Senin, 19 Mei 2014

Sejarah dan Pengertian Psikologi Kepribadian

Standard


BAB II
PEMBAHASAN
         A.    Sejarah dan Pengertian Psikologi Kepribadian
Sejumlah kekuatan ilmiah dan filosofis yang menyatu pada awal abad ke-20 memungkinkan lahirnya psikologi kepribadian. Sigmund Freud, yang sangat sadar akan awal yang  baru ini, dengan sengaja menerbitkan salah satu dari karya utamanya, The Interpretation of Dreams, pada tahun 1900(alih-alih pada tahun 1899). Pada tahun 1930-an, teori kepribadian modern sedang terbentuk. Psikologi kepribadian  berusia kurang dari satu abad, namun mempunyai akar sepanjang sejarah manusia. Kronologis waktu yang ditampilkan  dalam bab ini menunjukkan perkiraan urutan tonggak-tonggak sejarah penting dalam sejarah psikologi kepribadian dan kaitannya dengan kejadian dunia yang penting.[1]
Psikologi kepribadian ini selain meneliti jiwa seseorang juga meneliti atau mengakaji mengenai islam , yakni psikologi kepribadian islam. Psikologi kepribadian islam yang dimaksudkan di sini tidak saja bernilai the indigenous psychology, tetapi juga di anggap sebagai psikologi lintas budaya, etnik dan bahasa. Atau lebih tepatnya di anggap sebagai psikologi rahmati lil al-‘alamin, yang mencakup alam syahadah (empirik) dan alam ghaib (meta empirik), bahkan alam dunia dan alam akhirat.[2]
Makna kepribadian atau Personality berasal dari kata “person” yang secara bahasa memiliki arti; (1) an individual human being (sosok manusia sebagai individu), (2) a common individual (individu secara umum), (3) a living human body (orang yang hidup), (4) self (pribadi), (5) personal exsintence or identity (exsistensi atau identitas pribadi), dan (6) distinctive personal character (kekhususan karakter individu).[3]
Dalam psikologi  kepribadian  tercetus beberapa hal di antaranya, Teater dan Presentasi Diri, aspek-aspek Agama, Evolusi Biologis, Pengetesan dan Teori Modern.  [4]
·         Teater dan Presentasi Diri
Sebagian akar psikologi kepribadian bisa ditelusuri ke teater. Theophrastus, murid dari Aristoteles, adalah salah satu pencipta-pencipta pertama sketsa karakter deskripsi singkat mengenai tipe orang yang bisa di temui kapan pun dan dimana pun seprti seorang yang murahan, rapi pemalas, atau kasar (Allport, 1961). Pada abadn ke-20, teater kembali mengambil langkah imajinatif pemain teater seperti luigi Pirandello (1867-1936), bermain dengan ide bahwa seorang karakter bisa melangkah keluar dari operistiwa di dalam pentas mereka. Sebagai contoh, seorang pemain bisa sepenuhnya, keluar dari panggung (atau keluar dari set film) dan mengomentari drama tersebut. Disini seolah-olah, karakter tersebut mempunyai realitasnya sendiri dan kenyataan menjadi suatu rangkaian ilusi. Pada saat yang bersamaan, filsuf sosial mulai mempertimbangkan ide mengenai diri relatif lebih jelasnya, tidak ada diri yang sejati di balik topeng, melainkan diri yang sejati hanyalah merupaann serangkaian topeng (Hare &Blumberg, 1988; G.Mead,1968). Dengan kata lain abad ke-20 ini menentang ide tentang adanya inti diri atau kepribadian yang bisa di temukan.
 ·         Agama
Aspek lain dari psikologi kepribadian bisa ditelusuri kepercayaan-kepercayaan agama. Tradisi keagamaan barat (Yahudi, Kristen, Islam) memepercayai bahwa umat manusia diciptakan menurut citra Tuhan dan sejak awal telah menghadapi godaan dan perjuangan moral. Manusia bertujuan untuk memenuhi sebuah tujuan adikotri, berjuang demi kebaikan, dan melawan yang jahat. Dalam tradisi ini, sifat dasar manusia pada hakikatnya adalah spiritual sebuah roh yang mendiami raga ketika ia berada di dunia. Hal inilah yang mengha;langi analisis kepribadianyang ilmiah karena agama dapat memandang manusia bukan sebagai bagian dari alam, namun lebih dari sebagian atauran adikodrati.
