Sabtu, 24 Mei 2014

TEORI KEPRIBADIAN DALAM PERSPEKTIF, PSIKODINAMIKA DAN PSIKOANALISA

Standard
TEORI KEPRIBADIAN DALAM PERSPEKTIF, PSIKODINAMIKA DAN PSIKOANALISA
  
Dosen Pembimbing :
Dr. H. Thoyyib, S.Ag., M.Si
Disusun Oleh :
                                             Ahmad Faizin                                    B03212003
                                             A. Fikri Haykal                                 B03212004
                                             Izza Riatna S.                                    B03212011
                                              Idlan Farid                                        B43212060


BAB II
PENDAHULUAN
      1.      TEORI KEPRIBADIAN
      A.    Sigmund Freud
Sigmund Freud, Dilahirkan di Moravia pada tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 september 1939. Selama hamper 80 tahun Freud tinggal di Wina dan baru meninggalkan kota ketika Nazi menaklukan Austria. Sebagai anak muda Freud bercita-cita menjadi ahli pengetahuan  dan keinginan itu pada tahun1873 masuk Universitas kedokteran di Wina, dan tamat pada tahun 1881. Sebenarnya Freud tidak bermaksud untuk melakukan praktek kedokteran, tetapi karena keadaan memaksa(kurangya fasilitas bagi orang-orang Yahudi, makin besarnya tanggungan keluarga) maka dia lalu melakukan praktek. Didalam praktek ini ternyata dia mendapat kepuasan kareana mendapat kesempatan untuk melakuakan research dan menulis, sehingga jiwa penyelidiknya tidak tertekan.[1]

       1)        Pokok-pokok Teori Freud mengenai Kepribadian

Teori Freud mengenai kepribadian dapat diikhtisarkan dalam rangka struktur dinamika dan perkembangan kepribadian.
1.       Struktur kepribadian
Menurut Freud kepribadian terdir atas tiga system atua aspek, yaitu:
a.       Das Es( The ID), yaitu aspek biologis.
b.      Das Ich (The Ego), yaitu spek psikologis.
c.       Das uber ich (The super Ego), yaitu aspek sosiologis.
Kendatipun ketiga aspek itu masing-masing mempunyai fungsi,sifat, komponen, prinsip kerja, dinamika sendiri-sendiri, namun ketiganya berhubungan dengan erat sehingga sukar(tidak mungkin) untuk memisah-misahkan pengaruhnya terhadap prilaku manusia; tingkah laku selalu merupakan hasil dari ketiga aspek itu.  

a)      Das Es
Das Es atau dalam bahasa inggris disebut dengan The Id disebut juga oleh Freud system der urbewussten. Aspek ini adalah aspek biologis dan merupakan system yang original di dalam kepribadian; dari aspek inilah kedua aspek lain tumbuh. Freud menyebutnya juga realitas psikis yang sebenar-benarnya (The true psychic reality), oleh karena Das E situ merupakan dunia batin atau subjektif manusia, dan tidak mempunyai hubungan langsung dari dengan dunia obyektif. Das Es berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir (Unsur-unsur biologis), termasuk istink-instink; Das Es merupakan “Reservoir” energy psikis yang menggerakan Das Ich dan Das Uber Ich. Yang menjadi pedoman dalam berfungsinya Das Es ialah menghindarkan diri dari ketidak enakan dan mengejar keenakan  pedoman ini disebut Freud prinsip kenikmatan atau prinsip keenakan(Luzt prinzip, the pleasure principle). Untuk menghilangkan ketidak enakan dan mencapai keenakan itu Das Es mempunyai dua cara (Alat proses itu) Yaitu:
1.      Reflek dan reaksi-reaksi otomatis, seperti misalnya bersin, berkedip, dan sebagainya.
2.      Proses premier (Primair Vorgang) seperti misalnya orang lapar membayangkan makanan
Akan tetapi jelas bahwa cara ada yang demikian itu tidak memenuhi kebutuhan; orang yang lapar tidak akan menjadi kenyangdengan membayangkan makanan. Karena itu maka perlulah adanya system laian yang menghubungkan pribadi dengan dunia Obyektif. System yang demikian itu disebut Das Ich.

