MAKALAH
“Sejarah dan Peradaban Islam Masa Mughal di India”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
SEJARAH DAN
PERADABAN ISLAM
Disusun Oleh :
1.
Ni’matus Sholikha (B33212050)
2.
Dyah Ekawati Putri (B53212090)
3.
Nailin Nuha Salsabila (B33212049)
4.
Abang
Mohd Nazmi (B43212057)
5.
Zainuddin
Rois (B33208005)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dinasti Islam Di India Sebelum Pendirian Dinasti Mughal
Sejak zaman Nabi SAW,
India telah memiliki sejumlah pelabuhan sehingga terjadi interaksi antara India
dengan Nabi SAW. Oleh karena itu, dagang dan dakwah menyatu dalam satu kegiatan
sehingga raja Kadangalur, Cheraman Perumal, memeluk agama Islam dan mengganti
namanya menjadi Tajuddin, dan ia sempat bertemu dengan Nabi Muhammad SAW. Pada
zaman Umar ibn Khatab, Mughirah berusaha menaklukan Sind, tapi usahanya gagal
(246-644). Pada zaman Usman ibn Affan dan Ali ibn Thalib, dikirim utusan untuk
mempelajari adat-istiadat dan jalan-jalan menuju India. Pada zaman Mu’awiyah I,
Muhammad ibn Qasim berhasil menaklukan dan diangkat menjadi amir Sind
dan Punjab. Kepemimpinan di Sind dan Punjab dipegang oleh Muhammad ibn Qasim
setelah berhasil memadamkan perampokan-perampokan terhadap umat Islam disana.
Karena pertikaian internal (antara al Hajjaj dan Sulaiman), dinasti ini
melemah; dan ketika keadaan lemah, dinasti ini ditaklukan oleh dinasti Gazni.[1] Pada
zaman Al-Ma’mum (khalifah dinasti Bani Abbas), diangkat sejumlah amir
untuk memimpin daerah-daerah. Diantara yang dipercaya untuk diangkat menjadi amir
adalah Asad ibn Saman utuk daerah Transoxsiana. Ia diangkat menjadi amir
setelah berhasil membantu khalifah Bani Abbas dalam menaklukan dinasti Safahari
yang berpusat di Khurasan.[2] Dinasty
Samani (874-999) mengangkat Alpatigin menjadi amir di Khurasan.
Alpatigin kemudian digantikan oleh anaknya, Ishak. Ishak dikudeta Baltigin;
Baltiqin diganti oleh Firri; dan Firri dijatuhkan oleh Subuktigin. Subuktigin
menguasai Gazna dan kemudian mendirikan dinasti Gaznawi (963-1191 M). Dinasty
gaznawi ditaklukan oleh dinasti Guri (1191). Setelah meninggal, Muhammad Gurri
diganti oleh panglimanya, Quthbuddin Aibek (karena Muhammad Guri tidak memiliki
anak laki-laki). Quthbuddin Aibek menjadi sultan sejak tahun 1206 M. Sejak itu
berdirilah kesultanan Delhi terdiri atas :
a.
Dinasti Mamluk di Delhi
(1206-1290);
b.
Dinasti Khalji
(1290-1320);
c.
Dinasti Tughluq
(1320-1414 M);
d.
Dinasti Sayyid
(1414-1451 M); dan
e.
Dinasti Lodi (1451-1526
M).[3]
B. Asal Usul Kerajaan Mughal
Kerajaan
Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi. Jadi, di
antara tiga kerajaan besar Islam tersebut, kerajaan inilah yang termuda.
Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di anak benua India. Awal
kekuasaan Islam di wilayah India terjadi pada masa Khlifah Al-Walid, dari
dinasti Bani Umayyah. Penaklukan wilayah ini dilakukan oleh tentara Bani
Umayyah di bawah pimpinan Muhammad ibn Qasim. Pada fase desintegrasi, dinasti
Ghaznawi mengembangkan kekuatan kekuasaannya di India di bawah pimpinan Sultan
Mahmud dan pada tahun 1020 M, ia berhasil menaklukkan hampir semua kerajaan
Hindu di wilayah ini, sekaligus mengislamkan sebagian masyarakatnya. Setelah
dinasti Ghaznawi hancur, muncul dinasti-dinasti kecil seperti Mamluk (1206-1290
M), Khalji (1296-1316 M), Tuglug (1320-1412 M), dan dinasti- dinasti lain.[4]
Kerajaan Mughal adalah
kerajaan Islam yang pernah berkuasa di India dari abad ke- 16 hingga abad ke-19.