Filsafat dan agama-agama Timur berfokus pada kesadaran diri dan  pemenuhan diri spiritual . perhatian juga banyak dia raahakan pada meditasi dan tingkat kesadaran yang berubah (seperti keserupan). Fokus pemikiran Timur ini pada kesadaran, pemenuhan diri dan roh manusia, memainkan peranan penting dalam aspek-aspek tertentu dari teori kepribadian modern. Pemikiran Timur juga mempengaruhi psikologi kepribadian ternama seperti C.G.Jung. namun, sebagian besar peneliti mengenain kepribadian di universitas saat ini lebih banyak bergelut di arena ilmu pengetahuan modern dan positivistik, serta jarang terkait dengan masalah-masalah spiritual.
·         Evolusi Biologis
Pengaruh terhadap psikologi kepribadian yang paling terlihat jelas bisa di telusuri ke perkembangan ilmu biologi selama abad ke-19. Mengapa beberapa binatang, seperti harimau, bersifat agresif dan peneyendiri, sementara binatang lain  seperti, simpanse, bersifat sosial dan kooperatif? Karakteristik apa saja dari manusiayang sama-sama dimiliki oleh binatang lain? Perkembangan terbesar dalam pemikiran biologisdi abad ke-19 adalah teori evolusi. Pada tahun 1859 Charles Darwin menerbitkan Origin of Species, Charles Darwin  mengajukan ide-ide yang diajukan ahli teori lain, berpendapat bahwa karakteristik individualyang berevolusi adalah karakteristik yang memungkinkan organisme tersebut untuk meneruskan gen keturunannya. Individu yang tidak beradaptasi dengan baikdengan tuntutan dari lingkungannya tidak akan hidup cukup lama untuk dapat meneruskan keturunan. Jadi, sebagai contoh, dorongan seks yang kuat mempunyai nilai yang adaptif- individu yang tidak memiliki dorongan seks yang kuat akan memilki kemungkinan yang lebih kecil untuk dapat melanjutkan keturunan.  Begitu juga dengan sejumlah dorongan agresi dan sejumlah bentuk tertentudari kerja sama sosial yang memilki nilai adaptif.  Binatang yang dapat mengusai makanan dan pasangan, dan binatang yang bisa bekerja sama dengan yang lain untuki memastikan keselamatan mereka, akan hidup cukup lama sehinggamemilki lebih besar kemungkinan untuk dapat meneruskan gen mereka, fokus terhadap fungsi lebih- jelasnya, fungsi dari perilaku menjadi aspek yang penting dari pemikiran kita mengenai kepribadian.
Namun, sumbanagan utama dari evolusi darwin terhadap psikologi kepribadian adalah caranya memebebaskan pemikirandari asumsi adanya kendali adikodrati. Jika kita berfikir bahwa kekuatan adikodrati memilki kendali penuh atas kegiatan manusia, kita tidak akan perlu mencari hal-hal lain mempengaruhi individu. Ketika menjadi jelas bahwa manusia ditentukanoleh hukum-hukum alam, ilmuwan mulai mempelajari perilakumanusia secara sistematis.
·         Pengetesan
Perhatian! Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengingat seberapa baiak Anda dapat mengingat, memikirkan, dan menjalankan apa yang diperintahkan kepda Anda. Kami tidak mencari orang-orang yang gila. Tujuan kami adalah membantu Anda menemukan tempat sesuai bagi Anda di Angkatan bersenjata.
Begitulah instruksi untuk sebuah tes yang di beriak kepada lebih dari satu juta orang muda Amerika, ketika Amerika Serikat memasuki Perang Dunia Ipada tahun 1917 (Yerkes, 1921). Orang-orang Amerika mempunyai pekerjaan yang harus dilakukan, dan mereka berfikir akan dapat melakukannya dengan lebih baik jika mereka mengukur orang yang sama seprti mereka mengukur mesin. Pendekatan  praktis yang dimilki oleh psikologi orang-orang Amerika ini membawa perspektifyang berbeda terhadap studi mengenai perbedaan individu.
