TEORI KEPRIBADIAN DALAM PERSPEKTIF,
PSIKODINAMIKA DAN PSIKOANALISA
Dosen Pembimbing :
Dr. H. Thoyyib, S.Ag., M.Si
Disusun Oleh :
Ahmad Faizin B03212003
A.
Fikri Haykal B03212004
Izza Riatna S. B03212011
Idlan Farid B43212060
BAB II
PENDAHULUAN
1. TEORI
KEPRIBADIAN
A. Sigmund Freud
Sigmund Freud, Dilahirkan di Moravia pada
tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 september 1939.
Selama hamper 80 tahun Freud tinggal di Wina dan baru meninggalkan kota ketika
Nazi menaklukan Austria. Sebagai anak muda Freud bercita-cita menjadi ahli
pengetahuan dan keinginan itu pada tahun1873 masuk Universitas
kedokteran di Wina, dan tamat pada tahun 1881. Sebenarnya Freud tidak bermaksud
untuk melakukan praktek kedokteran, tetapi karena keadaan memaksa(kurangya
fasilitas bagi orang-orang Yahudi, makin besarnya tanggungan keluarga) maka dia
lalu melakukan praktek. Didalam praktek ini ternyata dia mendapat kepuasan
kareana mendapat kesempatan untuk melakuakan research dan menulis, sehingga
jiwa penyelidiknya tidak tertekan.[1]
1)
Pokok-pokok
Teori Freud mengenai Kepribadian
Teori Freud mengenai kepribadian dapat
diikhtisarkan dalam rangka struktur dinamika dan perkembangan kepribadian.
1. Struktur
kepribadian
Menurut Freud kepribadian terdir atas tiga
system atua aspek, yaitu:
a. Das
Es(
The ID), yaitu aspek biologis.
b. Das
Ich (The
Ego), yaitu spek psikologis.
c. Das
uber ich (The
super Ego), yaitu aspek sosiologis.
Kendatipun
ketiga aspek itu masing-masing mempunyai fungsi,sifat, komponen, prinsip kerja,
dinamika sendiri-sendiri, namun ketiganya berhubungan dengan erat sehingga
sukar(tidak mungkin) untuk memisah-misahkan pengaruhnya terhadap prilaku
manusia; tingkah laku selalu merupakan hasil dari ketiga aspek itu.
a)
Das Es
Das
Es atau dalam bahasa inggris disebut dengan The Id disebut juga oleh Freud system
der urbewussten. Aspek ini adalah aspek biologis dan merupakan system
yang original di dalam kepribadian; dari aspek inilah kedua aspek lain tumbuh.
Freud menyebutnya juga realitas psikis yang sebenar-benarnya (The true
psychic reality), oleh karena Das E situ merupakan dunia batin atau
subjektif manusia, dan tidak mempunyai hubungan langsung dari dengan dunia
obyektif. Das Es berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir (Unsur-unsur
biologis), termasuk istink-instink; Das Es merupakan “Reservoir” energy psikis
yang menggerakan Das Ich dan Das Uber Ich. Yang menjadi pedoman dalam
berfungsinya Das Es ialah menghindarkan diri dari ketidak enakan dan mengejar
keenakan pedoman ini disebut Freud prinsip kenikmatan atau prinsip
keenakan(Luzt prinzip, the pleasure principle). Untuk menghilangkan ketidak
enakan dan mencapai keenakan itu Das Es mempunyai dua cara (Alat proses itu)
Yaitu:
1. Reflek dan reaksi-reaksi otomatis, seperti
misalnya bersin, berkedip, dan sebagainya.
2. Proses
premier (Primair Vorgang) seperti misalnya orang lapar membayangkan makanan
Akan
tetapi jelas bahwa cara ada yang demikian itu tidak memenuhi kebutuhan; orang
yang lapar tidak akan menjadi kenyangdengan membayangkan makanan. Karena itu
maka perlulah adanya system laian yang menghubungkan pribadi dengan dunia
Obyektif. System yang demikian itu disebut Das Ich.
b)
Das
Ich
Das
Ich dalam bahasa inggris the ego atau di sebut juga dengan system
der bewussten vorbewussten. Aspek ini adalah aspek psikologis dari
pada kepribadian dan timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara
baik dengan dunia kenyataan (Realitat). Orang yang lapar mesti perlu makan
untuk menghilangkan tegangan yang ada dalam dirinya, ini berarti bahwa
organisme harus dapat membedakan antara khalayan dengan makan dan kenyataan
tentang makanan. Disinilah letak perbedaan antara Das Es dengan Das Ich, yaitu
kalau Das Es itu hanya mengenal dunia subyektif(dunia khayalan). Maka Das Ich
dapat membedakan antara sesuatu yang hanya ada dalam batin dan sesuatu yang ada
dalam dunia luar (dunia obyektif, dunia realitas).
