BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah dan Pengertian Psikologi Kepribadian
Sejumlah kekuatan ilmiah
dan filosofis yang menyatu pada awal abad ke-20 memungkinkan lahirnya psikologi
kepribadian. Sigmund Freud, yang sangat sadar akan awal yang baru ini,
dengan sengaja menerbitkan salah satu dari karya utamanya, The
Interpretation of Dreams, pada tahun 1900(alih-alih pada tahun 1899). Pada
tahun 1930-an, teori kepribadian modern sedang terbentuk. Psikologi
kepribadian berusia kurang dari satu abad, namun mempunyai akar sepanjang
sejarah manusia. Kronologis waktu yang ditampilkan dalam bab ini
menunjukkan perkiraan urutan tonggak-tonggak sejarah penting dalam sejarah
psikologi kepribadian dan kaitannya dengan kejadian dunia yang penting.[1]
Psikologi kepribadian ini
selain meneliti jiwa seseorang juga meneliti atau mengakaji mengenai islam ,
yakni psikologi kepribadian islam. Psikologi kepribadian islam yang dimaksudkan
di sini tidak saja bernilai the indigenous psychology, tetapi juga di
anggap sebagai psikologi lintas budaya, etnik dan bahasa. Atau lebih tepatnya
di anggap sebagai psikologi rahmati lil al-‘alamin, yang mencakup alam
syahadah (empirik) dan alam ghaib (meta empirik), bahkan alam dunia dan alam
akhirat.[2]
Makna kepribadian atau Personality
berasal dari kata “person” yang secara bahasa memiliki arti; (1) an
individual human being (sosok manusia sebagai individu), (2) a common
individual (individu secara umum), (3) a living human body (orang
yang hidup), (4) self (pribadi), (5) personal exsintence or identity
(exsistensi atau identitas pribadi), dan (6) distinctive personal character (kekhususan
karakter individu).[3]
Dalam psikologi
kepribadian tercetus beberapa hal di antaranya, Teater dan Presentasi
Diri, aspek-aspek Agama, Evolusi Biologis, Pengetesan dan Teori Modern. [4]
·
Teater dan Presentasi Diri
Sebagian akar psikologi
kepribadian bisa ditelusuri ke teater. Theophrastus, murid dari Aristoteles,
adalah salah satu pencipta-pencipta pertama sketsa karakter deskripsi singkat
mengenai tipe orang yang bisa di temui kapan pun dan dimana pun seprti seorang
yang murahan, rapi pemalas, atau kasar (Allport, 1961). Pada abadn ke-20,
teater kembali mengambil langkah imajinatif pemain teater seperti luigi
Pirandello (1867-1936), bermain dengan ide bahwa seorang karakter bisa
melangkah keluar dari operistiwa di dalam pentas mereka. Sebagai contoh,
seorang pemain bisa sepenuhnya, keluar dari panggung (atau keluar dari set
film) dan mengomentari drama tersebut. Disini seolah-olah, karakter tersebut
mempunyai realitasnya sendiri dan kenyataan menjadi suatu rangkaian ilusi. Pada
saat yang bersamaan, filsuf sosial mulai mempertimbangkan ide mengenai diri relatif
lebih jelasnya, tidak ada diri yang sejati di balik topeng, melainkan diri yang
sejati hanyalah merupaann serangkaian topeng (Hare &Blumberg, 1988;
G.Mead,1968). Dengan kata lain abad ke-20 ini menentang ide tentang adanya inti
diri atau kepribadian yang bisa di temukan.
·
Agama
Aspek lain dari psikologi
kepribadian bisa ditelusuri kepercayaan-kepercayaan agama. Tradisi keagamaan
barat (Yahudi, Kristen, Islam) memepercayai bahwa umat manusia diciptakan
menurut citra Tuhan dan sejak awal telah menghadapi godaan dan perjuangan
moral. Manusia bertujuan untuk memenuhi sebuah tujuan adikotri, berjuang demi
kebaikan, dan melawan yang jahat. Dalam tradisi ini, sifat dasar manusia pada
hakikatnya adalah spiritual sebuah roh yang mendiami raga ketika ia berada di
dunia. Hal inilah yang mengha;langi analisis kepribadianyang ilmiah karena
agama dapat memandang manusia bukan sebagai bagian dari alam, namun lebih dari
sebagian atauran adikodrati.