Banyak peneliti psikologis mengenai kepribadian telah didukung oleh strategi masa perang guna kepentingan pertempuran atau oleh usaha masa damai untuk pertahanan nasioanal. Bahkan sekarang Angkatan yang bersenjata AS masih memepekerjakan ratusan psikologi untuk melakukan penelitian dan pengetesan terhadap prajurit-prajuritnya. Dulu pada tahun 1917, angkatan bersenjata lebih bertujuan untuk menyeleksi orang-orang dungu, namun mereka juga menyeleksi para para pelamar yang tidak tahan berada dibawah tekanan. Sebagai contoh salah satu pertanyaan berbunyi “Apaka Anda merasa ingin melompatsaat berda ditempat ynag tinggi?” (Woodworth,1919). Pertanyaan semacam inilah yang memebrikan sumbangan terhadap perkembangan tes kepribadian modern.  Tes-tes angakatan bersenjata dikembangakan dibawah pengaruh psikologis Lewis Terman dari Stanfort dan Robert Yerkes dari Harvard, yang sebenarnya lebih tertarik dengan pengetesan kecerdasan.
 ·         Teori Modern
Teori kepribadian modern mulai terbentuk secara formal pada tahun 1930-an. Bentuk teori tersebut sangat dipengaruhi oleh karya tiga orang yakni Gorden Allport, Kurt Lewin dan Henry Murray. Allport yang mailki keahlian luas dalam bidang filsafat dan karya-karya klasik, memyusatkan kperhatiannya pada keunikan dan kehormatan uindividu. Allport mendefinisikan kepribadian sebagai “organisasi dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan peneyesuaian unik dirinya terhadap lingkungan”(1937,hal.48). dengan mengembangkan karya psikolog filsuf William James, Allport menolak ide untuk memecah-mecah kepribadian ke dalam komponen –komponen dasar (seperti sensasi atau dorongan dalam diri) dan lebih melihat sistem yang mendasari setiap keunikan individu.
Kurt Lewin berasal dari tradisi Gestal di Eropa. Psikolog-psikolog Gestal menekankan hakikat persepsi dan pikiran yang integaratif  dan aktif, serta berpendapat bahwa keseluruhan  adalah lebih baik dari pada kumpulan  dari bagian-bagian. Penekanan pada gambaran keseluruhan yang seseorang bayangkan ketika menghadapi suatu situasi, mempunyai pengaruh yang besar terhadap lewin, dan selanjutnya terhadap psikologi kepribadian dan sosial. Lewin memberi perhatian pada “kondisi sesaat individu dan struktur situasi psikologinya”. Dengan kata lain, lewin menekankan bahwa kekuatan yang mepengaruhi seseorang berubah dari waktu ke waktu dan dari situasi kesituasi. Teori kepribadian modern telah menerapakan penekanan ini dalam memahami keadaan seseorang dlam situasi tertentu.
Henry Murray, menghabiskan sebagian besar kariernya diklinik psikologi Harvard, dimana ia berusaha mengintegrasikan isu-isu klinis (masalah psienh yang nyata) dengan isu-isu teori dan pemeriksaan. Lebih penting lagi, Murray percaya pada sebuah orientasi komprehensif, termasuk penelitian longitudional mempelajari orang yang sama untuk jangka waktu yang lama. Dia menggunakan pendekatan yang luas dalam kepribadian dan mendefinisikan sebagai “cabang dari psikologi yang pada prinsipnya memepelajari kehidupan manusia dan faktor-faktor apa saja yang mempengsruhinya, serta menyelidiki perbedaan individu” (1938, hal.4) penenkannya untuk memepelajri kekayaan hidup pada seiasp orang menuntun Murray untuk lebih memilih istilah “Personology” alih-alih “Personality”, psikolog-psikolog modern yang menggunakan pendekatan Murray sering menyebut diri mereka sendiri “Personologist”. Murray juga menekankan hakikat individu yang terintegrasi dan dinamis sebagai organisme kompleks yang berespon terhadap lingkungan yang spesifik. Murray juga menenkankan kebutuhan dan motivasi, penekanan yang terbukti cukup terpengaruh.
Selain itu, usaha-usaha untuk menyusun teori dalam psikologi kepribadian ini dimana hasil-hasil dari usaha-usaha tersebut ada yang nilai ilmiahnya masih jauh dari memadai dan karenanya dapat disebut usaha-usaha  yang masih bersifat prailmiah dan ada yang nilai ilmiahnya sudah memadai.[5][5]
1.      Usaha-usaha yang masih bersifat Prailmiah
Diantara usaha-usah tersebut yang terkenal adalah:
a.       Chirologi (gurat-gurat tangan (Jawa;Rajah))
b.      Astrologi (Ilmu Perbintangan)
c.       Grafologi (Ilmu tentang tulisan tangan)
d.       Physiognomi (Ilmu tentang wajah)
e.        Phrenologi (Ilmu tentang tengkorak)
f.       Onychologi (Ilmu tentang kuku)