Di
dalam berfungsinya Das Ich berpegang pada prisip kenyataanatau prinsip
realitasdan bereaksi dengan prosedur sekunder . tujuan realitatsprinzip itu
ialah mencari obyek yang tepat untuk mereduksikan tangan yang timbul dari
organisme.proses skunder itu ialah proses berfikir realists dengan
mempergunakan proses skunder Das Ich merumuskan sesuatu rencana untuk pemuasan
kebutuhan dan mengujinya atau men-tes (biasanya dengan satu tindakan).untuk
mengaetahui apakah rencana itu berhasil atau tidak.: misalnya orang lapar
merencanakan di mana dia dapat makan, lalu pergi ketempat tersebut untuk
mengetahui apakah rencana itu berhasil (cocok dengan realitas)atau tidak .
perbuatan ini secara teknis disebut Reality testing.
Das
Ich dapat pula dipandang sebagai aspek eksekusif kepribadian oleh karena das
Ich ini mengontrol jalan-jalan yang di tempuh, memilih kebutuhan-kebutuhan yang
dapat di penuhi serta cara-cara memenuhinya, serta memilih obyek-obyek yang
memenuhi kebutuhan. Das Ich adalah derivate das Es dan tidak untuk
merintanginya peran utamanya adalah menjadi perantara antara
kebutuhan-kebutuhan instinktif dengan keadaan lingkungan, demi kepentingan
adanya organisme.
c)
Das
Uber Ich
Das
Uber Ich adalah aspek sosiologis kepribadian, merupakan wakil dari nilai-nilai
traditional serta cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada
anaknya , yang dimasukan (diajarkan)dengan berbagai printah dan larangan . das
Uber Ich lebih merupakan lebih merupakan kesempurnaan daripada kesenagan karena
itu das Uber Ich lebih dapat pula dianggap sebagai aspek moral kepribadian ,
fungsinya yang pokok ialah menentukan apakah suatu itu benar atau salah, pantas
atau tidak, susila stau tidak, dan demikian pribadi dapat bertindak sesuai
dengan moral masyarakat.
Adapun
fungsi pokok das Uber Ich itu dapat dilihat dalam hubungan dengan ketiga aspek
kepribadian itu yaitu:
1.
merintangi implus-implus dari das Es,
terutama implus-implus seksual dan agresif yang pernyataanya sangat di tentang
oleh masyarakat.
2.
mendorong das Ich untuk lebih mengejar
hal-hal yang moralitas dari pada realitas.
3.
mengejar kesempurnaan.
Demikianlah
struktur kepribasian menurut Freud. Terdiri atas tiga aspek. Dalam pada itu
harus selalu diingat bahwa aspek-aspek tersebut hanya nama-nama untuk berbagai
prosespsikologis yang berlangsung dengan prinsip-prinsip yang berbeda satu sama
lain. Dalam keadaan biasa ketiga system itu bekerja sama dengan diatur oleh das
Ich;kepribadian berfungsi sebagai kesatuan.[2]
B. Carl
Gustav Jung
Carl Gustav Jung (1875-1959) pencipta teori
ini, berasal dari keluarga cendekiawan di Kerewil (Kanton Thurgau), Swiss.
Sebagai pemuda ia menaruh minat besar terhadap Paleonthologi dan Arkeologi.