Filsafat dan agama-agama
Timur berfokus pada kesadaran diri dan pemenuhan diri spiritual .
perhatian juga banyak dia raahakan pada meditasi dan tingkat kesadaran yang
berubah (seperti keserupan). Fokus pemikiran Timur ini pada kesadaran,
pemenuhan diri dan roh manusia, memainkan peranan penting dalam aspek-aspek tertentu
dari teori kepribadian modern. Pemikiran Timur juga mempengaruhi psikologi
kepribadian ternama seperti C.G.Jung. namun, sebagian besar peneliti mengenain
kepribadian di universitas saat ini lebih banyak bergelut di arena ilmu
pengetahuan modern dan positivistik, serta jarang terkait dengan
masalah-masalah spiritual.
·
Evolusi Biologis
Pengaruh terhadap
psikologi kepribadian yang paling terlihat jelas bisa di telusuri ke perkembangan
ilmu biologi selama abad ke-19. Mengapa beberapa binatang, seperti harimau,
bersifat agresif dan peneyendiri, sementara binatang lain seperti,
simpanse, bersifat sosial dan kooperatif? Karakteristik apa saja dari
manusiayang sama-sama dimiliki oleh binatang lain? Perkembangan terbesar dalam
pemikiran biologisdi abad ke-19 adalah teori evolusi. Pada tahun 1859 Charles
Darwin menerbitkan Origin of Species, Charles Darwin
mengajukan ide-ide yang diajukan ahli teori lain, berpendapat bahwa
karakteristik individualyang berevolusi adalah karakteristik yang memungkinkan
organisme tersebut untuk meneruskan gen keturunannya. Individu yang tidak
beradaptasi dengan baikdengan tuntutan dari lingkungannya tidak akan hidup
cukup lama untuk dapat meneruskan keturunan. Jadi, sebagai contoh, dorongan
seks yang kuat mempunyai nilai yang adaptif- individu yang tidak memiliki
dorongan seks yang kuat akan memilki kemungkinan yang lebih kecil untuk dapat
melanjutkan keturunan. Begitu juga dengan sejumlah dorongan agresi dan
sejumlah bentuk tertentudari kerja sama sosial yang memilki nilai
adaptif. Binatang yang dapat mengusai makanan dan pasangan, dan binatang
yang bisa bekerja sama dengan yang lain untuki memastikan keselamatan mereka,
akan hidup cukup lama sehinggamemilki lebih besar kemungkinan untuk dapat
meneruskan gen mereka, fokus terhadap fungsi lebih- jelasnya, fungsi dari
perilaku menjadi aspek yang penting dari pemikiran kita mengenai kepribadian.
Namun, sumbanagan utama
dari evolusi darwin terhadap psikologi kepribadian adalah caranya memebebaskan
pemikirandari asumsi adanya kendali adikodrati. Jika kita berfikir bahwa
kekuatan adikodrati memilki kendali penuh atas kegiatan manusia, kita tidak
akan perlu mencari hal-hal lain mempengaruhi individu. Ketika menjadi jelas
bahwa manusia ditentukanoleh hukum-hukum alam, ilmuwan mulai mempelajari
perilakumanusia secara sistematis.
·
Pengetesan
Perhatian! Pemeriksaan
ini bertujuan untuk mengingat seberapa baiak Anda dapat mengingat, memikirkan,
dan menjalankan apa yang diperintahkan kepda Anda. Kami tidak mencari
orang-orang yang gila. Tujuan kami adalah membantu Anda menemukan tempat sesuai
bagi Anda di Angkatan bersenjata.
Begitulah instruksi untuk
sebuah tes yang di beriak kepada lebih dari satu juta orang muda Amerika,
ketika Amerika Serikat memasuki Perang Dunia Ipada tahun 1917 (Yerkes, 1921).
Orang-orang Amerika mempunyai pekerjaan yang harus dilakukan, dan mereka
berfikir akan dapat melakukannya dengan lebih baik jika mereka mengukur orang
yang sama seprti mereka mengukur mesin. Pendekatan praktis yang dimilki
oleh psikologi orang-orang Amerika ini membawa perspektifyang berbeda terhadap
studi mengenai perbedaan individu.
