilnya diperlukan skill
atau ketrampilan.
10. Bermanfaat bagi orang lain
Menjadi orang
yang bermanfaat bagi orang lain merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim.
Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia
berada, orang disekitarnya merasakan keberadaan. Jangan sampai keberadaan
seorang muslim tidak menggenapkan dan ketiadaannya tidak mengganjilkan. Ini
berarti setiap muslim itu harus selalu berfikir, mempersiapkan dirinya dan
berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dan mengambil peran yang baik dalam
masyarakatnya. Dalam kaitan ini, Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (HR. Qudhy
dari Jabir). Demikian secara umum profil seorang muslim yang disebutkan dalam
Al Qur’an dan sunnah. Sesuatu yang perlu kita standarisasikan pada diri kita masing-masing.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Muslim ideal
adalah muslim yang sangat sesuai dengan tuntunan agama islam, yang menjadi dambaan
bagi semua orang. Muslim ideal adalah muslim yang tunduk dan patuh mengikuti
secara lahir dan batin terhadap ajaran-ajaran (hukum-hukum) agama islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad selaku utusan Allah SWT, sebagai bukti keimanan yang
menjadi keyakinan dalam hatinya yang mana sudah menjadi suatu angan-angan yang
tersendiri bagi muslim ideal atau muslim sempurna.
Pandangan islam
terhadap muslim ideal merupakan suatu pandangan yang terdiri dari 8 tingakatan,
yang dominan pada sosok manusia muslim ideal, diantaranya;muslim dan Tuhannya,
muslim dan pribadinya, muslim dan orang tuanya, muslim dan istri/suaminya,
muslim dan anak-anak serta keluarganya, muslim dan tetangganya, muslim dan
saudara seimannya, muslim dan masyarakatnya.
Selain itu dalam
muslim ideal memiliki kurang lebih 10 karakter dalam muslim ideal. Oleh karena itu standar pribadi
muslim yang berdasarkan Al- Qur’an
dan Sunnah merupakan sesuatu yang harus dirumuskan, sehingga dapat menjadi
acuan bagi pembentukan pribadi muslim. Bila disederhanakan, sepuluh
karakter atau ciri khas yang mesti melekat pada pribadi muslim, diantaranya;
aqidah yang lurus, ibadah yang benar,akhlak yang baik, jasmani yang kuat,
kecerdasan dalam berfikir, berjuang melawan hawa nafsu, pandai menjaga waktu,
teratur dalam suatu urusan, memilki kemampuan dalam usaha sendiri/ mandiri dan
bermanfaat bagi orang lain.
B.
Saran
1.
Bagi pembaca, sebaiknya
mampu menyaring dan mengambil intisari pokok-pokok makalah ini agar dapat mengetahui berbagai
pengertian penderitaan, kematian, dan harapan.
2.
Bagi penulis, sebaiknya mampu menghadirkan makalah yang
berbobot dan berkualitas agar pembaca
bisa mengambil manfaat penulisan sertai si makalah ini dengan semaksimal
mungkin.
3.
Bagi pembimbing,
sebaiknya selalu mendampingi penulis dan pembaca agar mampu memahami isi
makalah dengan sebaiknya.
[1] Abdul Mujib, Kepribadian
dalam Psikologi Islam, (Jakarta;PT RajaGrafindo Persada, 2007), hal. 249
[3] Muhammad Ali Al-Hasyimi, Muslimah Ideal,
(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000). Hal 185-186.
[4] Abdullah, M.K. Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia Terbaru. (Jakarta: Sandro Jaya). Hal 68.
[5] Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi
Islam, hal. 250
[6]Al- Asyumi Ummu Mahmud, dkk. 2009. Panduan Etika Muslimah Sehari-hari.
(Surabaya: Pustaka eLBA), hal. 33
[8] Al- Asyumi Ummu Mahmud, dkk. 2009. Panduan Etika Muslimah Sehari-hari.
Surabaya: Pustaka eLBA, hal. 68
Ingin Cari Kaos Dakwah Terbaik, Disini tempatnya:
BalasHapusKaos Islami Dakwah
Mau Cari Bacaan Cinta Generasi Milenia Indonesia mengasikkan, disini tempatnya:
Hati yang Tulus Tak Bisa Direkayasa