2.      Usaha-usaha yang lebih tinggi nilainya

a.       Ajaran tentang Cairan Badaniah

       1.      Pendapat Hippocrates
Hippocrates (460-370 sebelum masehi), ia seorang bapak ilmu kedokteran yang memebahas kepribadian manusia dari titik tolakj konstitusional. Terpengaruh oleh kosmologi empedoksles,yang menganggap bahwa alam semesta beserta isinya tersusun dari 4 unsur dasar yaitu tanah, air, udara dan api. Dengan sifat yang di dukukngnya yaitu kering, basah, dingin dan panas, maka Hippocrates berpendapat bahwa dalam diriseseorang terdapat 4 macam sifat tersebut yang di dukung oleh keadaan konstitusianal yang berupa cairan-cairan yang ada dalam tubuh orang itu, yaitu chole (empedu kuning), melanchole (empedu hitam), phlegma (lendir), dan sanguis (darah).
        2.      Pendapat Galenus
Galenus sependapat dengan Hippocrates bahwa dalam tubuh manusia terdapat 4 macam cairan yaitu chole (empedu kuning), melanchole (empedu hitam), phlegma (lendir), dan sanguis (darah).   Dan bahwa cairan-cairan tersebut adanya dalam tubuh manusia secara dalm proporsi tertentu. Kalau suatu cairan adanya dalam tubuh itu melebihi proporsi yang seharusnya (jadi;dominan) maka akan mengakibatkan sifst-sifat kejiwaan yang khas. Sifat-sifat kejiwaan yang khas ada pada seseorang sebagai akibat dari pada dominannya salah satu cairan badaniahitu oleh galenus disebutnya temperamen. Jadi, galenus dapat menggolongkan manusia menjadi 4 tipe temperamen.

b.      Pengaruh Ajaran Hippocrates dan Galenus
Ajaran Hippocrates yang kemudian disempurnakan oleh Galenus, lama-kelamaanya latar belakang kefilsafatannya, yakni adanya kesatuan dalam seluruh kosmos , ditinggalkan dan sebagai akibatnya terdapat adanya dua garis perkembangan, yaitu  
       1.      Menekankan pentingnya kejasmanian, yaitu teori-teori konstitusional,
       2.      Menekankan pentingnya segi kejiwaan, yaitu teori-teori temperamen.
Gordon Allport mengklasifikasikan lebih dari lima puluh definisi kepribadian yang berbeda. Menurutnya (dalam Engler, 1995), kepribadian adalah sesuatu yang nyata dalam seorang individu yang mengarah  pada karakteristik perilaku. Sementara itu, menurut Carl Rogers, seorang ahli teori kepribadian, kepribadian atau “diri” adalah sesuatu yang terorganisasi, berisikan pola persepsi tentang “aku” (self) atau “aku yang menjadi pusat pengalaman individual” (Engler, 1995). Menurut B.F Skinner, seorang psikolog behavioraldari Amerika, istilah  “kepribadian” tidak diperlukan. Skinner tidak percaya bahwa konsep seperti diri  atau kep[ribadian diperlukan untuk mengalami perilaku manusia. Adapaun menurut Sigmund Freud, bapak psikoanalisis, kepribadian sebagian besar terdiri dari ketidaksadaran, tersembunyi, dan tidak diketahui.[6][6]