Banyak peneliti
psikologis mengenai kepribadian telah didukung oleh strategi masa perang guna
kepentingan pertempuran atau oleh usaha masa damai untuk pertahanan nasioanal.
Bahkan sekarang Angkatan yang bersenjata AS masih memepekerjakan ratusan
psikologi untuk melakukan penelitian dan pengetesan terhadap
prajurit-prajuritnya. Dulu pada tahun 1917, angkatan bersenjata lebih bertujuan
untuk menyeleksi orang-orang dungu, namun mereka juga menyeleksi para para
pelamar yang tidak tahan berada dibawah tekanan. Sebagai contoh salah satu
pertanyaan berbunyi “Apaka Anda merasa ingin melompatsaat berda ditempat ynag
tinggi?” (Woodworth,1919). Pertanyaan semacam inilah yang memebrikan sumbangan
terhadap perkembangan tes kepribadian modern. Tes-tes angakatan
bersenjata dikembangakan dibawah pengaruh psikologis Lewis Terman dari Stanfort
dan Robert Yerkes dari Harvard, yang sebenarnya lebih tertarik dengan
pengetesan kecerdasan.
·
Teori Modern
Teori kepribadian modern
mulai terbentuk secara formal pada tahun 1930-an. Bentuk teori tersebut sangat
dipengaruhi oleh karya tiga orang yakni Gorden Allport, Kurt Lewin dan Henry
Murray. Allport yang mailki keahlian luas dalam bidang filsafat dan
karya-karya klasik, memyusatkan kperhatiannya pada keunikan dan kehormatan
uindividu. Allport mendefinisikan kepribadian sebagai “organisasi dinamis dari
sistem psikofisik individu yang menentukan peneyesuaian unik dirinya terhadap
lingkungan”(1937,hal.48). dengan mengembangkan karya psikolog filsuf William
James, Allport menolak ide untuk memecah-mecah kepribadian ke dalam komponen
–komponen dasar (seperti sensasi atau dorongan dalam diri) dan lebih melihat
sistem yang mendasari setiap keunikan individu.
Kurt Lewin berasal dari tradisi
Gestal di Eropa. Psikolog-psikolog Gestal menekankan hakikat persepsi dan pikiran
yang integaratif dan aktif, serta berpendapat bahwa keseluruhan
adalah lebih baik dari pada kumpulan dari bagian-bagian. Penekanan pada
gambaran keseluruhan yang seseorang bayangkan ketika menghadapi suatu situasi,
mempunyai pengaruh yang besar terhadap lewin, dan selanjutnya terhadap
psikologi kepribadian dan sosial. Lewin memberi perhatian pada “kondisi sesaat
individu dan struktur situasi psikologinya”. Dengan kata lain, lewin menekankan
bahwa kekuatan yang mepengaruhi seseorang berubah dari waktu ke waktu dan dari
situasi kesituasi. Teori kepribadian modern telah menerapakan penekanan ini
dalam memahami keadaan seseorang dlam situasi tertentu.
Henry Murray, menghabiskan sebagian
besar kariernya diklinik psikologi Harvard, dimana ia berusaha mengintegrasikan
isu-isu klinis (masalah psienh yang nyata) dengan isu-isu teori dan
pemeriksaan. Lebih penting lagi, Murray percaya pada sebuah orientasi
komprehensif, termasuk penelitian longitudional mempelajari orang yang sama
untuk jangka waktu yang lama. Dia menggunakan pendekatan yang luas dalam
kepribadian dan mendefinisikan sebagai “cabang dari psikologi yang pada
prinsipnya memepelajari kehidupan manusia dan faktor-faktor apa saja yang
mempengsruhinya, serta menyelidiki perbedaan individu” (1938, hal.4) penenkannya
untuk memepelajri kekayaan hidup pada seiasp orang menuntun Murray untuk lebih
memilih istilah “Personology” alih-alih “Personality”,
psikolog-psikolog modern yang menggunakan pendekatan Murray sering menyebut
diri mereka sendiri “Personologist”. Murray juga menekankan hakikat
individu yang terintegrasi dan dinamis sebagai organisme kompleks yang berespon
terhadap lingkungan yang spesifik. Murray juga menenkankan kebutuhan dan
motivasi, penekanan yang terbukti cukup terpengaruh.