Dinasti ini didirikan oleh Zaharuddin Babur yang merupakan keturunan Timur
Lenk, penguasa Islam asal Mongol.[5] Babur
adalah nama kecil dari Zaharuddin, yang artinya singa, ia lahir pada hari
Jum’at 24 Februari 1483. Ayahnya bernama Umar Mirza menjadi amir di Fergana,
turunan lagsung dari Miransyah putra ketiga dari Timur Lenk. Sedangkan ibunya
berasal dari keturunan Jengkuai, anak kedua dari Jengis Khan. Pada usia 11
tahun, Babur kehilangan ayahnya dan sekaligus menggantikan kepemimpinan
ayahnya dalam usia yang masih sangat muda. Namun demikian ia sangat pemberani
sehingga kelihatan lebih matang dari usianya. Dia mendapat latihan sejak dini,
sehingga memungkinkannya untuk menjadi seorang pejuang dan penguasa besar.[6] Ia
berusaha menguasai Samarkand yang merupakan kota terpenting dia Asia Tengah
pada saat itu. Pertama kali ia mengalami kekalahan untuk mewujudkan
cita-citanya. Kemudian berkat bantuan Ismail I, Raja Safawi, sehingga pada
tahun 1494, Babur berhasil menaklukan kota Samarkand, dan pada dengan Tahun
1504 menaklukan Kabul, ibukota Afganistan. Dari Kabul Babur melanjutkan
ekspansi ke India yang pada saat itu diperintah Ibrahim Lodi.[7]
Ibrahim Lodi (cucu
sultan lodi), sultan Delhi terakhir, memenjarakan sejumlah bangsawan yang
menentangnya.[8]
Ketika itu kewibawaan kesultanan sedang merosot, karena ketidak mampuannya
memimpin, atas dasar itulah Alam Khan keluarga Lodi yang lain mencoba
menggulingkannya dengan meminta bantuan Zahiruddin Babur (1482-1530 M).
Permintaan itu langsung diterima oleh Babur dan bersama pasukannya menyerang
Delhi. Pada tanggal 21 April 1526 M terjadilah pertempuran yang sangat dasyat
di Panipat. Ibrahim Lodi beserta ribuan pasukannya terbunuh, dan Babur langsung
mengikrarkan kemenangannya dan mendirikannya pemerintahannya.[9]
Setelah mendirikan kerajaan Mughal, Babur berusaha
memperkuat kedudukannya. Di pihak lain raja-raja Hindu di seluruh India
menyusun angkatan perang yang besar untuk menyerang Babur dan di Afganistan,
golongan yang setia pada keluarga Ibrahim Lodi mengangkat saudara kandung
Ibrahim, Mahmud Lodi menjadi Sultan. Sultan Mahmud Lodi bergabung dengan
raja-raja Hindu tersebut. Kali ini berarti harus berhadapan dengan pasukan
koalisi, namun Babur tetap dapat mengalahkan pasukan koalisi itu dalam pertempuran
dekat Gogra tahun 1529 M. Akan tetapi ia tidak lama menikmati hasil
perjuangannya. Ia meninggal dunia pada tanggal 26 Desember 1530 M pada usia 48
tahun setelah memerintah selama 30 tahun.[10] Setelah
Babur meninggal, Zahirudin Babur digantikan oleh anaknya, Nashiruddin Humayun
(1530-1539M).[11]
Humayyun,
putra sulung Babur, dalam melaksanakan pemerintahan banyak menghadapi
tantangan.[12]
Humayyun dalam menjalankan roda pemerintahanya banyak menghadapi tantangan.