b)     Das Ich
Das Ich dalam bahasa inggris the ego atau di sebut juga dengan system der bewussten vorbewussten. Aspek ini adalah aspek psikologis dari pada kepribadian dan timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan (Realitat). Orang yang lapar mesti perlu makan untuk menghilangkan tegangan yang ada dalam dirinya, ini berarti bahwa organisme harus dapat membedakan antara khalayan dengan makan dan kenyataan tentang makanan. Disinilah letak perbedaan antara Das Es dengan Das Ich, yaitu kalau Das Es itu hanya mengenal dunia subyektif(dunia khayalan). Maka Das Ich dapat membedakan antara sesuatu yang hanya ada dalam batin dan sesuatu yang ada dalam dunia luar (dunia obyektif, dunia realitas).
Di dalam berfungsinya Das Ich berpegang pada prisip kenyataanatau prinsip realitasdan bereaksi dengan prosedur sekunder . tujuan realitatsprinzip itu ialah mencari obyek yang tepat untuk mereduksikan tangan yang timbul dari organisme.proses skunder itu ialah proses berfikir realists dengan mempergunakan proses skunder Das Ich merumuskan sesuatu rencana untuk pemuasan kebutuhan dan mengujinya atau men-tes (biasanya dengan satu tindakan).untuk mengaetahui apakah rencana itu berhasil atau tidak.: misalnya orang lapar merencanakan di mana dia dapat makan, lalu pergi ketempat tersebut untuk mengetahui apakah rencana itu berhasil (cocok dengan realitas)atau tidak . perbuatan ini secara teknis disebut Reality testing.
Das Ich dapat pula dipandang sebagai aspek eksekusif kepribadian oleh karena das Ich ini mengontrol jalan-jalan yang di tempuh, memilih kebutuhan-kebutuhan yang dapat di penuhi serta cara-cara memenuhinya, serta memilih obyek-obyek yang memenuhi kebutuhan. Das Ich adalah derivate das Es  dan tidak untuk merintanginya peran utamanya adalah menjadi perantara antara kebutuhan-kebutuhan instinktif dengan keadaan lingkungan, demi kepentingan adanya organisme.

c)      Das Uber Ich
Das Uber Ich adalah aspek sosiologis kepribadian, merupakan wakil dari nilai-nilai traditional serta cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada anaknya , yang dimasukan (diajarkan)dengan berbagai printah dan larangan . das Uber Ich lebih merupakan lebih merupakan kesempurnaan daripada kesenagan karena itu das Uber Ich lebih dapat pula dianggap sebagai aspek moral kepribadian , fungsinya yang pokok ialah menentukan apakah suatu itu benar atau salah, pantas atau tidak, susila stau tidak, dan demikian pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat.
Adapun fungsi pokok das Uber Ich itu dapat dilihat dalam hubungan dengan ketiga aspek kepribadian itu yaitu:
1.      merintangi implus-implus dari das Es, terutama implus-implus seksual dan agresif yang pernyataanya sangat di tentang oleh masyarakat.
2.      mendorong das Ich untuk lebih mengejar hal-hal yang moralitas dari pada realitas.
3.      mengejar kesempurnaan.
Demikianlah struktur kepribasian menurut Freud. Terdiri atas tiga aspek. Dalam pada itu harus selalu diingat bahwa aspek-aspek tersebut hanya nama-nama untuk berbagai prosespsikologis yang berlangsung dengan prinsip-prinsip yang berbeda satu sama lain. Dalam keadaan biasa ketiga system itu bekerja sama dengan diatur oleh das Ich;kepribadian berfungsi sebagai kesatuan.[2]