Selain itu, usaha-usaha untuk menyusun teori dalam
psikologi kepribadian ini dimana hasil-hasil dari usaha-usaha tersebut ada yang
nilai ilmiahnya masih jauh dari memadai dan karenanya dapat disebut
usaha-usaha yang masih bersifat prailmiah dan ada yang nilai ilmiahnya sudah
memadai.[5][5]
1.
Usaha-usaha yang masih bersifat Prailmiah
Diantara usaha-usah tersebut yang terkenal adalah:
a.
Chirologi (gurat-gurat tangan (Jawa;Rajah))
b.
Astrologi (Ilmu Perbintangan)
c.
Grafologi (Ilmu tentang tulisan tangan)
d.
Physiognomi (Ilmu tentang
wajah)
e.
Phrenologi (Ilmu tentang
tengkorak)
f.
Onychologi (Ilmu tentang kuku)
2.
Usaha-usaha yang lebih tinggi nilainya
a.
Ajaran tentang Cairan Badaniah
1.
Pendapat Hippocrates
Hippocrates (460-370
sebelum masehi), ia seorang bapak ilmu kedokteran yang memebahas kepribadian
manusia dari titik tolakj konstitusional. Terpengaruh oleh kosmologi
empedoksles,yang menganggap bahwa alam semesta beserta isinya tersusun dari 4
unsur dasar yaitu tanah, air, udara dan api. Dengan sifat yang di dukukngnya
yaitu kering, basah, dingin dan panas, maka Hippocrates berpendapat bahwa dalam
diriseseorang terdapat 4 macam sifat tersebut
yang di dukung oleh keadaan
konstitusianal yang berupa cairan-cairan yang ada dalam tubuh orang itu, yaitu
chole (empedu kuning), melanchole (empedu hitam), phlegma (lendir), dan sanguis
(darah).
2.
Pendapat Galenus
Galenus sependapat dengan
Hippocrates bahwa dalam tubuh manusia terdapat 4 macam cairan yaitu chole
(empedu kuning), melanchole (empedu hitam), phlegma (lendir), dan sanguis
(darah). Dan bahwa cairan-cairan tersebut
adanya dalam tubuh manusia secara dalm proporsi tertentu. Kalau suatu cairan
adanya dalam tubuh itu melebihi proporsi yang seharusnya (jadi;dominan) maka
akan mengakibatkan sifst-sifat kejiwaan yang khas. Sifat-sifat kejiwaan yang
khas ada pada seseorang sebagai akibat dari pada dominannya salah satu cairan
badaniahitu oleh galenus disebutnya temperamen. Jadi, galenus dapat
menggolongkan manusia menjadi 4 tipe temperamen.
b.
Pengaruh
Ajaran Hippocrates
dan Galenus
Ajaran Hippocrates
yang kemudian disempurnakan oleh Galenus, lama-kelamaanya latar
belakang kefilsafatannya, yakni adanya kesatuan dalam seluruh kosmos ,
ditinggalkan dan sebagai akibatnya terdapat adanya dua garis perkembangan,
yaitu
1.
Menekankan pentingnya kejasmanian, yaitu
teori-teori konstitusional,
2.
Menekankan pentingnya segi kejiwaan, yaitu
teori-teori temperamen.
Gordon Allport
mengklasifikasikan lebih dari lima puluh definisi kepribadian yang berbeda.