Sepanjang masa pemerintahanya negara tidak pernah aman. Ia senantiasa berperang
melawan musuh. Diantara tantangan yang muncul adalah Bahadur Syah, penguasa
Gujarat yang memisahkan diri dari Delhi. Pemberontakan ini dapat dipadamkan,
Bahadur Syah melarikan diri dan Gujarat dapat dikuasai. Pada tahun 1540 M terjadi
pertempuran dengan Syer Khan di Kanauj, dalam peperangan ini Humayun mengalami
kekalahan. Ia terpaksa melarikan diri ke Kandahar dan selanjutnya ke
Persia ia mengenal tradisi Syi’ah, bahkan sering dibujuk untuk memasukinya,
begitu pula dengan anaknya Jalaluddin Muhammad Akbar. Di sini pula ia membangun
kekuatan militer yang telah hancur, dan berkat bantuan Syah Tahmasph yang
memberikan pasukan militer sebanyak 14.000 tentara, maka pada tahun 1555,
Humayun mencoba merebut kembali kekuasaannya dengan menyerbu Delhi yang pada
saat itu diperintah Sikandar Sur. Akhirnya, ia bisa menaklukan kota ini dan ia
memerintah kembali pada tahun 1556 M.[13]
Kemudian Humayyun
digantikan oleh anaknya, Abu al-Fath Jalal al-Din Muhammad Akbar. Lebih dikenal
dengan sebutan Akbar, dilahirkan di Amarkot, 15 Oktober 1542 M. dan memerintah
(1556-1605 M) dari usia 14 tahun. Akbar sebagai wali sultan yang masih
muda maka diangkatlah Bairam Khan. Bairam seorang yang cakap, namun bukan orang
yang bijaksana.[14]
Pada masa Akbar inilah kerajaan Mughal mencapai masa keemasannya.[15]
Di
masa Akbar kerajaan tidak dijalankan dengan kekerasan, ia banyak menyatu dengan
rakyat, bahkan rakyat dari berbagai agama tidak dipandang sebagai orang lain
dan dirinya pun dibuatnya menjadi orang Hindustan sejati.[16] Di
awal masa pemerintahannya, Akbar menghadapi pemberontakan sisa-sisa keturunan
Sher Khan Shah yang masih berkuasa di Punjab. Pemberontakan yang mengancam
kekuasaan Akbar adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Hemu yang mengusai
Gwalior dan Agra. Pasukan pemberontak itu berusaha memasuki kota Delhi. Bairam
Khan menyambut kedatangan pasukan tersebut, sehingga terjadilah peperangan yang
dahsyat, yang disebut perag Panipat II pada tahun 1556 M, Himu dapat dikalahkan.
Ia ditangkap, kemudian di eksekusi. Dengan demikian, Agra dan Gwalior dapat
dikuasai penuh.
Setelah Akbar dewasa ia berusaha
menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai pengaruh sangat kuat dan
terlampau memaksakan aliran Syi’ah. Bairam Khan memberontak, tetapi dapat
dikalahkan oleh Akbar di Jullandur tahum 1561 M. Setelah persoalan-persoalan
dalam negeri dapat diatasin, Akbar mulai menyusun program ekspansi. Ia berhasil
menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal,
Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Nirhala, Ahmadnagar, Dn Asirgah. Wilayah
yang sangat luas itu diperintah dalam suatu pmemerintahan militeristik.
Dalam pemerintahan militeristik
tersebut, sultan adalah penguasa dikaktor, pemerintahan daerah dipegang oleh
seorang sipah salar (kepala komandan), sedang subdistrik dipegang oleh faujdar
(komandan). Jabatan sipil juga diberi jenjang
kepangjatan yang becorak kemiliteran. Pejabat-pejabat itu memang
diharuskan mengikuti latihan kemilliteran.
Akbar juga menerapkan apa yang
dinamakan dengan politik sulakul (toleransi universal). Dengan politik ini,
semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena perbedaan
etnis dan agama.
Kemampuann stabilitas politik karena
sistem pemerintahan yang diterapakan Akbar membawa kemajuan dalam bidang-bidang
yang lain. Dalam bidang Ekonomi kerajaan Mughal dapat mengambangkan program
pertanian, pertambangan dan perdagangan. Akan tetapi, sumber keuangan negara
lebih banyak bertumpu pada sektor pertanian. Di sektor pertanian ini,
komunikasi antara pemerintah dan petani diatur dengan baik. Pengaturan itu
didasarkan atas lahan pertanian. Deh, merupakan unit lahan pertanian terkecil.
Beberapa Deh tergabung dalam beberapa Pargana (desa). Komunitas seorang petani
dipimpin oleh seorang mukaddam. Melalui para mukaddam itulah pemerintah
berhubungan dengan petani. Kerajaan berhak atas sepertiga dari hasil pertanian
di negeri itu. Hasil pertanian kerajaan Mughal yang terpenting ketika itu
adalah biji-bijian, padi, kacang, tebu, sayur-sayuran, tembakau, kapas, nila
dan bahan-bahan calupan.