Namun ia belajar ilmu kedokteran dan mendapat gelar Doktor dalam ilmu
kedokteran pada tahun 1900. Selama menjadi mahasiswa kedokteran itu ia tetap
banyak membaca buku-buku filsafat. Dan waktu menentukan spesialisasi dipilihnya
“psychiatry”, karena dia berpendapat dalam lapangan inilah ilmu filsafat dan
ilmu kedokteran dapat dipersatukan. Dalam pemikiran mengenai daya penggerak
dalam manusia dia sangat terpengaruh oleh schopenhauer dengan karyanya yang
terkenal: Die Weltals Wille und Vorstellung (1819). Dalam buku
tersebut dikemukakan soal “kemauan” sebagai unsur tak sadar dalam kepribadian
manusia, yang mendorong manusia di luar ratio penilikan ratio. Akan tetapi jung
tak dapat menerima”kemauan” sebagai hal yang sama sekali non-rational. Selanjutnya
ia mendapat bahan pemikiran yang dirasanya lebih tepat dari Eduard Vort
Hartmann dalam karyanya yang sangat terkenal: Philosophie des
Unbewussten (1869). Hartmann berbicara tentang adanya prinsip
teleologis dalam dunia yang tidak sadar akan tujuannya sendiri namun mendorong
segala kekuatan hidup ke arah tujuannya masing-masing. Jadi jung berusaha
membuat kombinasi antara teologi dan ketidaksadaran. Juga Jung sangat
terpengaruh oleh J.J. Bachouer yang banyak menulis tentang interpretasii
lambang-lambang kuno. Juga pribadi Nietze yang yang menurut Jung merupakan
contoh yang jelas bagi pribadi yang terpecah, yaitu Nietze dan Zarathustra
besar pengaruhnya bagi pemikiran Jung.
Dalam lapangan psikiatri dia terpengaruh oleh
Pierre Janet dan terlebih-lebih Sigmund Freud. Beberapa tahun lamanya Jung
menempatkan diri sebagai pengikut Freud, dan banyak membela psikoanalitis
terhadap berbagai kritik. Tetapi kemudian ada perbedaan pandangan aliran
sendiri yang diberinya nama psikologi analitis atau Psikologi
kompleks.
Sebagai penulis yang produktif. Tulisannya
banyak sekali dan bidang orientasinya sangat luas, sedang pendapatnya selalu
berkembang. Justru karena hal demikian inilah maka teori Jung sebagai kesatuan
tidak mudah dipahami. Kalau disederhanakan, teori tersebut dapat dimengerti
juga dalam rangka struktur, dinamika, serta perkembangan kepribadian (psyche).
a. Struktur
Kepribadian
Jung tidak berbicara tentang kepribadian
melainkan tentang psyche. Adapun yang dimaksud dengan psyche adalah
totalitas segala peristiwa psikis baik yang disadari maupun yang tidak
disadari. Jadi jiwa manusia terdiri dari dua alam, yaitu:
1)
Alam sadar (kesadaran), dan
2)
Alam tak sadar (ketidaksadaran).
Kedua alam itu tidak hanya saling mengisi,
tetapi berhubungan secara kompensatoris. Adapun fungsi keduanya adalah
penyesuaian, yaitu:
1)
Alam sadar: penyesuaian terhadap dunia luar,
2)
Alam tak sadar: penyesuaian terhadap dunia
dalam.
Batas antara kedua alam itu tidak tetap,
melainkan dapat berubah-ubah, artinya luas daerah kesadaran atau ketidaksadaran
itu dapat bertambah atau berkurang.[3]
b. Dinamika
kepribadian
Jung menyatakan bahwa kepribadian atau psyche bersifat
dinamis dengan gerak yang terus-menerus. Dinamika psyche tersebut disebabkan
oleh enerji psikis yang oleh Jung disebut libido. Dalam dinamika psyche
terdapat prinsip-prinsip sebagai berikut.
1)
Prinsip oposisi
Berbagai sistem, sikap, dan fungsi kepribadian saling
berinteraksi dengan tiga cara, yaitu : saling bertentangan (oppose), saling
mendukung (compensate), dan bergabung mejnadi kesatuan (synthese).
Menurut Jung, prinsip oposisi paling sering terjadi
karena kepribadian berisi berbagai kecenderungan konflik. Oposisi juga terjadi
antar tipe kepribadian, ekstraversi lawan introversi, pikiran lawan perasaa,
dan penginderaan lawan intuisi.
2)
Prinsip kompensasi
Prinsip ini berfungsi untuk menjada agar kepribadian
tidak mengalami gangguan. Misalnya bila sikap sadar mengalami frus-trasi, sikap
tak sadar akan mengambil alih. Ketika individu tidak dapat mencapai apa yang
dipilihnya, dalam tidur sikap tak sadar mengambil alih dan muncullah ekpresi mimpi.
3)
Prinsip penggabungan
Menurut Jung, kepribadian terus-menerus berusaha
menyatukan pertentangan-pertentangan yang ada agar tercapai kepribadian yang
seimbang dan integral.[4]
C. Alfred Adler
Alfred Adler lahir di Wina pada tahun 1870.