Menurutnya (dalam Engler, 1995), kepribadian adalah sesuatu yang nyata dalam
seorang individu yang mengarah pada karakteristik perilaku. Sementara
itu, menurut Carl Rogers, seorang ahli teori kepribadian, kepribadian atau
“diri” adalah sesuatu yang terorganisasi, berisikan pola persepsi tentang “aku”
(self) atau “aku yang menjadi pusat pengalaman individual” (Engler,
1995). Menurut B.F Skinner, seorang psikolog behavioraldari Amerika,
istilah “kepribadian” tidak diperlukan. Skinner tidak percaya bahwa
konsep seperti diri atau kep[ribadian diperlukan untuk mengalami perilaku
manusia. Adapaun menurut Sigmund Freud, bapak psikoanalisis, kepribadian
sebagian besar terdiri dari ketidaksadaran, tersembunyi, dan tidak diketahui.[6][6]
B. Tipologi Berdasarkan Konstitusional
Teori Hippocrataes yang
kemudian disempurnakan oleh Galenus pada akhir abad ke dua ternyata sangat
tahan uji dan lama sekali mempengaruhi para ahli dalam bidang tipologi,
terutama di Eropa daratan. Tipologi konstitusional lebih erat dengan tipologi
mashab italia yang mana pada abad XIX sejumlah ahli-ahli di italia yang bekerja
dalam bidang penyelidikan mengenai variasi tubuh manusia mendirikan suatu
mashab ynag kemudian terkenal dengan nama mashab italia atau mashab morfologi.
Tokoh utama mashab uni adalah De-Giovani dan viola.[7][7]
a.
Tipologi Mazhab Italia
1.
Teori De-Giovani: Hukum Deformasi
Pada tahun 1880
De-Giovani menerbitkan karyanya yang berjudul Morfologi del Corpo Umano. Dalam
buku tersebut dia merumuskan hukum deformasi, yang berisikan penggolongan
variasi tubuh manusia. Secara singkat pendapat De-Giovani tersebut adalah bahwa
ada triga macam tubuh manusia:
1)
Orang dengan togok (jawa; gembung, inggris;trunk)kecil
cenderung untuk mempunyai bentuk tubuh yang panjang yang mempunyai hubungan
dengan habitus phthisis.
2)
Orang dengan togok besar cenderung untuk memepunyai
bentuk tubuh yang pendek yang mempunyai hubungan dengan habitus apoplectis.
3)
Orang-orang dengan togok normal cenderung untuk mempunyai
proporsi badan yang normal.
2.
Tipologi Viola
Berdasarkan penyelidikan
viola, dia berhasil menemukan adanya tiga golongan bentuk tubuh manusia, yakni;
1) Microplanchnis , yaitu bentuk tubuh yang
ukuran-ukuran menegaknyalebih dari pada perbandingan biasa, sehingga tubuh
kelihatan jangkung.
2) Macrosplanchnis, yaitu bnetuk tubuh yang
ukuran-ukuran mendatarnya lebih dari pada dalam perbandiangan biasa, sehingga
tubuh kelihatan pendek.
3) Normoplanchnis, yaitu bentuk tubuh yang
ukuran-ukuran menegak dan mendatarnya selaras, sehingga tubuh kelihatan
selaras.
Pendapat ini ternyata banyak sekali persamaannya dengan
pendapat Kretschmer yang dikemukakan beberapa waktu kemudian. Mazhab Italia
berpendapat, bahwa variasi atau bermacam-ragamnya keadaan jasmani manusia itu
berakar pada keturunan, jadi tergantung kepada dasar yang dibawa sejak lahir,
dan dengan demikian trak dapat di ubah oleh pengaruh dari luar.
b.
Morfologi Konstitusional; Mazhab Perancis
Dalam mengadakan
penggolong-golongan manusia atas dasar keadaan jasmaniahnya kategori yang di
pakainya sebagia dasar ialah dominasi sesuatu fungsi fisiologi didalam
pertumbuhan organisme. Seperti para ahli psikologi Gestalt pada zaman itu yang
berpendapat bahwa dalm meneyelidiki konfigurasi total orang harus memperhatikan
gambaran (figure) dan latar belakang, maka Sigaud berpendapat bahwa
organisme manusia beserta Anomalienya harus di mengerti sebagai fungsi dari
pada dasar dan sekitar (lingkungan, miliu): jadi ada kerja sama antara dasar
dan sekitar. Pada setiap sistem ada unsur sekitar yang memainkan peranan 1) terhadap
organisme dan secara langsung memepngaruhi sistem yang bersangkutan itu.
Sekitar yang bermacam-macam itu di golongkan pada pokoknya dapat digolongkan
menjadi empat macam, yaitu:
1) Berwujud udara yang
menjadi sumber reaksi respitotaris,
2) Berwujud makan-makan yang
menimbulkan reaksi digestif,
3) Berwujud keadaan alam
yang menjadi dasar reaksi-reaksi muskuler,
4) Berwujud keadaan sosial
yang menimbulkan reaksi-reaksi cerebral.
c.