Di samping untuk kebutuhan dalam
negeri, hasil pertanian itu di ekspor ke Eropa, Afrika, Arabia, dan Asia
Tenggara bersamaan dengan hasil kerajaan, seperti kain tenun dan kain tipis
bahan gordyn yang banyak diproduksi, Jehangir mengizinkan Inggris (1611 M) dan
Belanda (1617 M) mendirikan pabrik pengolahan hasil di Surat. Bersamaan dengan
majunya bidang ekonomi, bidang seni dan budaya juga berkembang. Karya seni yang
menonjol adalah karya sastra penyair istana, baik yang berbahasa Persia mauun
berbahasa India. Penyair India yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayazi,
seorang sastrawan sufi yang menghasilkan karya sastra besar berjudul Padmavat,
sebuah karya alegoris yang mengandung pesan kebajikan jiwa manusia. pada masa
Aurangzeb, muncul eorang sejarawan bernama Abu Fadl dengan karyanya Akhbar Nama
dan Aini Akhbari, yang memaparkan sejarah kerajaan Mughal berdasarkan figur
kepemimpinannya,
Karya seni yang masih dapat
dinikmati sekarang dan merupakan karya seni terbesar yang dicapai kerajaan
Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan. Pada masa
Akbar dibangun istana Fatpur Sikri di Sikri, vila, dan masjid-masjid yang
indah. Pada masa Syah Jehan, dibangun masjid berlapiskan mutiara dan Taj Mahal
di Agra, Masjid Raya Delhi, dan istana indah di Lahore.[17]
Akbar adalah seorang
laki-laki yang memiliki naluri kerajaan yang kuat ”seorang raja katanya, harus
selalu sungguh-sunguh terhadap penaklukan; jika tidak, maka negeri tetangganyalah
yang akan mengangkat senjata terhadapnya. Prinsip tersebut membuat Akbar
bertekad menjadi penguasa tertinggi di India yang tak dapat digugat. Pada tahun
1605 M. Akbar meninggal dunia. Masa kepemimpinan Akbar adalah puncak kejayaan
kerajaan Mughal, tidak hanya dalam bidang politik dan militer saja, tapi juga
dibidang ekonomi, pendidikan, seni dan budaya, administrasi, dan keagamaan.
Kemajuan yang telah dicapai Akbar masih dapat dipertahankan oleh tiga sultan
berikutnya, yaitu Jehangir (1605-1628M), Syah Jehan (1628-1658 M), dan
Aurangzeb (1658-1707 M). Tiga Sultan penerus Akbar ini memang terhitung
raja-raja yang besar dan kuat. Setelah itu, kemajuan kerajaan Mughal tidak
dapat dipertahankan oleh raja-raja berikutnya.[18]
C. Raja-Raja Mughal
Selama masa pemerintahannya
Kerajaan Mughal dipimpin oleh beberapa orang raja. Raja-raja yang sempat
memerintah adalah:
1.
Zahiruddin Muhammad
Babur (1526-1530) adalah : Raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Mughal. Masa
kepemimpinannnya digunakan untuk membangun fondasi pemerintahan. Awal
kepemimpinannya, Babur masih menghadapi ancaman pihak-pihak musuh, utamanya
dari kalangan Hindu yang tidak menyukai berdirinya Kerajaan Mughal. Orang-orang
Hindu segera menyusun kekuatan gabungan, namun Babur berhasil mengalahkan mereka
dalam suatu pertempuran.[19]
Sementara itu dinasti Lodi berusaha bangkit kembali menentang pemerintahan
Babur dengan pimpinan Muhammad Lodi. Pada pertempuran di dekat Gogra, Babur
dapat menumpas kekuatan Lodi pada tahun 1529.[20] Setahun
kemudian yakni pada tahun 1530 Babur meninggal dunia.
2.
Humayun (1530-1556),
Sepeninggal Babur, tahta Kerajaan Mughal diteruskan oleh anaknya yang bemama
Humayun. Humayun memerintah selama lebih dari seperempat abad (1530-1556 M).
Pemerintahan Humayun dapat dikatakan sebagai masa konsolidasi kekuatan periode
I. Sekalipun Babur berhasil mengamankan Mughal dari serangan musuh, Humayun
masih saja menghadapi banyak tantangan. Ia berhasil mengalahkan pemberontakan
Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang bermaksud melepaskan diri dari Delhi. Pada
tahun 1450 Humayun mengalami kekalahan dalam peperangan yang dilancarkan oleh
Sher Khan dari Afganistan. Ia melarikan diri ke Persia.
Di pengasingan ia
kembali menyusun kekuatan. Pada saat itu Persia dipimpin oleh penguasa Safawiyah
yang bernama Tahmasp. Setelah lima belas tahun menyusun kekuatannya dalam
pengasingan di Persia, Humayun berhasil menegakkan kembali kekuasaan Mughal di
Delhi pada tahun 1555 M. Ia mengalahkan kekuatan Khan Syah. Setahun kemudian,
yakni pada tahun 1556 Humayun meninggal. Ia digantikan oleh putranya Akbar.
1.