       B.     Tipologi Berdasarkan Konstitusional
Teori Hippocrataes yang kemudian  disempurnakan oleh Galenus pada akhir abad ke dua ternyata sangat tahan uji dan lama sekali mempengaruhi para ahli dalam bidang tipologi, terutama di Eropa daratan. Tipologi konstitusional lebih erat dengan tipologi mashab italia yang mana pada abad XIX sejumlah ahli-ahli di italia yang bekerja dalam bidang penyelidikan mengenai variasi tubuh manusia mendirikan suatu mashab ynag kemudian terkenal dengan nama mashab italia atau mashab morfologi. Tokoh utama mashab uni adalah De-Giovani dan viola.[7][7]

a.       Tipologi Mazhab Italia

       1.      Teori De-Giovani: Hukum Deformasi
Pada tahun 1880 De-Giovani menerbitkan karyanya yang berjudul Morfologi del Corpo Umano. Dalam buku tersebut dia merumuskan hukum deformasi, yang berisikan penggolongan variasi tubuh manusia. Secara singkat pendapat De-Giovani tersebut adalah bahwa ada triga macam tubuh manusia:
1)      Orang dengan togok (jawa; gembung, inggris;trunk)kecil cenderung untuk mempunyai bentuk tubuh yang panjang yang mempunyai hubungan dengan habitus phthisis.
2)      Orang dengan togok besar cenderung untuk memepunyai bentuk tubuh yang pendek yang mempunyai hubungan dengan habitus apoplectis.
3)      Orang-orang dengan togok normal cenderung untuk mempunyai proporsi badan yang normal.

      2.      Tipologi Viola
Berdasarkan penyelidikan viola, dia berhasil menemukan adanya tiga golongan bentuk tubuh manusia, yakni;
1) Microplanchnis , yaitu bentuk tubuh yang ukuran-ukuran menegaknyalebih dari pada perbandingan biasa, sehingga tubuh kelihatan jangkung.
2)    Macrosplanchnis, yaitu bnetuk tubuh yang ukuran-ukuran mendatarnya lebih dari pada dalam perbandiangan biasa, sehingga tubuh kelihatan pendek.
3)    Normoplanchnis, yaitu bentuk tubuh yang ukuran-ukuran menegak dan mendatarnya selaras, sehingga tubuh kelihatan selaras.
Pendapat ini ternyata banyak sekali persamaannya dengan pendapat Kretschmer yang dikemukakan beberapa waktu kemudian. Mazhab Italia berpendapat, bahwa variasi atau bermacam-ragamnya keadaan jasmani manusia itu berakar pada keturunan, jadi tergantung kepada dasar yang dibawa sejak lahir, dan dengan demikian trak dapat di ubah oleh pengaruh dari luar.

b.      Morfologi Konstitusional; Mazhab Perancis
Dalam mengadakan penggolong-golongan manusia atas dasar keadaan jasmaniahnya kategori yang di pakainya sebagia dasar ialah dominasi sesuatu fungsi fisiologi didalam pertumbuhan organisme. Seperti para ahli psikologi Gestalt pada zaman itu yang berpendapat bahwa dalm meneyelidiki konfigurasi total orang harus memperhatikan gambaran (figure) dan latar belakang, maka Sigaud berpendapat bahwa organisme manusia beserta Anomalienya harus di mengerti sebagai fungsi dari pada dasar dan sekitar (lingkungan, miliu): jadi ada kerja sama antara dasar dan sekitar. Pada setiap sistem ada unsur sekitar yang memainkan peranan 1) terhadap organisme dan secara langsung memepngaruhi sistem yang bersangkutan itu.  Sekitar yang bermacam-macam itu di golongkan pada pokoknya dapat digolongkan menjadi empat macam, yaitu:
1)       Berwujud udara yang menjadi sumber reaksi respitotaris,
2)       Berwujud makan-makan yang menimbulkan reaksi digestif,
3)       Berwujud keadaan alam yang menjadi dasar reaksi-reaksi muskuler,
4)       Berwujud keadaan sosial yang menimbulkan reaksi-reaksi cerebral.