Morfologi Konstitusi di Jerman; Tipologi Krestschmer
·
Tipologi Krestschmer
Krestschmer semata-mata tidak membahas konstitusi
melainkan ia juga membahas masalah temperamen. Krestschmer membedakan
antara konstitusi, temperamen dan watak.
Konstitusi adalah keseluruhan (totalitas) sifat-sifat individual
yang beralas pada keturunan, ini juga merupakan sifat-sifat jasmaniah maupun
sifat kejiwaan, karena semata-mata tergantung pada keturunan atau dasar, maka
disebut faktor keturunan atau faktor endogen, dan tidak dapat di ubah
oleh faktor dari luar.
Temperamen adalah bagian dari pada kejiwaan yang agaknya dengan
melalui darah secara kimiawi mempunyai korelasi dengan aspek jasmaniah. Dengan
kata lain temperamen adalah konstitusi kejiwaan. Temperamen ini turun temurun
dan tak dapat di ubah oleh pengaruh-pengaruh dari luar. Dan temperamen ini
memepengaruhi dua macam kualitas kejiwaan, yaitu; suasana hati dan tempo
psikis.
Watak adalah keseluruhan kemungkinan-kemungkinan bereaksi
secara emosional dan volisional seseorang , yang terbentuk selama hidupnya oleh
unsur-unsur dari dalam (dasar, keturunan, faktor-faktor endogen) dan
unsur-unsur dari luar (pendidikan dan pengalaman, faktor-faktor eksogen).
Selain tipe-tipe di atas, Kretschmer mendasarkan pada
konstitusi jasmani, sebagai berikut.
1. Manusia tipe piknis atau pyknoid dengan
ciri-ciri bentuk badan (perawakan), yaitu perawakan gemuk, serba bulat, serba
pendek, perut gendut, wajah bundar, badan berelamak, dada berisi memiliki sifat
humor tinggi, gembira, optimis, dan lain-lain
2.
Manusia tipe asthenis dengan ciri-ciri bentuk
badan, yaitu badan kurus (tipis), kepala kecil, dada rata, wajah sempit,
anggota badan serba panjang, langsing, biasanya wataknya pemurung, kaku dalam
pergaulan, mudah tersinggung, dan lain-lain.
3. Manusia tipe atletis dengan ciri-ciri bentuk badan
merupakan canmpuran antara ciri badan tipe piknis dan asthenis. Bentuk tubuh
atles, mempunyai sifat realitis, mempunyai watak ingin berkuasa, ekstrovert,
supel dalam pergaulan.
4.
Manusia tipe desplatis atau hypoplastic ialah
orang dengan ciri-ciri bentuk badan besar dan tinggi sekali atau kecil dan
pendek sekali. Tipe manusia seperti ini selamanyamempnyai perasaan
inferioritas.[8][8]
Hipocrates berpendapat bahwa didalam tubuh manusia
terdapat empat zat cairan dengan sifat-sifatnya yang berlainan, yaitu
darah bersifat panas, lendir bersifat dingin, emepedu hitam bersifat
basah, dan empedu kuning bersifat kering. Hipocrates dalm mengeluarkan
pendapatnya itu terinspirasi pendapat filsuf sebelumnya yang bernama Empedocles.
Telah dikemukakan di depan bahwa Empedocles pernah berpendapat bahwa segala
sesuatu yang ada di dunia ini terbentuk dari empat zat, yaitu; tanah, air, api
dan udara. Sifat-sifat itu sebenarnya di gunakan oleh Hipocrates untuk
kepentingan ketabiban yang di jalankannya. [9][9]
Sedangkan Galenus yang disebut sebagai penerus pandangan
Hipocrates menggunakan dasar empat macam cairan yang terdapat di dalam tubuh
manusia sebagai dasar berfikir dalam menyusun tipologi manusia. Ke empet cairan
yang dimaksud tersebut adalah darah (sangui),lympha (flegma),
empedu kuning (choleri), dan empedu hitam (melanchole).