Akbar (1556-1605),
Pengganti Humayyun adalah raja Mughal paling kontroversial. Masa
pemerintahannya dikenal sebagai masa kebangkitan dan kejayaan Mughal sebagai
sebuah dinasti Islam yang besar di India. Ketika menerima tahta kerajaan ini
Akbar baru berusia 14 tahun, sehingga seluruh urusan pemerintahan dipercayakan
kepada Bairam Khan, seorang penganut Syi’ah. Di awal masa pemerintahannya,
Akbar menghadapi pemberontakan sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah yang masih
berkuasa di Punjab. Pemberontakan yang paling mengancam kekuasaan Akbar adalah
pemberontakan yang dipimpin oleh Hemu yang menguasai Gwalior dan Agra. Pasukan
pemberontak berusaha memasuki kota Delhi. Bairam Khan menyambut kedatangan
pasukan tersebut sehingga terjadilah peperangan dahsyat yang disebut Panipat II
pada tahun 1556 M. Hemu dapat dikalahkan dan ditangkap, kemudian dieksekusi.
Dengan demikian, Agra dan Gwalior dapat dikuasai penuh. Setelah Akbar dewasa ia
berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai pengaruh sangat kuat
dan terlampau memaksakan kepentingan aliran Syi’ah. Bairam Khan memberontak,
tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar di Jullandur[21] tahun
1561 M. Setelah persoalan-persoalan dalam negeri dapat diatasi, Akbar mulai
menyusun program ekspansi. Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor,
Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan,
Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang sangat luas itu
diperintah dalam suatu pemerintahan militeristik.
Keberhasilan ekspansi
militer Akbar menandai berdirinya Mughal sebagai sebuah kerajaan besar.[22] Dua
gerbang India yakni kota Kabul sebagai gerbang ke arah Turkistan, dan kota
Kandahar sebagai gerbang ke arah Persia, dikuasai oleh pemerintahan Mughal.[23] Menurut
Abu Su’ud, dengan keberhasilan ini Akbar bermaksud ingin mendirikan Negara
bangsa (nasional). Maka kebijakan yang dijalankannya tidak begitu menonjolkan
spirit Islam, tetapi bagaimana mempersatukan berbagai etnis yang membangun
dinastinya. Keberhasilan Akbar mengawali masa kemajuan Mughal di India.
1.
Jehangir (1605-1627),
Kepemimpinan Jehangir yang didukung oleh kekuatan militer yang besar. Semua
kekuatan musuh dan gerakan pemberontakan berhasil dipadamkan, sehingga seluruh
rakyat hidup dengan aman dan damai.[24] Pada
masa kepemimpinannya, Jehangir berhasil menundukkan Bengala (1612 M), Mewar
(1614 M) Kangra. Usaha-usaha pengamanan wilayah serta penaklukan yang ia
lakukan mempertegas kenegarawanan yang diwarisi dari ayahnya yaitu Akbar.
2.
Syah Jihan (1628-1658)
tampil meggantikan Jehangir. Bibit-bibit disintegrasi mulai tumbuh pada
pemerintahannya.[25]
Hal ini sekaligus menjadi ujian terhadap politik toleransi Mughal. Dalam masa
pemerintahannya terjadi dua kali pemberontakan. Tahun pertama masa
pemerintahannya, Raja Jujhar Singh Bundela berupaya memberontak dan mengacau
keamanan, namun berhasil dipadamkan. Raja Jujhar Singh Bundela kemudian diusir.
Pemberontakan yang paling hebat datang dari Afghan Pir Lodi atau Khan Jahan,
seorang gubernur dari provinsi bagian Selatan. Pemberontakan ini cukup
menyulitkan. Namun pada tahun 1631 pemberontakan inipun dipatahkan dan Khan
Jahan dihukum mati.
Pada masa ini para
pemukim Portugis di Hughli Bengala mulai berulah. Di samping mengganggu
keamanan dan toleransi hidup beragama, mereka menculik anak-anak untuk dibaptis
masuk agama Kristen. Tahun 1632 Shah Jahan berhasil mengusir para pemukim
Portugis dan mencabut hak-hak istimewa mereka. Shah Jehan meninggal dunia pada
1657, setelah menderita sakit keras. Setelah kematiannya terjadi perang
saudara. Perang saudara tersebut pada akhirnya menghantar Aurangzeb sebagai
pemegang Dinasti Mughal berikutnya.
1.
Aurangzeb (1658-1707),
Aurangzeb (1658-1707) menghadapi tugas yang berat. Kedaulatan Mughal sebagai
entitas Muslim India nyaris hancur akibat perang saudara. Maka pada masa
pemerintahannya dikenal sebagai masa pengembalian kedaulatan umat Islam.