Dia menyelesaikan studinya dalam lanpangan kedokteran pada Universitas Wina
pada tahun 1895. Mula-mula mengambil spesialisasi dalam Ophthalmologi, dan
kemudian dalam lapangan psikiatri. Mula-mula bekerja sama dengan Freud dan
menjadi anggota serta akhirnya menjadi presiden “Masyarakat Psikoanalisis
Wina”. Namun dia segara mengembangkan pendapatnya sendiri yang menyimpang dari
pendapat Freud serta lain-lain anggota persatuan itu, yang pada akhirnya
menyebabkan ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden serta dari
keanggotaannya dalam “Masyarakat Psikoanalisa Wina” tersebut dan mendirikan
aliran baru yang diberinya nama Individual Psychologi. Hal ini
terjadi pada tahun 1911.
Sejak tahun 1935 Adler menetap di Amerika
Serikat. Di sana dia melanjutkan prakteknya sebagai ahli penyakit syaraf dan
juga menjadi guru besar dalam psikologi medis di Long Island College of
Medicine. Dia meninggal di Scotlandia pada tahun 1937, ketika sedang dalam
perjalanan keliling untuk memberikan ceramah-ceramah.
Pengaruh Adler juga lekas meluas, walaupun
tidak seluas pengaruh Psikoanalisis, terutama karena Adler dengan
pengikut-pengikutnya mempraktekan teorinya dalam lapangan pendidikan. Juga di
Amerika serikat pengaruh Individual Psychologie itu cukup luas. Pendapat-pendapat
tetap terpeliharadan bertambah luas berkat adanya “The American Society of
Individual Psychology” yang mempunyai majalah tersendiri, yaitu: The
American Journal of Individual Psychology. Sebagai penulis, Adler
sendiri juga cukup produktif, banyak tulisan-tulisannya. Salah satu hasil
karyanya yang oleh para ahli dianggap representatif ialah: Praxis und
Theorie der Individual Psychologie.
Pokok-pokok
Teori Adler
Teori Adler dapat dipahami lewat
pengertian-pengertian pokok yang dipergunakannya untuk membahas kepribadian.
Adapun pengertian-pengertian pokok dalam teori Adler itu adalah seperti yang
dikemukakan berikut ini.
1)
Individualitas sebagai Pokok Persoalan
Adler memberi tekanan kepada pentingnya sifat
khas (unik) kepribadian, yaitu individualitas, kebulatan serta sifat-sifat
pribadi manusia. Menurut Adler tiap orang adalah suatu konfigurasi motif-motif,
sifat-sifat, serta nilai-nilai yang khas. Tiap tindak yang dilakukan oleh
seseorang membawakan corak khas gaya kehidupannya yang bersifat individual.
2)
Pandangan Teleologis: Finalisme Semu
Setelah memisahkan diri dari Freud, Adler
sangat dipengaruhi oleh filsafat yang dirumuskan oleh Hans Vaihinger dalam
bukunya yang berjudul Die Philosophie des Als Ob (1911).
Vaihinger mengemukakan, bahwa manusia hidup dengan berbagai cita-cita atau
pikiran yang semata-mata bersifat semu.
Adler mengambil ajaran filsafat positivisme
idealistis yang bersifat pragmatis, dan disesuaikan dengan pendapatnya sendiri.
Di dalam filsafat Vaihinger, Adler menemukan
pengganti determinisme historis Freud yang menekankan faktor konstitusional
serta pengalaman masa kanak-kanak. Adler menemukan gagasan bahwa manusia lebih
didorong oleh harapan-harapannya terhadap masa depan daripada
pengalaman-pengalaman masa lampaunya. Segala aktifitas proses psikis ditentukan
oleh motif-motif tertentu, juga bilamana motif-motif ini tak
disadari oleh yang bersangkutan. Tiap orang mempunyai Leitlenie, yaitu
rancangan hidup rahasia yang tak disadari, yang diperjuangkannya terhadap
segala rintangan.
3)
Dua Dorongan Pokok
di dalam diri manusia terdapat dua dorongan
pokok, yang mendorong serta melatarbelakangisegala tingkah lakunya, yaitu:
a) dorongan
kemasyarakatan yang mendorong manusia bertindakyang mengabdi kepada masyarakat.
b) Dorongan
keakuan, yang mendorong manusia bertindak yang mengabdi kepada diri sendiri.