B.     Carl Gustav Jung

Carl Gustav Jung (1875-1959) pencipta teori ini, berasal dari keluarga cendekiawan di Kerewil (Kanton Thurgau), Swiss. Sebagai pemuda ia menaruh minat besar terhadap Paleonthologi dan Arkeologi. Namun ia belajar ilmu kedokteran dan mendapat gelar Doktor dalam ilmu kedokteran pada tahun 1900. Selama menjadi mahasiswa kedokteran itu ia tetap banyak membaca buku-buku filsafat. Dan waktu menentukan spesialisasi dipilihnya “psychiatry”, karena dia berpendapat dalam lapangan inilah ilmu filsafat dan ilmu kedokteran dapat dipersatukan. Dalam pemikiran mengenai daya penggerak dalam manusia dia sangat terpengaruh oleh schopenhauer dengan karyanya yang terkenal: Die Weltals Wille und Vorstellung (1819). Dalam buku tersebut dikemukakan soal “kemauan” sebagai unsur tak sadar dalam kepribadian manusia, yang mendorong manusia di luar ratio penilikan ratio. Akan tetapi jung tak dapat menerima”kemauan” sebagai hal yang sama sekali non-rational. Selanjutnya ia mendapat bahan pemikiran yang dirasanya lebih tepat dari Eduard Vort Hartmann dalam karyanya yang sangat terkenal: Philosophie des Unbewussten (1869). Hartmann berbicara tentang adanya prinsip teleologis dalam dunia yang tidak sadar akan tujuannya sendiri namun mendorong segala kekuatan hidup ke arah tujuannya masing-masing. Jadi jung berusaha membuat kombinasi antara teologi dan ketidaksadaran. Juga Jung sangat terpengaruh oleh J.J. Bachouer yang banyak menulis tentang interpretasii lambang-lambang kuno. Juga pribadi Nietze yang yang menurut Jung merupakan contoh yang jelas bagi pribadi yang terpecah, yaitu Nietze dan Zarathustra besar pengaruhnya bagi pemikiran Jung.
Dalam lapangan psikiatri dia terpengaruh oleh Pierre Janet dan terlebih-lebih Sigmund Freud. Beberapa tahun lamanya Jung menempatkan diri sebagai pengikut Freud, dan banyak membela psikoanalitis terhadap berbagai kritik. Tetapi kemudian ada perbedaan pandangan aliran sendiri yang diberinya nama psikologi analitis atau Psikologi kompleks.
Sebagai penulis yang produktif. Tulisannya banyak sekali dan bidang orientasinya sangat luas, sedang pendapatnya selalu berkembang. Justru karena hal demikian inilah maka teori Jung sebagai kesatuan tidak mudah dipahami. Kalau disederhanakan, teori tersebut dapat dimengerti juga dalam rangka struktur, dinamika, serta perkembangan kepribadian (psyche).

      a.      Struktur Kepribadian
Jung tidak berbicara tentang kepribadian melainkan tentang psyche. Adapun yang dimaksud dengan psyche adalah totalitas segala peristiwa psikis baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Jadi jiwa manusia terdiri dari dua alam, yaitu:
1)        Alam sadar (kesadaran), dan
2)        Alam tak sadar (ketidaksadaran).
Kedua alam itu tidak hanya saling mengisi, tetapi berhubungan secara kompensatoris. Adapun fungsi keduanya adalah penyesuaian, yaitu:
1)        Alam sadar: penyesuaian terhadap dunia luar,
2)        Alam tak sadar: penyesuaian terhadap dunia dalam.
Batas antara kedua alam itu tidak tetap, melainkan dapat berubah-ubah, artinya luas daerah kesadaran atau ketidaksadaran itu dapat bertambah atau berkurang.[3]

       b.      Dinamika kepribadian
Jung menyatakan bahwa kepribadian atau psyche bersifat dinamis dengan gerak yang terus-menerus. Dinamika psyche tersebut disebabkan oleh enerji psikis yang oleh Jung disebut libido. Dalam dinamika psyche terdapat prinsip-prinsip sebagai berikut.
1)        Prinsip oposisi
Berbagai sistem, sikap, dan fungsi kepribadian saling berinteraksi dengan tiga cara, yaitu : saling bertentangan (oppose), saling mendukung (compensate), dan bergabung mejnadi kesatuan (synthese).
Menurut Jung, prinsip oposisi paling sering terjadi karena kepribadian berisi berbagai kecenderungan konflik. Oposisi juga terjadi antar tipe kepribadian, ekstraversi lawan introversi, pikiran lawan perasaa, dan penginderaan lawan intuisi.
2)        Prinsip kompensasi
Prinsip ini berfungsi untuk menjada agar kepribadian tidak mengalami gangguan. Misalnya bila sikap sadar mengalami frus-trasi, sikap tak sadar akan mengambil alih. Ketika individu tidak dapat mencapai apa yang dipilihnya, dalam tidur sikap tak sadar mengambil alih dan muncullah ekpresi mimpi.
3)        Prinsip penggabungan
Menurut Jung, kepribadian terus-menerus berusaha menyatukan pertentangan-pertentangan yang ada agar tercapai kepribadian yang seimbang dan integral.[4]