Penulis menilai periode ini merupakan masa konsolidasi II Kerajaan Mughal
sebagai sebuah kerajaan dan sebagai negeri Islam. Aurangzeb berusaha
mengembalikan supremasi agama Islam yang mulai kabur akibat kebijakan politik
keagamaan Akbar.
2.
Bahadur Syah
(1707-1712), Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah
sehingga tidak mampu mengatasi kemerosotan politik dalam negeri. Raja-raja
sesudah Aurangzeb mengawali kemunduran dan kehancuran Kerajaan Mughal.
Bahadur Syah
menggantikan kedudukan Aurangzeb. Lima tahun kemudian terjadi perebutan antara
putra-putra Bahadur Syah. Jehandar dimenangkan dalam persaingan tersebut dan
sekaligus dinobatkan sebagai raja Mughal oleh Jenderal Zulfiqar Khan meskipun
Jehandar adalah yang paling lemah di antara putra Bahadur. Penobatan ini
ditentang oleh Muhammad Fahrukhsiyar, keponakannya sendiri.
Dalam pertempuran yang
terjadi pada tahun 1713, Fahrukhsiyar keluar sebagai pemenang. Ia menduduki
tahta kerajaan sampai pada tahun 1719 M. Sang raja meninggal terbunuh oleh
komplotan Sayyid Husein Ali dan Sayyid Hasan Ali. Keduanya kemudian mengangkat
Muhammad Syah (1719-1748). Ia kemudian dipecat dan diusir oleh suku Asyfar di
bawah pimpinan Nadzir Syah. Tampilnya sejumlah penguasa lemah bersamaan dengan
terjadinya perebutan kekuasaan ini selain memperlemah kerajaan juga membuat
pemerintahan pusat tidak terurus secara baik.[26]
Akibatnya pemerintahan daerah berupaya untuk melepaskan loyalitas dan
integritasnya terhadap pemerintahan pusat.
1. Jihandar (1712-1713), Pada masa pemerintahan Syah Alam (1760¬-1806)
Kerajaan Mughal diserang oleh pasukan Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan
Durrani. Kekalahan Mughal dari serangan ini, berakibat jatuhnya Mughal ke dalam
kekuasaan Afghan. Syah Alam tetap diizinkan berkuasa di Delhi dengan jabatan
sebagai sultan.
Akbar II (1806-1837 M) pengganti Syah Alam, memberikan konsesi kepada EIC
untuk mengembangkan perdagangan di India sebagaimana yang diinginkan oleh pihak
Inggris, dengan syarat bahwa pihak perusahaan Inggris harus menjamin
penghidupan raja dan keluarga istana. Kehadiran EIC menjadi awal masuknya
pengaruh Inggris di India.
2. Bahadur Syah (1837-1858). Bahadur Syah (1837-1858) pengganti Akbar II
menentang isi perjanjian yang telah disepakati oleh ayahnya. Hal ini
menimbulkan konflik antara Bahadur Syah dengan pihak Inggris. Bahadur Syah,
raja terakhir Kerajaan Mughal diusir dari istana pada tahun (1885 M). Dengan
demikian berakhirlah kekuasaan kerajaan Islam Mughal di India.
Berikut ini akan
dirinci fase-fase pemerintahan Mughal :
a. 1526-1530 M dipimpin oleh Zahiruddin Muhammad Babur
b. 1530-1556 M dipimpin oleh Humayun
c. 1556-1605 M dipimpin oleh Akbar Syah I
d. 1605-1627 M dipimpin oleh Jehangir
e. 1627-1658 M dipimpin oleh Syah Jehan
f. 1658-1707 M dipimpin oleh Aurangzeb (Alamgir I)
g. 1707-1712 M dipimpin oleh Bahadur Syah I
h. 1712-1713 M dipimpin oleh Jihandar Syah
i. 1713-1719 M dipimpin oleh Farrukh Siyar
j. 1719-1748 M dipimpin oleh Muhammad Syah
k. 1748-1754 M dipimpin oleh Ahmad
l. 1754-1759 M dipimpin oleh Alamgir II
m. 1759-1806 M dipimpin oleh Alam II
n. 1806-1837 M dipimpin oleh Akbar II
o. 1837-1858 M dipimpin oleh Bahadur Syah II[27]
D. Kemajuan Kerajaan Mughal
Kejayaan kerajaan Mughal
dimulai pada masa pemerintahan Akbar, keberhasilan Ekspansi Militer Akbar
menandai berdirinya Mughal sebagai sebuah kerajaan besar. Dua gerbang India
yakni kota Kabul dan Turkistan oleh pemerintahan kerajaan Mughal India.[28]
1.