c.       Morfologi Konstitusi di Jerman; Tipologi Krestschmer

·         Tipologi Krestschmer
Krestschmer semata-mata tidak membahas konstitusi melainkan ia juga membahas masalah temperamen. Krestschmer  membedakan antara konstitusi, temperamen dan watak.
*       Konstitusi adalah keseluruhan (totalitas) sifat-sifat individual yang beralas pada keturunan, ini juga merupakan sifat-sifat jasmaniah maupun sifat kejiwaan, karena semata-mata tergantung pada keturunan atau dasar, maka disebut faktor keturunan  atau faktor endogen, dan tidak dapat di ubah oleh faktor dari luar.
*     Temperamen adalah bagian dari pada kejiwaan yang agaknya dengan melalui darah secara kimiawi mempunyai korelasi dengan aspek jasmaniah. Dengan kata lain temperamen adalah konstitusi kejiwaan. Temperamen ini turun temurun dan tak dapat di ubah oleh pengaruh-pengaruh dari luar. Dan temperamen ini memepengaruhi dua macam kualitas kejiwaan, yaitu; suasana hati dan tempo psikis.
*        Watak adalah keseluruhan kemungkinan-kemungkinan bereaksi secara emosional dan volisional seseorang , yang terbentuk selama hidupnya oleh unsur-unsur dari dalam (dasar, keturunan, faktor-faktor endogen) dan unsur-unsur dari luar (pendidikan dan pengalaman, faktor-faktor eksogen).
Selain tipe-tipe di atas, Kretschmer mendasarkan pada konstitusi jasmani, sebagai berikut.
1.   Manusia tipe piknis atau pyknoid dengan ciri-ciri bentuk badan (perawakan), yaitu perawakan gemuk, serba bulat, serba pendek, perut gendut, wajah bundar, badan berelamak, dada berisi memiliki sifat humor tinggi, gembira, optimis, dan lain-lain
2.   Manusia tipe asthenis dengan ciri-ciri bentuk badan, yaitu badan kurus (tipis), kepala kecil, dada rata, wajah sempit, anggota badan serba panjang, langsing, biasanya wataknya pemurung, kaku dalam pergaulan, mudah tersinggung, dan lain-lain.
3.  Manusia tipe atletis dengan ciri-ciri bentuk badan merupakan canmpuran antara ciri badan tipe piknis dan asthenis. Bentuk tubuh atles, mempunyai sifat realitis, mempunyai watak ingin berkuasa, ekstrovert, supel dalam pergaulan.
4.      Manusia tipe desplatis atau hypoplastic ialah orang dengan ciri-ciri bentuk badan besar dan tinggi sekali atau kecil dan pendek sekali. Tipe manusia seperti ini selamanyamempnyai perasaan inferioritas.[8][8] 
Hipocrates berpendapat bahwa didalam tubuh manusia terdapat empat zat cairan dengan sifat-sifatnya yang berlainan, yaitu darah  bersifat panas, lendir bersifat dingin, emepedu hitam bersifat basah, dan empedu kuning bersifat kering. Hipocrates dalm mengeluarkan pendapatnya itu terinspirasi pendapat filsuf sebelumnya yang bernama Empedocles. Telah dikemukakan di depan bahwa Empedocles pernah berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini terbentuk dari empat zat, yaitu; tanah, air, api dan udara. Sifat-sifat itu sebenarnya di gunakan oleh Hipocrates  untuk kepentingan ketabiban yang di jalankannya. [9][9]