4)
Rasa Rendah Diri dan Kompensasi
Adler memperluas pendapatnya tentang ras
rendah diri, pengertian ini mencakup segala rasa kurang berharga yang timbul
karena ketidakmampuan psikologis atau sosial yang dirasa secara subyektif,
ataupun karena keadaan jasmani yang kurang sempurna.
Adler berpendapat, bahwa rasa rendah diri itu
bukanlah suatu pertanda ketidaknormalan, melainkan justru merupakan pendorong
bagi segala perbaikan dalam kehidupan manusia. Tentu saja dapat juga rasa
rendah diri itu berlebih-lebih sehingga manifestasinya juga tidak normal.
Tetapi dalam keadaan normal rasa rendah diri itu merupakan pendorong ke arah
kemajuan atau kesempurnaan (superior). Menurut Adler kendatipun rasa rendah diri
itu membawa penderitaan, bukan berarti hilangnya rasa rendah diri mendatangkan
kenikmatan. Bagi Adler tujuan manusia bukanlah mendapatkan kenikmatan, akan
tetapi mencapai kesempurnaan.
5)
Dorongan Kemasyarakatan
Secara teori, dalam artinya yang luas,
dorongan kemasyarakatan merupakan dorongan untuk membantu masyarakat guna
mencapai tujuan masyarakat yang sempurna. Dalam hubungan ini Adler menyatakan
”Sosial interesst is true and inevitable compensation for all the natural
weaksessesof individual human being” (Adler, 1929, p.31).
Dorongan kemasyarakatan itu adalah dasar yang
dibawa sejak lahir, pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial. Namun
sebagaiman kemungkinan selain bawaan, kemungkinan mengabdi kepada masyarakat
itu tidak tampak secara spontan, melainkan harus dibimbing dan dilatih.
Singkatnya, dorongan kemasyarakatan
menggantikan dorongan kekuatan. Namun, sebagai keseluruhan, kedua dorongan
pokok yang telah diketengahkan di muka itu, yaitu dorongan kekuatan dan
dorongan kemasyarakatan.
6)
Gaya Hidup, Leitlinie
Gaya hidup adalah pengertian yang sentral
dalam teori Adler, tetapi juga pengertian yang paling sukar dijelaskan. Gaya
hidup ini adalah prinsip yang dapat dipakai landasan untuk memahami tingkah laku
seseorang. Inilah yang melatarbelakangi sifat khas seseorang. Dia mengamati,
berangan-angan, berpikir serta bertindak dengan gayanya sendiri yang khas.
Inilah gaya hidupnya, Leitlinie, yang menjadi pembimbing dalam
hidupnya dan diperjuangkannyaterhadap segala macam rintangan.
Gaya hidup seseorang telah terbentuk antara
umur tiga sampai lima tahun. Menurut Adler gaya hidup itu ditentukan oleh
inferioritas yang khusus. Jadi gaya hidup itu adalah suatu bentuk kompensasi
terhadap kekurangan dan kesempurnaan tertentu. Namun teorinya ini tidak
memuaskan dia sendiri. Karena dianggap terlalu sederhana dan mekanistis. Karena
itu dicarinya pengertian yang lebih memadai, dan akhirnya hal ini
dikemukakannya: diri yang kreatif.
7)
Diri yang Kreatif
Diri yang kreatif adalah penggerak utama,
pegangan filsafat, sebab pertama bagi semua tingkah laku. Sukarnya menjelaskan
soal ini ialah karena orang tak dapat menyaksikannya secara langsung akan
tetapi hanya dapat menyaksikan lewat manifestasinya. Inilah yang mengentarai
antara perangsang yang dihadapi individu dengan response yang dilakukannya.
Diri yang kreatif inilah yang memberi arti kepada hidup, yang menetapkan tujuan
serta membuat alat untuk mencapainya.
DAFTAR PUSTAKA
Suryabrata Sumadi, 2002, Psikologi
Kepribadian, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada).
Calvin S. Hall, 1993, Teori-teori
Psikodinamik Klinis, (Yogyakarta: kanisius).
Carole Wade, Carol Tavris, 2007, Psikologi
Edisi 9, (Surabaya: Erlangga).
Alwisol, 2009, Psikologi Kepribadian, (Malang:
UMM Press).
Abu Ahmadi,. Munawar Sholeh. 2005. Psikologi
Perkembangan. (Jakarta: Rineka Cipta)
0 komentar:
Posting Komentar