Politik dan
Pemerintahan
a.
Akbar membentuk sistem
pemerintahan militeristik. Dalam pemerintahan tersebut, pemerintahan daerah
dipegang oleh seorang Sipah Salar (kepala komandan). Sedang wilayah listrik
dipercayakan kepada Faudjar (komandan). Jembatan-jembatan sipil juga diberi
jenjang kepangkatan yang bercorak kemiliteran, pejabat-pejabat itu harus
mengikuti latihan kemiliteran.[29]
b.
Akbar juga menerapkan
politik Sulukhul (toleransi universal). Politik ini mengandung ajaran bahwa
semua rakyat India sama kedudukanya. Mereka tidak dapat dibedakan menurut etnis
dan agama. Politik ini dapat menciptakan kerukunan masyarakat India yang sangat
beragam.[30]
c.
Untuk undang-undang
kerajaan, Sultan Akbar membuat Din Ilahi yaitu suatu pandangan dan sikap
keagamaan resmi kerajaan yaitu unsur-unsur agama Islam, Hindu, Persia Kristen
dan sebagainya yang harus dianut oleh setiap orang.[31]
d.
Pada masa pemerintahan
Aurangzeb telah terdapat jalinan kerjasama dengan negara-negara Islam diluar
India. Sejumlah penguasa Islam telah mengirim duta atau perwakilan negara mereka
ke Delhi, misalnya Syarif Makkah, raja-raja Persia, Balkh, Bukhara dan Kasgar;
para gubernur Turki Basrah, Yaman dan Hadmarut, para pemimpin negeri Maghiribi
dan Raja Arbesinia.[32]
2.
Bidang Ekonomi dan Perdagangan
Untuk mengelola ekonomi
pertanian pemerintah juga mengatur tentang organisasi pertanian. Setiap
perkampungan petani dikepalai oleh seorang pejabat local, yang dinamakan
muqaddam, yang mana kedudukannya dapat diwariskan, dia mempunyai tanggung jawab
menyetorkan penghasilan untuk menghindari tindak kejahatan. Kaum petani
dilindungi hak kepemilikan tanah dan pewarisan, tetapi jika tidak loyal maka
pejabat lokal berhak menyitanya.[33]
3.
Bidang Pendidikan dan
Iptek
Dalam bidang
pendidikan, Akbar membangun bangunan khusus untuk tempat pengajian ilmu, dia
juga berusaha menarik simpati para ulama dengan menghibahkan sejumlah madrasah
dan perpustakaan.[34]
4.
Bidang Seni dan Budaya
a.
Seni Budaya dan
arsitektur puncaknya terjadi pada masa sultan Syah Jahan yang ditandai dengan
berbagai karya budaya fisik, seperti karya arsitektur monumental Taj Mahal,
yang merupakan bangunan indah, yang dimaksudkan sebagai tanda cinta kasihnya
kepada istri tercinta Mumtaz Mahal. Taj Mahal juga salah satu keajaiban dunia
dan merupakan lambang peradaban dan kebudayaan Islam masa Lampau di India.
Selain itu juga Shah Jahan telah membangun Masjid Mutiara, Masjid Jami’ di
Delhi, serta takhta Merak, yaitu singgasana yang dibuat dari emas, perak,
intan, serta permata cemerlang.[35]
b.
Karya seni yang
menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang berbahasa Persia
maupun India. Penyair India yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang
sastrawan sufi menghasilkan karya besar berjudul Padmavat, sebuah karya
yang mengandung pesan kebajikan jiwa manusia. Pada masa Aurangzeb, muncul
seorang sejarawan yang bernama Abu Fadl dengan karyanya bernamma Akbar Nama dan
Aini Akhbari, yang memaparkan sejarah kerajaan Mughal berdasarkan figure
pemimpinnya.[36]
Akbar mensponsori ajaran Din Illahi, yaitu ajaran campuran berbagai unsur kepercayaan
Hindu dan tasawuf dari unsur syi’ah.
E. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Mughal
Setelah satu setengah
abad dinasti Mughal berada dalam kejayaannya, para pelanjut Aurangzeb tidak
sanggup mempertahankan kebesaran yang telah dicapai oleh
pendahulu-pendahulunya. Kejayaan Mughal hilang dengan kematian Aurangzeb Satu
persatu penguasa daerah melepaskan diri dari pemerintahan pusat di Delhi.