Berdasrkan adanya empat cairan dalam tubuh manusia itu, selanjutnya Galenus
menggolongkan manusia menjadi empat tipe seperti halnya Hipocrates. Dari keempat
tipologi manusia menurut Galenus sama sepertinya Hipocrates, diantaranya;[10][10]
1. Orang yang terlalu banyak darah (sangui) dalam
tubuhnya orang tersebut di masukkan dalam golongan orang yang bertipe
sanguinisi. Sifat orang tersebut dinamakan sanguini. Ciri-ciri orang
bertipe sanguinisi tampak dominan, yaitu ekspansi, lincah, selalu riang
gembira, bersifat optimis, mudah tersenyum, tidak mudah putus asa, dan
lain-lain.
2. Orang yang terlalu banyak lympa (flegma) dalam
tubuhnya, orang tersebut dimasukkan kedalam golongan orang yang bertipe flegmatisi.
Sifat orang yang termasuk dalam golongan ini dinamakan flegmatis.
Ciri-ciri orang yang bertipe ini yang tampak dominan, tidak mudah putus asa,
dan lain-lain.
3.
Orang yang terlalu banyak empedu kuning (chole) dalam
tubuhnya, orang tersebut dimasukkan kedalam golongan orang yang bertipe cholerisi.
Ciri-ciri orang yang masuk dalam tipe ini yang tampak dominan, yaitu lekas
marah, garang, mudah tersinggung, pendendam, serius, dan lain-lain.
4. Orang yang terlalu banyak empedu hitam (melancholi) dalam
tubuhnya, orang tersebut dimasukkan ke dalam golongan orang yang bertipe melancholerisi.
sifat orang yang termasuk dalam golongan ini dinamakan melancholis. Ciri-ciri
orang yang masuk dalam tipe ini, yaitu kaku, muram, penakut, pesimis, dan
lain-lain.
Tipologi berdasarkan
Temperamen merupakan watak dasar seseorang. Beberapa pendapat para tokoh
mengenai tipologi temperamen:
- Galenus : Temperamen adalah sifat-sifat kejiwaan yang ditentukan oleh campuran (komposisi) cairan-cairan dalam tubuh.
- Kretschmer : Temperamen adalah bagian dari pada kejiwaan yang agaknya dengan melalui darah secara kimiawi mempunyai korelasi dengan aspek jasmaniah.
- Khohnstamm : Aku rohani yang bersangkutan denagn konstitusi jasmaniah, dan di bawa sejak lahir.
Jadi, Temperamen
merupakan aspek kejiwaan dari pada kepribadian yang dipengaruhi oleh
konstitusi jasmaniah yang ada pada sejak lahir yang dapat diubah oleh pengaruh
dari luar.
a.
Tipologi yang berdasarkan sifat-sifat kejiwan semata-mata
1.
Tipologi Plato
Plato membagi tipologi
menjadi 3 bagian, diantaranya; pikiran(logos) yang berkedudukan di
kepala, kemauan (thumos) yang berkedudukan di dada dan hasrat (epithumid)
berkedudukan di perut.
Menurut Plato pikiran
juga merupakan sumber kebijaksanaan, kemauan adalah suber keberanian, dan
perasaan yang dimiliki oleh individu merupakan sumber kekuatan hawa nafsu bagi
manusia yang bersangkutan. Masing-masing unsur tersebut menentukan sifat
kepribadian pada individu. Prinsipnya, unsur yang paling dominan akan
menentukan sifat kepribadian seseorang. Oleh karena itu dapat kita saksikan
dilingkungan kita ada orang yang terlihat dominan dari segi kebijaksanaannya.
Ada orang yang tampak menonjol dalam hal keberaniannya. Selain kedua sifat
tersebut, ada pula seseorang yang memiliki kekuatan sungguh baik dalam menahan
hawa nafsunya.[12]
1.
Tipologi Queyrat
Queyrat menyusun tipologi atas dasar dominasi daya-daya
jiwa, yaitu daya-daya kognitif, afektif dan konotif. Dari ketiga ini dapat di
ketahui mengenai tipe kepsribadian orang tersebut.