C.    Alfred Adler

Alfred Adler lahir di Wina pada tahun 1870. Dia menyelesaikan studinya dalam lanpangan kedokteran pada Universitas Wina pada tahun 1895. Mula-mula mengambil spesialisasi dalam Ophthalmologi, dan kemudian dalam lapangan psikiatri. Mula-mula bekerja sama dengan Freud dan menjadi anggota serta akhirnya menjadi presiden “Masyarakat Psikoanalisis Wina”. Namun dia segara mengembangkan pendapatnya sendiri yang menyimpang dari pendapat Freud serta lain-lain anggota persatuan itu, yang pada akhirnya menyebabkan ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden serta dari keanggotaannya dalam “Masyarakat Psikoanalisa Wina” tersebut dan mendirikan aliran baru yang diberinya nama Individual Psychologi. Hal ini terjadi pada tahun 1911.
Sejak tahun 1935 Adler menetap di Amerika Serikat. Di sana dia melanjutkan prakteknya sebagai ahli penyakit syaraf dan juga menjadi guru besar dalam psikologi medis di Long Island College of Medicine. Dia meninggal di Scotlandia pada tahun 1937, ketika sedang dalam perjalanan keliling untuk memberikan ceramah-ceramah.
Pengaruh Adler juga lekas meluas, walaupun tidak seluas pengaruh Psikoanalisis, terutama karena Adler dengan pengikut-pengikutnya mempraktekan teorinya dalam lapangan pendidikan. Juga di Amerika serikat pengaruh Individual Psychologie itu cukup luas. Pendapat-pendapat tetap terpeliharadan bertambah luas berkat adanya “The American Society of Individual Psychology” yang mempunyai majalah tersendiri, yaitu: The American Journal of Individual Psychology. Sebagai penulis, Adler sendiri juga cukup produktif, banyak tulisan-tulisannya. Salah satu hasil karyanya yang oleh para ahli dianggap representatif ialah: Praxis und Theorie der Individual Psychologie.


*      Pokok-pokok Teori Adler

Teori Adler dapat dipahami lewat pengertian-pengertian pokok yang dipergunakannya untuk membahas kepribadian. Adapun pengertian-pengertian pokok dalam teori Adler itu adalah seperti yang dikemukakan berikut ini.

1)        Individualitas sebagai Pokok Persoalan
Adler memberi tekanan kepada pentingnya sifat khas (unik) kepribadian, yaitu individualitas, kebulatan serta sifat-sifat pribadi manusia. Menurut Adler tiap orang adalah suatu konfigurasi motif-motif, sifat-sifat, serta nilai-nilai yang khas. Tiap tindak yang dilakukan oleh seseorang membawakan corak khas gaya kehidupannya yang bersifat individual.

2)        Pandangan Teleologis: Finalisme Semu
Setelah memisahkan diri dari Freud, Adler sangat dipengaruhi oleh filsafat yang dirumuskan oleh Hans Vaihinger dalam bukunya yang berjudul Die Philosophie des Als Ob (1911). Vaihinger mengemukakan, bahwa manusia hidup dengan berbagai cita-cita atau pikiran yang semata-mata bersifat semu.
Adler mengambil ajaran filsafat positivisme idealistis yang bersifat pragmatis, dan disesuaikan dengan pendapatnya sendiri.
Di dalam filsafat Vaihinger, Adler menemukan pengganti determinisme historis Freud yang menekankan faktor konstitusional serta pengalaman masa kanak-kanak. Adler menemukan gagasan bahwa manusia lebih didorong oleh harapan-harapannya terhadap masa depan daripada pengalaman-pengalaman masa lampaunya. Segala aktifitas proses psikis ditentukan oleh motif-motif  tertentu, juga bilamana motif-motif ini tak disadari oleh yang bersangkutan. Tiap orang mempunyai Leitlenie, yaitu rancangan hidup rahasia yang tak disadari, yang diperjuangkannya terhadap segala rintangan.

3)        Dua Dorongan Pokok
di dalam diri manusia terdapat dua dorongan pokok, yang mendorong serta melatarbelakangisegala tingkah lakunya, yaitu:
a)      dorongan kemasyarakatan yang mendorong manusia bertindakyang mengabdi kepada masyarakat.   
b)      Dorongan keakuan, yang mendorong manusia bertindak yang mengabdi kepada diri sendiri.