Pengganti Aurangzeb
adalah Mu’azzam, setelah ia meninggal tahta digantikan anaknya Azhim al-syah.
Akan tetapi di tentang Zulkifar Khan, anak ‘Asad Khan (wazir Aurangzeb. Azaim
al-syah meninggal tahun 1712 M. ia digantikan oleh anaknya Jihandar Syah,
tetapi ia disingkirkan oleh adiknya sendiri Faruq Syah pada tahun 1713M. Jadi
dalam dua tahun saja telah terjadi empat kali pergantian sultan. Sehingga
dapat dibayangkan bagaimana kondisi kerajaan Mughal saat itu.
Konflik-konflik yang
berkepanjangan mengakibatkan pengawasan terhadap daerah lemah. Pemerintahan
daerah satu persatu melepaskan loyalitasnya dari pemerintah pusat. Bahkan
cenderung memperkuat posisi pemerintahannya masing-masing. Disintegrasi mulai
terjadi, satu persatu daerah kekuasaan Mughal mulai melepaskan diri. Keadaan
ini diperparah lagi dengan datangnya ancaman baru yang lebih kuat, yaitu
datangnya perusahaan Inggris (EIC) yang memiliki senjata modern melawan
pemerintahan Mughal. Peperangan berlarut-larut. Akhirnya, Syah Alam membuat
perjanjian damai dengan melepaskan daerah Oudh, Bengal dan Orisa kepada
Inggris.
Pada saat tiga sultan
berkuasa yaitu, Syah Alam, Akbar II dan Bahadur Syah, Inggris diberi
kepercayaan untuk mengembangkan usahanya. Dengan jaminan memberikan fasilitas
kehidupan Istana dan keluarganya.pada saat terjadinya krisis EIC mengalami
kerugian dan Inggrispun mulai mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat
secara ketat dan cenderung kasar. Karena rakyat merasa tertekan, maka terjadilah
pemberontakan rakyat dibawah pimpinan sultan Bahadur Syah pada bualan Mei 1857
M.
Perlawanan mereka dapat
dipatahkan dengan mudah, karena Inggris mendapat dukungan dari beberapa
penguasa Hindu dan Muslim. Inggris kemudian menjatuhkan hukuman yang kejam
kepada pemberontak. Mereka diusir dari kota Delhi, rumah ibadah banyak yang
dihancurkan, dan Bahadur Syah, sultan Mughal terakhir diusir dari istana (1858
M). dengan demikian, berakhirlah sejarah kekuasaaan kerajaan Mughal di India.[37]
Ada beberapa faktor
yang menyebabkan kekuasaan kerajaan Mughal itu mundur pada satu setengah abad
terakhir, dan membawa kepada kehancurannya pada tahun 1858 M, yaitu:
1.
Terjadi stagnasi dalam
pembinaan kekuasaan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah
pantai tidak dapat dipantau oleh kekuatan maritime Mughal. Begitu juga tidak
terampilnya dalam mengoperasikan persenjataan buatan Mughal sendiri.
2.
Kemerosotan moral dan
hidup mewah dikalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam
penggunaan uang negara.
3.
Kurang cakapnya
pemerintahan Aurangzeb sehingga konflik antar agama terjadi sangat sukar
diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
4.
Semua sultan pewaris
tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang
kepemimpinan.[38]
[4] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), h. 146-147.
[12] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), h. 148.
[14] Abu Su’ud, Islamologi
Sejarah, Ajaran, dan Peranannya dalam peradaban Umat manusia, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2003), h. 116.
[16] Dedi
Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h.
261-262.
https://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.co.id/2017/12/rasakan-10-mandaat-oatmeal-yang-cocok.html
BalasHapushttps://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.co.id/2017/12/jsngan-buang-kulit-telur-ini-manfaatnya.html
https://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.co.id/2017/12/bubuk-kopi-trik-jitu-atasi-bau-tak-sedap.html
https://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.co.id/2017/12/waspada-5-gangguan-tidur-dapat-memicu.html
Taipan Indonesia | Taipan Asia | Bandar Taipan | BandarQ Online
SITUS JUDI KARTU ONLINE EKSKLUSIF UNTUK PARA BOS-BOS
Kami tantang para bos semua yang suka bermain kartu
dengan kemungkinan menang sangat besar.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
Cukup Dengan 1 user ID sudah bisa bermain 7 Games.
• AduQ
• BandarQ
• Capsa
• Domino99
• Poker
• Bandarpoker.
• Sakong
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
• FaceBook : @TaipanQQinfo
• WA :+62 813 8217 0873
• BB : D60E4A61
Come & Join Us!!