Sedangkan Galenus yang disebut sebagai penerus pandangan Hipocrates menggunakan dasar empat macam cairan yang terdapat di dalam tubuh manusia sebagai dasar berfikir dalam menyusun tipologi manusia. Ke empet cairan yang dimaksud tersebut adalah darah  (sangui),lympha (flegma), empedu kuning (choleri), dan empedu hitam (melanchole). Berdasrkan adanya empat cairan dalam tubuh manusia itu, selanjutnya Galenus menggolongkan manusia menjadi empat tipe seperti halnya Hipocrates. Dari keempat tipologi manusia menurut Galenus sama sepertinya Hipocrates, diantaranya;[10][10]
1.   Orang yang terlalu banyak darah (sangui) dalam tubuhnya orang tersebut di masukkan dalam golongan orang yang bertipe sanguinisi. Sifat orang tersebut dinamakan sanguini. Ciri-ciri orang bertipe sanguinisi tampak dominan, yaitu ekspansi, lincah, selalu riang gembira, bersifat optimis, mudah tersenyum, tidak mudah putus asa, dan lain-lain.
2.   Orang yang terlalu banyak lympa (flegma) dalam tubuhnya, orang tersebut dimasukkan kedalam golongan orang yang bertipe flegmatisi. Sifat orang yang termasuk dalam golongan ini dinamakan flegmatis. Ciri-ciri orang yang bertipe ini yang tampak dominan, tidak mudah putus asa, dan lain-lain.
3.  Orang yang terlalu banyak empedu kuning (chole) dalam tubuhnya, orang tersebut dimasukkan kedalam golongan orang yang bertipe cholerisi. Ciri-ciri orang yang masuk dalam tipe ini yang tampak dominan, yaitu lekas marah, garang, mudah tersinggung, pendendam, serius, dan lain-lain.
4.  Orang yang terlalu banyak empedu hitam (melancholi) dalam tubuhnya, orang tersebut dimasukkan ke dalam golongan orang yang bertipe melancholerisi. sifat orang yang termasuk dalam golongan ini dinamakan melancholis.  Ciri-ciri orang yang masuk dalam tipe ini, yaitu kaku, muram, penakut, pesimis, dan lain-lain.
        C.    Tipologi Berdasarkan Temperamen[11]
Tipologi berdasarkan Temperamen merupakan watak dasar seseorang. Beberapa pendapat para tokoh mengenai tipologi temperamen:
  1. Galenus  : Temperamen adalah sifat-sifat kejiwaan yang ditentukan oleh campuran (komposisi) cairan-cairan dalam tubuh. 
  2.  Kretschmer : Temperamen adalah bagian dari pada kejiwaan yang agaknya dengan melalui darah secara kimiawi mempunyai korelasi  dengan aspek jasmaniah. 
  3.  Khohnstamm : Aku rohani yang bersangkutan denagn konstitusi jasmaniah, dan di bawa sejak lahir.
Jadi, Temperamen merupakan aspek kejiwaan dari pada kepribadian  yang dipengaruhi oleh konstitusi jasmaniah yang ada pada sejak lahir yang dapat diubah oleh pengaruh dari luar.