4)        Rasa Rendah Diri dan Kompensasi
Adler memperluas pendapatnya tentang ras rendah diri, pengertian ini mencakup segala rasa kurang berharga yang timbul karena ketidakmampuan psikologis atau sosial yang dirasa secara subyektif, ataupun karena keadaan jasmani yang kurang sempurna.
Adler berpendapat, bahwa rasa rendah diri itu bukanlah suatu pertanda ketidaknormalan, melainkan justru merupakan pendorong bagi segala perbaikan dalam kehidupan manusia. Tentu saja dapat juga rasa rendah diri itu berlebih-lebih sehingga manifestasinya juga tidak normal. Tetapi dalam keadaan normal rasa rendah diri itu merupakan pendorong ke arah kemajuan atau kesempurnaan (superior). Menurut Adler kendatipun rasa rendah  diri itu membawa penderitaan, bukan berarti hilangnya rasa rendah diri mendatangkan kenikmatan. Bagi Adler tujuan manusia bukanlah mendapatkan kenikmatan, akan tetapi mencapai kesempurnaan.

5)        Dorongan Kemasyarakatan
Secara teori, dalam artinya yang luas, dorongan kemasyarakatan merupakan dorongan untuk membantu masyarakat guna mencapai tujuan masyarakat yang sempurna. Dalam hubungan ini Adler menyatakan ”Sosial interesst is true and inevitable compensation for all the natural weaksessesof individual human being” (Adler, 1929, p.31).
Dorongan kemasyarakatan itu adalah dasar yang dibawa sejak lahir, pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial. Namun sebagaiman kemungkinan selain bawaan, kemungkinan mengabdi kepada masyarakat itu tidak tampak secara spontan, melainkan harus dibimbing dan dilatih.
Singkatnya, dorongan kemasyarakatan menggantikan dorongan kekuatan. Namun, sebagai keseluruhan, kedua dorongan pokok yang telah diketengahkan di muka itu, yaitu dorongan kekuatan dan dorongan kemasyarakatan.

6)        Gaya Hidup, Leitlinie
Gaya hidup adalah pengertian yang sentral dalam teori Adler, tetapi juga pengertian yang paling sukar dijelaskan. Gaya hidup ini adalah prinsip yang dapat dipakai landasan untuk memahami tingkah laku seseorang. Inilah yang melatarbelakangi sifat khas seseorang. Dia mengamati, berangan-angan, berpikir serta bertindak dengan gayanya sendiri yang khas. Inilah gaya hidupnya, Leitlinie, yang menjadi pembimbing dalam hidupnya dan diperjuangkannyaterhadap segala macam rintangan.
Gaya hidup seseorang telah terbentuk antara umur tiga sampai lima tahun. Menurut Adler gaya hidup itu ditentukan oleh inferioritas yang khusus. Jadi gaya hidup itu adalah suatu bentuk kompensasi terhadap kekurangan dan kesempurnaan tertentu. Namun teorinya ini tidak memuaskan dia sendiri. Karena dianggap terlalu sederhana dan mekanistis. Karena itu dicarinya pengertian yang lebih memadai, dan akhirnya hal ini dikemukakannya: diri yang kreatif.


7)        Diri yang Kreatif
Diri yang kreatif adalah penggerak utama, pegangan filsafat, sebab pertama bagi semua tingkah laku. Sukarnya menjelaskan soal ini ialah karena orang tak dapat menyaksikannya secara langsung akan tetapi hanya dapat menyaksikan lewat manifestasinya. Inilah yang mengentarai antara perangsang yang dihadapi individu dengan response yang dilakukannya. Diri yang kreatif inilah yang memberi arti kepada hidup, yang menetapkan tujuan serta membuat alat untuk mencapainya.

DAFTAR PUSTAKA

Suryabrata Sumadi, 2002, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada).
Calvin S. Hall, 1993, Teori-teori Psikodinamik Klinis, (Yogyakarta: kanisius).
Carole Wade, Carol Tavris, 2007, Psikologi Edisi 9, (Surabaya: Erlangga).
Alwisol, 2009, Psikologi Kepribadian, (Malang: UMM Press).
Abu Ahmadi,. Munawar Sholeh. 2005. Psikologi Perkembangan. (Jakarta: Rineka Cipta)


[1] Carole Wade, Carol Tavris, Psikologi Edisi 9, (Surabaya: Erlangga, 2007), hal. 195
[2] Suryabrata,Sumadi.Psikologi kepribadian.PT Raja Grafindo persada:Jakarta.2012.hal 121-129
[3] Calvin S. Hall, Teori-teori Psikodinamik Klinis, (Yogyakarta: kanisius, 1993) hal. 182
[4] Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang: UMM Press, 2009), hal. 49

0 komentar:

Posting Komentar