Queyrat juga menyusun tipologi kepribadian manusia dengan
didasarkan kepada tiga fungsi jiwa, yaitu kognisi (mengenal), emosi (merasa),
dan konosi (menghendaki). Dari tiga fungsi jiwa yang diajukan ini, Queyrat
membedakan tiga golongan manusia, yaitu seorang ahli fikir, ahli rasa, dan ahli
bertindak. Orang-orang yang termasuk golongan ahli fikir adalah mereka yang
memiliki kemampuan berfikir tinggi sehingga berpengaruh pada pembentukan
kepribadian mereka. Orang-orang yang termasuk golongan ahli rasa, yaitu mereka
yang memiliki perasaan yang tinggi (dominan) sehingga berpengaruh pada kualitas
kepribadian mereka. Sementara orang-orang dengan kemauan yang tinggi akan
menentukan watak mereka sebagai ahli bertindak. Queyrat merevisi teorinya
tentang tipologi kepribadian manusia seperti dikemukakan di atas. Ia menyatakan
kinerjanya dalam menggolongkan tipologi kepribadian manusia kurang teliti
sehingga perlu direvisi ulang. Dalam revisinya tersebut, Queyrat menyatakan
bahwa dalam diri manusia tidak hanya satu unsur yang menentukan watak
kepribadian seseorang, tetapi ketiga unsur bersama-sama menentukan watak
kepribadian manusia.[14]
2.
Tipologi Malapert
Tipologi ini juga tak jauh beda dengan tipologi mazhab
perancis, tipologi ini juga mengolongkan atas dasar dominasi daya-daya jiwa
atau aspek-aspek kejiwaan tertentu. Dominasi tersebut yakni tipe intelektual,
afektif, volunter (kemauan) dan aktif.
1.
Tipologi Kant
Kant mencakup kedua pengertian watak (Character)
yang di pandang sebagai corak pikiran atau Denkungsart, yaitu;
a)
Watak dalam artian normatif
b)
Watak dalam artian deskriptif (kepribadian)
Sedangkan temperamen
dianggap sebagai kepekaan atau Sinheart, mengandung dua aspek;
1)
Aspek fisiologis (konstitusi tubuh kompleks atau susunan
cairan-cairan jasmaniah);
2) Aspek psikologis (kecenderungan-kecendurangan kejiwaan
yang disebabklan oleh komposisi darah).
Selanjutnya aspek
psikologis ini terdiri dari dua macam temperamen, yaitu;
a) Temperamen perasaan, meliputi; sanguinis (orang dengan
darah ringan) dan melancholis (orang dengan darah berat).
b) Temperamen kegiatan, meliputi;choleris (orang dengan
darah panas) dan phlegmatis (orang dengan darah dingin).
2.
Tipologi Neo-Kantianisme
Salah seorang
Neo-Kantianis yang terkenal adalah Enselhans. Karyanya dalam lapangan psikologi
kepribadian adalah Characterbildung (1908). Ia mengemukakan adanya
dua aspek watak, yaitu;
a)
Aspek formal yang mencakup konsekuen yang menggambarkan
keseragaman tindakan-tindakan, kekuatan (kemauan), keuletan dan kebebasan.
b) Aspek material yaitu arah dari pada kemauan, atau lebih
jelasnya arah tindakan apakah arah tindakan itu baik atau buruk.
[1]Howard
, S.Friedman & Miriam, W.Schustack, Kepribadian
Teori Klasik dan Riset Modern Jilid 1 Edisi ketiga, (Erlangga, 2006), hal. 10
[2]Abdul, Mujib, Kepribadian
dalam Psikologi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hal.13
[3]Ibid, hal. 18
[4]S.Friedman,Howard & W.Schustack,
Miriam, Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern Jilid 1 Edisi ketiga, (Erlangga, 2006), hal. 10-18
[6]Dede Rahmat, Hidayat, Teori
dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling, (Jakarta: Ghali
Indonesia, 2011), hal.6
[8]Purwa Atmaja Prawira, Psikologi
Kepribadian dengan Perspektif Baru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013),
hal.108-109
[9]Ibid, hal.102
[10]Ibid, hal.104-105
[12]Purwa Atmaja Prawira, Psikologi
Kepribadian dengan Perspektif Baru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013),
hal.146-147
[14]Purwa Atmaja Prawira, Psikologi
Kepribadian dengan Perspektif Baru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hal.
147
SANGAT BERMANFAAT SEKALI
BalasHapusMy blog
Ini nama penulisnya siapa yah?
BalasHapus