a.       Tipologi yang berdasarkan sifat-sifat kejiwan semata-mata

1.       Tipologi Plato
Plato membagi tipologi menjadi 3 bagian, diantaranya; pikiran(logos) yang berkedudukan di kepala, kemauan (thumos) yang berkedudukan di dada dan hasrat (epithumid) berkedudukan di perut.
Menurut Plato pikiran juga merupakan sumber kebijaksanaan, kemauan adalah suber keberanian, dan perasaan yang dimiliki oleh individu merupakan sumber kekuatan hawa nafsu bagi manusia yang bersangkutan. Masing-masing unsur tersebut menentukan sifat kepribadian pada individu. Prinsipnya, unsur yang paling dominan akan menentukan sifat kepribadian seseorang. Oleh karena itu dapat kita saksikan dilingkungan kita ada orang yang terlihat dominan dari segi kebijaksanaannya. Ada orang yang tampak menonjol dalam hal keberaniannya. Selain kedua sifat tersebut, ada pula seseorang yang memiliki kekuatan sungguh baik dalam menahan hawa nafsunya.[12]

2.       Mazhad Perancis[13]

1.       Tipologi Queyrat
Queyrat menyusun tipologi atas dasar dominasi daya-daya jiwa, yaitu daya-daya kognitif, afektif dan konotif. Dari ketiga ini dapat di ketahui mengenai tipe kepsribadian orang tersebut.
Queyrat juga menyusun tipologi kepribadian manusia dengan didasarkan kepada tiga fungsi jiwa, yaitu kognisi (mengenal), emosi (merasa), dan konosi (menghendaki). Dari tiga fungsi jiwa yang diajukan ini, Queyrat membedakan tiga golongan manusia, yaitu seorang ahli fikir, ahli rasa, dan ahli bertindak. Orang-orang yang termasuk golongan ahli fikir adalah mereka yang memiliki kemampuan berfikir tinggi sehingga berpengaruh pada pembentukan kepribadian mereka. Orang-orang yang termasuk golongan ahli rasa, yaitu mereka yang memiliki perasaan yang tinggi (dominan) sehingga berpengaruh pada kualitas kepribadian mereka. Sementara orang-orang dengan kemauan yang tinggi akan menentukan watak mereka sebagai ahli bertindak. Queyrat merevisi teorinya tentang tipologi kepribadian manusia seperti dikemukakan di atas. Ia menyatakan kinerjanya dalam menggolongkan tipologi kepribadian manusia kurang teliti sehingga perlu direvisi ulang. Dalam revisinya tersebut, Queyrat menyatakan bahwa dalam diri manusia tidak hanya satu unsur yang menentukan watak kepribadian seseorang, tetapi ketiga unsur bersama-sama menentukan watak kepribadian manusia.[14]
2.       Tipologi Malapert
Tipologi ini juga tak jauh beda dengan tipologi mazhab perancis, tipologi ini juga mengolongkan atas dasar dominasi daya-daya jiwa atau aspek-aspek kejiwaan tertentu. Dominasi tersebut yakni tipe intelektual, afektif, volunter (kemauan) dan aktif. 

b.      Tipologi Kant dan Neo-Kantianisme[15]
1.       Tipologi Kant
Kant mencakup kedua pengertian watak (Character) yang di pandang sebagai corak pikiran atau Denkungsart, yaitu;
a)     Watak dalam artian normatif
b)     Watak dalam artian deskriptif (kepribadian)
Sedangkan temperamen dianggap sebagai kepekaan atau Sinheart, mengandung dua aspek;
1)       Aspek fisiologis (konstitusi tubuh kompleks atau susunan cairan-cairan jasmaniah);
2)   Aspek psikologis (kecenderungan-kecendurangan kejiwaan yang disebabklan oleh komposisi darah).
Selanjutnya aspek psikologis ini terdiri dari dua macam temperamen, yaitu;
a)    Temperamen perasaan, meliputi; sanguinis (orang dengan darah ringan) dan melancholis (orang dengan darah berat).
b)  Temperamen kegiatan, meliputi;choleris (orang dengan darah panas)  dan phlegmatis (orang dengan darah dingin).

2.       Tipologi Neo-Kantianisme
Salah seorang Neo-Kantianis yang terkenal adalah Enselhans. Karyanya dalam lapangan psikologi kepribadian adalah Characterbildung (1908). Ia mengemukakan adanya  dua aspek watak, yaitu;
a)      Aspek formal yang mencakup konsekuen yang menggambarkan keseragaman tindakan-tindakan, kekuatan (kemauan), keuletan dan kebebasan.
b)   Aspek material yaitu arah dari pada kemauan, atau lebih jelasnya arah tindakan apakah arah tindakan itu baik atau buruk.

[1]Howard , S.Friedman  & Miriam, W.Schustack, Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern Jilid 1 Edisi ketiga, (Erlangga, 2006), hal. 10
[2]Abdul, Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hal.13
[3]Ibid, hal. 18
[4]S.Friedman,Howard  & W.Schustack, Miriam, Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern Jilid 1 Edisi ketiga, (Erlangga, 2006), hal. 10-18
[5]Sumadi, Suryabrata, 1986, Psikologi Keribadian, Jakarta, PT.Grafindo Persada, hal 6-13
[6]Dede Rahmat, Hidayat, Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling, (Jakarta: Ghali Indonesia, 2011), hal.6
[7]Sumadi,  Suryabrata, Psikologi Keribadian, (Jakarta, PT.Grafindo Persada, 1986), hal 15-21
[8]Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Kepribadian dengan Perspektif Baru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hal.108-109
[9]Ibid, hal.102                         
[10]Ibid, hal.104-105
[11]Sumadi,  Suryabrata, Psikologi Keribadian, (Jakarta: PT.Grafindo Persada,1986), hal 51-53
[12]Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Kepribadian dengan Perspektif Baru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hal.146-147
[13]Sumadi,  Suryabrata, Psikologi Keribadian, (Jakarta: PT.Grafindo Persada,1986), hal.54
[14]Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Kepribadian dengan Perspektif Baru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hal. 147
[15]Sumadi,  Suryabrata, Psikologi Keribadian, (Jakarta: PT.Grafindo Persada,1986), hal 55-61

2 komentar: