" Humanistik (Abraham Maslow)"
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Biografi Abraham Maslow
Pada suatu
hari, Maslow membawa dua anak kucing yang tersesat, ibunya membunuh kedua
kucing tersebut, kemudian ibunya menampar dan membenturkan kepada Maslow ke
tembok. Perlakuan ibunya kepada Maslow memberikan dampak yang serius bagi
dirinya, tidak hanya kepada kehidupan emosionalnya, tetapi juga pada
pekerjaannya dalam psikologi
Dalam suatu
tulisannya Maslow mengemukakan keyakinan yang penuh akan filsafat hidupnya,
seluruh penelitian dan perumusan teorinya berakar dari kebencian untuk melawan
terhadap segala segala sesuatu yang telah dilakukan ibunya. Sejak kecil, Maslow
merasa berbeda dengan orang lain. Dia merasa malu dengan karena memiliki badan
yang kurus dan hidung yang besar. Pada usia remaja, dia merasakan rendah diri
yang sangat dalam (inferiority complek).
Dia mencoba untuk mengmengkompensasinya dengan berusaha semaksimal mungkin
untuk meraih pengakuan, penerimaan, dan penghargaan dalam bidang atletik, namun
tidak berhasil. Dia kembali bersahabat dengan buku.
Sejak kecil dan
remaja, Maslow sudah senang membaca.
Pagi-pagi dia pergi ke perpustakaan yang dekat dari rumahnya untuk meminjam
buku. Apabila berangkat ke sekolah, dia pergi satu jam sebelum masuk kelas.
Selama satu jam tersebut dia pergunakan untuk membaca buku yang dia pinjam dari
perpustakaan. Maslow melanjutkan study ke Universitas Cornel, kemudian ke
Universitas Wisconsin bersama sepupunya, Berthadalam bidang psikologi. Pada usia
20 tahun dia menikah dengan Bertha (berusia 19 tahun). Pernikahan ini membawa
kebahagian baginya, karena dia merasa memiliki perasaan berharga dan bermakna
dalam hidupnya, yang sebelumnya tidak dimilikinya.
Di Wisconsin, dia
terkesan sekali dengan psikologi behvioristik dari John B. Watson, seorang
penganjur revolusioner untuk menjadikan psikologi sebagai suatu ilmu
pengetahuan tentang perilaku (science of
behavior). Seperti halnya banyak orang pada tahun 1930-an, Maslow berpendapat
bahwa behavioristic dapat memecahkan masalah berbagai masalah. Dia menerima
pelatihan dalam psikologi eksperimen, bekerja bersama Henry Harlow dalam
mempelajari perilaku monyet.
Disamping itu,
Maslow juga mempelajari hasil karya Freud, psikologi gestalt, filsafat Alfred
North Whitehead, dan Henry Bergson. Maslow menerima gelar Ph.D dari Universitas
Wisconsin pada tahun 1934. Dia kemudian
pindah ke New York, dan menjadi postdoctoral
fellowship yang berada di bawah tanggung jawab E. L. Thorndike, di
Universitan Colombia. Kemudian dia menjadi pengajar di Brooklyn College sampai
dengan tahun 1951. Pada saat bekerja dengan Thorndike, dia mengikuti tes kecerdasan dan bakat skolastik. Thorndike
mengatakan kepadanya, bahwa IQ-nya sangat tingggi, yaitu 195, masuk kelompok
genius.
Selama mengajar
di New York, dia berkesempatan bertemu dengan Erich Fromm, Karen Horney, Max
Wertheimer (ahli psikologi gestalt), Alfred Adler, dan Ruth Benedict
(Antropolog Amerika). Kekagumannya kepada Benedict dan Wertheimer mendorong dia
untuk meneliti “ self actualization”
dan merumuskan kepribadiannya.
Sejak tahun
1951 sampai 1959 dia mengajar di Universitas Brandeis di Waltham Massachussets.
Kemudian dia pindah ke California untuk memperdalam filsafat politik, ekonomi,
dan etika, yang semuanya itu memperkaya teorinya, psikologi humanistic. Di akhir kehidupannya, dia
menjadi salah seorang ahli psikologi yang popular. Dia menerima banyak penghargaan
dari berbagai pihak, dan pada tahun 1967 dia terpilih sebagai Presiden Asosiasi
Psikologi Amerika.[1]
Maslow membawa
psikologi Barat untuk tugas yang penekananya pada determinisme dan
pengabaiannya terhadap manusia yang terjadi secara bersamaan. Ia terutama
ditentang oleh hasil generalisasi dari penemuan yang diturunkan dari penelitian
atas “orang yang sakit mental“ menjadi manusia yang utuh, berpendapat bahwa
psikologi seharusnya memberi perhatian pada penelitian tentang kesehatan
mental, yang mana dia memandang sebagai pemenuhan terhadap kelima hierarki
motifasi dari kebutuhan perkembangbiakan dalam kebutuhan terhadap aktualisasi
diri. Dia mendasarkan teori motivasinya pada asumsi optimistis tentang
intrinsik manusia yang bersikap, yang memandang sebagai bercorak biologis
paling utama, secara umum menjadi spesies yan utuh, dan menjadi bagian individu
dan unik. Ia memandang sifat dasar atau diri ini sebagai penguasaan dinamika
tumbuh dan aktulisasi, namun menjadi manusia lemah daripada kuat, mudah
frustasi, ditolak dan tertekan yang kemudian menimbulkan penyakit dan neurosis.
Seperti halnya Freud, Maslow menganggap penolakan – diri (self – denial)
sebagai penyebab dasar penyakit
psikologis dan tekanan psikologis (distress):
Dari sudut pandang saya, penemuan terbesar Freud adalah penyebab terbesar
dari banyak penyakit psikologis, yaitu ketakutan atas pengetahuan tentang diri
sendiri – tentang emosi, impuls, ingatan, kapasitas, potensialitas, tentang
takdir seseorang.
(1968, hlm. 60)
Ia meyakini
bahwa ketakutan jenis ini secara umum menjadi perlindungan defensif bagi harga
diri seseorang, kecintaan diri atau kehormatan diri, mengamati bahwa manusia
cenderung menjadi takut terhadap pengetahuan yang dapat menimbulkan
ketidaksukaan diri atau menimbulkan perasaan rendah diri, lemah atau malu, dan
hal ini untuk menghindari kebenaran yang tidak menyenangkan tersebut dengan
melakukan represi dan pertahanan diri yang sama. Ia juga mengklaim bahwa
manusia pada akhirnya mengelak dari kebenaran yang lain, tentang pertumbuhan
pribadi dan perubahan yang diakibatkan olehnya karena hal itu sangat
menimbulkan ketakutan dan kecemasan.
Dan sehingga kita menemukakan perlawanan yang lain, penolakan atas
sisi kita yang terbaik, tentang bakat kita, tentang impuls – impuls terbaik
kita, tentang potensialitas tertinggi kita, tentang kreativitas kita.
Singkatnya hal ini merupakan perjuangan melawan kebesaran kita sendiri,
ketakutan terhadap percaya diri yang berlebihan. (1968, hlm. 60)
Maslow
beragumentasi bahwa oleh karena ketakutan ini penyesuaian normal menyangkut
rata – rata akal sehat orang yang mengimplikasikan keberhasilan yang terus
berlanjut terhadap penolakan diri dan kedalaman sifat manusia. Orang secara
efektif tidak mengindahkan banyak hal tentang dirinya karena takut terhadap
konsekuensi dari melakukan yang lain, akibatnya banyak orang terbelenggu dalam
cara bertindak yang kuno dan tidak efektif, yang kemudian melahirkan kondisi
manusia yang disebut Maslow sebagai “ psikopatologi orang kebanyakan “ (the
psychopathology of the average).
Sebagai perbandingan,
Maslow memandang kesehatan ekuivalen dengan aktualisasi diri, gambaran khas
yang ia identifikasikan melalui kajian tentang manusia dam kehidupan publik
yang ia anggap mengalami aktualisasi diri. Gambaran tersebut mencakup:
· Persepsi terhadap kenyataan yang superior;
· Penerimaan terhadap diri yang bertambah, orang lain dan lingkungan;
· Spontanitas yang meningkat dan kreativitas yang sangat meningkat;
· Otonomi dan perlawanan atas enkulturasi yang bertambah;
· Pengkayaan reaksi emosional;
· Identifikasi dengan spesies manusia bertambah;
· Hubungan interpersonal yang berubah;
· Perubahan nilai dan struktur nilai yang semakin demokratis;
· Kemampuan dalam pengalaman – pengalaman mistik / spiritual (yang
disebut pengalaman – pengalaman “ puncak “ / peak experiences)
Fokus perhatian
dari Maslow pada pengalaman puncak mencerminkan perhatiannya pada aspek – aspek
spiritualitas tentang humanitas. Ia menganggap hal ini sebagai bukti kemampuan
manusia untuk mentransendenkan pengalaman pribadi yang hadir menuju kepada beberapa
pengalaman atau realitas puncak. Dalam karya – karya Maslow, tentu saja,
menggemakan gagasan William James ( 1902 ) dan Jung (1946) dan perhatian mereka
kepada kesadaran yang diperluas, pengalaman keagamaan, dan kebutuhan spiritual
dalam diri manusia.
Memang,
meskipun Maslow dianggap sebagai pendiri psikologi humanistik, dia juga dapat
dipandang sebagai pelopor dari Psikologi Transpersonal. Hubungannya dengan
psikologi humanistik dengan jelas dinyatakan oleh Maslow (1968, hlm. iii - iv):
...saya mempertimbangkan Humanistik, Psikologi Kekuatan Ketiga
menjadi transisi, suatu persiapan untuk Psikologi Keempat yang “ lebih tinggi
“, transpersonal, transhuman, lebih terpusat pada alam semesta (cosmos)
daripada kepada kebutuhan manusia dan kepentingan manusia, melampaui
kemanusiaan, identitas, aktualisasi diri, dan semacamnya .... Perkembangan baru
ini akan menawarkan secara sangat baik kepuasan yan nyata, kegunaan, kepuasan
yang efektif tentang “ idealisme yang frustasi” dari diamnya orang – orang yang
mengalami kesedihan, terutama kaum muda. Psikologi – psikologi ini memberikan
harapan tentang perkembangan ke arah filsafat hidup, pengganti agama, sistem
nilai, program kehidupan bahwa orang – orang ini telah hilang.
Pandangan
Maslow, terutama yang menghubungkan kapasitas untuk pengalaman puncak (peak
experience), menemukan resonansi dalam budaya tanding pada 1960-an, dan ia
dielukan sebagai nabi utama dari gerakan kesadaran. Selama 1960 dan 1970-an
psikologi transpersonal berkembang berdamping dengan penelitian tentang kondisi
kesadaran yang lain, pengalaman yang terinduksi obat – obatan, agama – agama
Timur dan puncaknya pada penerbitan Journal of Transpersonal Psychology
pada 1969.
MeskipunCosgrove
( 1982 ) menunjukkan, hanya pada versi “ kamar rahasia “ awal dari psikologi
humanistik, dan masih dianggap demikian oleh sebagian orang, psikologi
transpersonal berkembang menjadi sebuah gerakan berpengalaman pada 1970-an.
Penekanan khususnya, tentu saja, pada penelitian empiris, penelitian ilmiah
tentang pengalaman spiritual dan kondisi kesadaran yang lain, karena
sebagaimana Tart (1975, hlm. 58) menjelaskan,” Dunia spiritual dan dunia yang
terhubung dengan kondisi kesadaran yang lain adalah salah satu kekuatan yang
paling kuat yang membentuk kehidupan manusia dan takdir manusia ”. Perlakuan
terhadap perhatian tentang psikologi transpersonal dan kontributor utamanya
secara lebih detail disampaikan oleh Boucouvalas (1980).
Meskipun
demikian, padangan Maslow tentang kondisi manusia dan model kesehatannya, yang
di satu sisi membuka bidang baru dalam psikologi, sebenarnya bukan gagasan yang
baru atau orisinal. Konsepnya tentang manusia dan penekanannya terhadap
perubahan sama dengan yang ditemukan dalam psikologi – psikologi Timur, dan
konsepnya tentang kesehatan mengandung kemiripan yang mengejutkan dengan konsep
yang diajukan Dr. Samuel Hahnemann, perintis pengobatan homeopathic modern.[2]
Abraham
Maslow menjadi orang pertama yang memproklamirkan aliran humanistik sebagai
kekuatan ketiga dalam psikologi (kekuatan pertama: psikoanalisis, dan kekuatan
kedua: behaviorisme). Humanisme: menegaskan adanya keseluruhan kapasitas
martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri (self - ralization).
Humanisme menentang pesimisme dan keputus – asaan pandangan psikeanalitik dan
konsep kehidupan “robot” pandangan behaviorisme.[3]
Pandangan
humanisme dalam kepribadian menekankan hal – hal sebagai berikut:
1.
Holisme
Menegaskan bahwa organisme selalu
bertingkah laku sebagai kesatuan yang utuh, bukan sebagai rangkaian bagian –
bagian yang berbeda. Jiwa dan tubuh bukan dua unsur yang terpisah tetapi bagian
dari satu kesatuan, dan apa yang terjadi di bagian satu akan mempengaruhi
bagian lain. Hukum yang berlaku umum mengatur fungsi setiap bagian. Hukum
inilah yang mestinya ditemukan agar dapat difahami berfungsinya tiap komponen.
2.
Menolak riset
bintang
Psikologi humanistik menekankan
perbedaan antara tingkah laku manusia dengan tingkah laku binatang. Riset
binatang memandang manusia sebagai mesin dari mata – rantai refleks
kondisioning, mengabaikan karakteristik manusia yang unik sperti idea, value,
keberanian, cinta, humor, cemburu, dosa, senang, puisi, musik, ilmu, dan hasil
kerja berfikir lainnya. Menurut Maslow, behaviorisme secara filosofis
berpandangan dehumanisasi.
3.
Manusia pada
dasarnya baik, bukan setan
Menurut Maslow manusia mamiliki
srtuktur psikologik yang analog dengan struktur fisik: mereka memiliki
“kebutuhan, kemampuan, dan kecenderungan yang sifat dasarnya genetik.” Beberapa
sifat menjadi ciri umum kemanusiaan, lainnya bersifat unik individual.
Kebutuhan, kemampuan dan kecenderungan itu menjadikan hakekat manusia secara
esensial baik, atau paling tidak netral, itu bukan setan. Pandangan Maslow ini
menjadi pembaharuan terhadap pakar yang menganggap kebutuhan dan tendensi manusia
itu buruk atau antisosisal (misalnya, apa yang disebut dosa warisan oleh ahli
agama dan konsep id dari Freud).
4.
Potensi kreatif
Kreativitas merupakan ciri universal
manusia, sejak dilahirkan. Itu adalah sifat alami, sama dengan biji yang
menumbuhkan daun, burung yang terbang, maka manusia kreatif. Kreativitas adalah
potensi semua orang, yang tidak memerlukan bakat atau kemampuan yang khusus.
5.
Menekankan
kesehatan psikologik
Pendekatan humanistik mengarahkan
pusat perhatian kepada manusia yang sehat, kreatif dan mampu mengaktualisasikan
diri. Menurutnya, ilmu jiwa seharusnya memusatkan analisisnya kepada tema pokok
kehidupan manusia, yakni aktualisasi diri. Teori psikoanalisis tidak
komprehensif karena didasarkan pada tingkah laku abnormal atau tingkah laku
sakit.
Maslow berpendapat bahwa penelitian
terhadap orang lumpuh dan neurotic hanya akan menghasilkan psikologi “lumpuh.”
Karena itu justru meneliti orang yang merealisasikan potensinya secara utuh,
memiliki aktualisasi diri, memakai dan mengeksploitasi sepenuhnya bakat,
kapasitas dan potensinya. Objek penelitiannya adalah orang – orang terkenal,
tokoh – tokoh idola yang kreativitas dan aktualisasi dirinya mendapat pengakuan
dari masyarakat luas, misalnya Eleanor Roosevelt, dan Albert Einstein, serta tokoh
– tokoh, sejarah seperti Abraham Lincoln, Walt Whaiteman dan Ludwig Beethoven.
Teknik ini dinamakannya iteration:
Memakai matoda riset klinik untuk mempelajari dan menilai orang yang tidak
mengalami neurosis, kepribadian psikopatologik, psikosis, atau kecenderungan
kuat ke arah itu.[4]
B.
Hirarki Kebutuhan
Maslow
berpendapat bahwa motivasi manusia diorganisasikan ke dalam sebuah hirarki
kebutuhan yaitu suatu susunan kebutuhan yang sistematis, suatu kebutuhan dasar
harus dipenuhi sebelum kebutuhan dasar lainnya muncul. Kebutuha ini bersifat
instinktif yang mengaktifkan atau mengarahkan perilaku manusia. meskipun
kebutuhan itu bersifat instinktif, namun perilaku yang digunakan untuk
memuaskan kebutuhan tersebut sifatnya dipelajari, sehingga terjadi variasi
perilaku dari setiap orang dalam cara memuaskannya. Kebutuhan itu mempunyai
beberapa karakteristik sebagai berikut:
1.
Kebutuhan yang
lebih rendah dalam hirarki merupakan kebutuhan yang kuat, potensial, dan
prioritas; sementara yang lebih dalam hirarki merupakan kebutuhan yang paling
lemah.
2.
Kebutuhan yang
lebih tinggi muncul terakhir dalam rentan kehidupan manusia. kebutuhan
fisiologis (biologis) dan rasa aman muncul pada usia anak, kebutuhan akan
pengakuan dan penghargaan muncul pada usia emaja, sementara kebutuhan
aktualisasi diri muncul pada usia dewasa.
3.
Kebutuhan yang
lebih tinggi kurang diperlukan dalam rangka mempertahankan hidup, sehingga
pemuasannya dapat diabaikan. Kegagalan dalam pemuasannya tidak akan menimbulkan
kritis, tidak seperti apabila gagal dalam memenuhi kepuasan kebutuhan yang
lebih rendah. Dengan alasan ini Maslow menyebut kebutuhan yang lebih rendah ini
kebutuhan deficit atau defisiensi.
Kegagalan dalam memuaskan kebutuhan ini akan mengakibatkan defisiensi
(ketidaknyamanan) dalam diri individu.
4.
Walaupun
kebutuhan yang lebih tinggi itu kurang begitu perlu dalam rangka survival,
namun kebutuhan itu memberikan kontribusi terhadap survival itu sendiri dan
juga perkembangan. Kepuasan yang diperoleh dari kebutuhan yang lebih tinggi itu
dapat meningkatkan kesehatan, panjang usia, dan efisiensi biologis. Dengan
alasan ini, Maslow menamakan kebutuhan ini dengan kebutuhan perkembangan atau
berada(growth or being needs).
5.
Pemuasan
kebutuhan yang lebih tinggi amat bermanfaat, baik bagi fisik maupun psikis.
Kondisi ini dapat melahirkan rasa senang, bahagia, dan perasaan bermakna.
6.
Pemuasan
kebutuhan yang lebih tinggi memerlukan situasi eksternal yang lebih baik
(social, ekonomi, dan politik) daripada pemuasan kebutuhan yang lebih rendah.
Contoh: untuk mengejar aktualisasi diri diperlukan suasana kehidupan yang
memberi kebebasan untuk berekspresi dan berpeluang. Hirarki kebutuhan
digambarkan dalam bentuk piramida berikut.
*Gambar Hirarki Kebutuhan Menurut Maslow
1)
Kebutuhan
Fisiologis
Kebutuhan ini
merupakan kebutuhan manusia yang paling dasar , kebutuhan untuk mempertahankan
hidupnya secara fisik yaitu kebutuhan akan makan, minum, seks, istirahat (
tidur ), dan oksigen ( bernafas ). Maslow mengemukakan bahwa manusia adalah
binatang yang berhasrat dan jarang mencapai taraf kepuasan yang sempurna,
kecuali untuk suatu saat yang terbatas. Apabila suatu hasrat itu telah
terpuaskan, maka hasrat lain muncul sebagai penggantinya.
2)
Kebutuhan Rasa
Aman
Kebutuhan ini
sangat penting bagi setiap orang, baik anak, remaja, maupun dewasa. Pada anak
kebutuhan akan rasa aman ini Nampak dengan jelas, sebab mereka suka mereaksi
secara langsung terhadap sesuatu yang mengancam dirinya. Agar kebutuhan anak
akan rasa maan ini terpenuhi, maka perlu diciptakan iklim kehidupan yang
memberi kebebasan untuk berekspresi. Namun pemberian kebebasan untuk
berekspresi atau berperilaku itu perlu bimbingan dari orang tua, karena anak
belum memiliki kemampuan untuk mengarahkan perilakunya secara tepat dan benar.
Pada orang dewasa, kebutuhan ini memotifasinya untuk mencari kerja, nenjadi
peserta asuransi, atau menabug uang. Orang dewasa yang sehat mentalnya,
ditandai dengan perasaan aman, bebas dari rasa takut dan cemas. Sementara yang
tidak sehat, ditandai dengan perasaan seolah-olah selaluu dalam keadaan
terancam bencana besar.
3)
Kebutuhan
Pengakuan dan Kasih Sayang
Apabila
kebutuhan fisiologis dan rasa aman sudah terpenuhi, maka individu mengembangkan
kebutuhan untuk diakui dan disayangi atau dicintai. Kebutuhan ini dapat
diekspresikan dalam berbagai cara, seperti : persahabatan, percintaan, ataupun
pergaulan yang lebih luas. Melalui kebutuhan ini seseorang mencari pengakuan,
dan curahan kasih sayang dari orang lain, baik dari orang tua, saudara, guru,
pimpinan, teman, atau orang dewasa lainnya.
Kebutuhan ini
diakui lebih sulit untuk dipuaskan pada suasan masyarakat yang mobilisasinya
sangat cepat, terutama di kota besar, yang gaya hidupnya sudah bersifat
individualistic. Hidup bertetangga, aktif di organisasi, atau persabatan dapat
memberikan kepuasan atau kebutuhan ini.
Kebutuhan akan
kasih sayang, atau mencintai dan dicintai dapat dipuaskan melalui hubungan
akrab dengan orang lain. Maslow mebedakan antara cinta dengan seks, meskipun
diakuinya bahwa seks merupakan cara pernyataan kebutuhan cinta. Dia sependapat
dengan rumusan cinta dari Rogers yaitu : keadaan dimengerti secara mendalam dan
diterima dengan sepenuh hati. Maslow berpendapat bahwa kegagalan dalam mencapai
kepuasan kebutuhan cinta atau kasih sayang merupakan pennyebab utama dari
gangguan emosional atau malajudjustment.
4)
Kebutuhan
Penghargaan
Jika seseorang
telah merasa dicintai atau diakui maka orang itu akan mengembangkan kebutuhan
perasaan berhrga. Kebutuhan ini meliputi dua kategori, yaitu :
a)
Harga diri
meliputi kepercaan diri, kompetensi, kecukupan, prestasi, dan kebebasan.
b)
Penghargaan
dari orang lain meliputi pengakuan, perhatian, prestise, respek, dan kedudukan
( status ).
Memperoleh
kepuasan dari kebutuhan ini memungkinkan individu memiliki rasa percaya diri
akan kemampuan dan penampilannya; menjadi lebih kompeten; dan produktif dalam
semua spek kehidupan. Sebaliknya pabila seseorang mengalami lack of self-esteem maka dia akan
mengalami rendah diri, tidak berdaya, tidak bersemangat, dan kurang percaya
diri akan kemampuannya untuk mengatasi maslah kehidupan yang dihadapinya.
5)
Kebutuhan
Kognitif
Secara alamiah
manusia memiliki hasrat ingin tahu ( memperoleh pengetahuan, atau pemahaman
tentang sesuatu). Hasrat ini mulai berkembang sejak ahkir usia bayi dan awal
masa anak, yang diekspresikan sebagai rasa ingin tahunya dalam bentuk pengajuan
pertanyaan tentang berbagai hal, baik diri maupun lingkungannya. Rasa tahu ini
biasanya terhambat perkembangannya oleh lingkungan,baik keluarga maupun
sekolah. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan ini akan menghambat pencapaian
perkembangan kepribadian secara penuh. Menuru Maslow, rasa ingin tahu ini
merupakan ciri mental yang sehat. Kebutuhan kognitif ini diekspresikan sebagai
kebutuhan untuk memahami, menganalisis, mengevaluasi, menjelaskan, mencari
sesuatu atau suasana baru dan meneliti.
6)
Kebutuhan
Estetika
Kebutuhan
estetik (order and beaty) merupakan ciri orang yang sehat mentalnya. Melalui
kebutuhan inilah manusia dapat mengembangkan kreatifitasya dalam bidang seni
(lukis, rupa, patung, dan grafis), arsitektur , tata busana, dan tata rias.
Disamping itu orang yang sehat mentalnya ditandai dengan kebutuhan keteraturan,
keserasian, atau keharmonisan dalam setiap aspek kehidupannya, seperti dalam
cara berpakaian ( rapidengan keterpaduan warna yang serasi), dan pemeliharaan
ketertiban lalu lintas. Orang yang kurang sehat mentalnya, atau sedang
mengalami gangguan emosional, dan stress biasanya kurang memperhatikan
kebersihan, dan kurang apresiatif terhadap keteraturan dan keindahan.
7)
Kebutuhan
Aktualisasi Diri
Kebutuhan ini
merupakan puncak dari hirarki kebutuhan manusia yaitu perkembangan atau
perwujudan potensi dan kapasitas secara
penuh. Maslow berpendapat bahwa manusia dimotivasi untuk menjadoi segala
sesuatu yang dia mampu untuk menjadi itu. Walaupun kebutuhan lainnya terpenuhi,
tidak mengembangkan atau tidak mampu menggunakan kemampuan bawahannya secara
penuh, maka seseorang akan mengalami kegelisahan, ketidaksenangan, atau
frustasi.
Contoh: jika
seseorang memiliki kemampuan potensial dalam bidang music tetapi dia harus
bekerja sebagai akuntan, atau jika dia sangat berminat dalam studi tetapi
disuruh bekerjaa sebagai pedagang maka dia akan mengalami kegagaklan dalam
memenuhi aktualisasi dirinya. Terkait dengan hal ini, Maslow mengemukakan bahwa
seorang musikus harus membuat music, seorang pelukis harus melukis, dan
seosastrawan harus menulis.[5]
Apa saja
ciri-ciri orang yang mengaktualkan diri ? penemuan Abraham Maslow (1968,1970)
dari penelitiannya terhadap subjek-subjek yang jelas memberikan kepada kita
suatu perspektif untuk memahami sifat aktualisasi diri. Maslow berbicara
tentang “ psikopatoligi orang rata-rata ”. orang-orang yang disebut normal
tidak pernah menumbuhkan diri menjadi apa yang mereka sanggup. Maslow beragumen
bahwa orang-orang yang sehat berbeda dengan “ orang-orang yang normal “, baik
jenisnya maupun tingkatannya, dan bahwa penelitian tentang orang sehat maupun
yang rata-rata menghasilkan dua psikologi yang berbeda. Ia juga mengkritik
orientasi psikologi Freudian atas penekanannya pada sisi yang sakit dan
ketimpangan manusia. Menurutnya, jika kita melandaskan penemuan kita pada
populsi yang sakit, maka kita hanya akan memiliki psikologi yang sakit. Menurut
Maslow pula, perhatian yang terlalu banyak diberikan kepada kecemasan,
kebencian, neurosis, dan ketidakmatangan manusia.
Dalam upaya
menciptakan psikologi humanistik yang berfungsi pada “ bisa menjadi apa
seseorang “, Maslow merancang suatu study yag menggunakan subjek-subjek yang
terdri dari orang-orang yang mengaktualkan diri. Beberapa ciri yang ditemukan
Maslow (1968, 1970) pada orang-orang yang mengaktulkan diri itu, kesanggupan
menoleransi dan bahkan menyambut ketidaktentuan dalam hidup mereka, penerimaan
terhadap diri sendiri dan orang lain, kespontanan dan kreatifitas, kebutuhan
akan privacy dan kesendirian, otonomi, kesanggupan menjalin hubungan
interpersonal yang mendalam dan intens, dan perhatian yang tulus terhadap orang
lain, rasa humor, keterarahan kepada diri sendiri (kebalikan dari kecenderungan
untuk hidup berdasarkan pengharapan orang lain), dan tidak adanya
dikotomi-dikotomi yang artifisial (seperti kerja – bermain, cinta – benci,
lemah – kuat).
Dalil Maslow
tentang aktualisasi diri memiliki implikasi yang jelas bagi praktik psikologi
konseling sebab tendensi ke arah pertumbuhan dan aktualisasi merangkum kekuatan
utama yang menggerakkan proses terapeutik. Menurut kodratnya, manusia memiliki
dorongan yang kuat ke arah aktualisasi diri dan ingin mencapai lebih dari
sekedar keberadaannya yang aman tetapi statis. Kecenderungan dasarnya adalah
mencapai potensinya yang tinggi sekalipun berhadapan dengan masalah – masalah
internal dan penolakan – penolakan eksternal.[6]
C.
Kepribadian Yang Sehat
Maslow
berpendapat bahwa seseorang akan memiliki kepribadian yang sehat, apabila dia
telah mampu untuk mengaktualisasikan dirinya secara penuh (self - actualizing person). Dia mengemukakan teori motivasi bagi self – actualingzing peron dengan nama meetmotivation, meta – needs, B – motivation, atau being values (kebutuhan untuk berkembang). Seorang yang telah mampu
mengaktualisasikan dirinya tidak termotivasi untuk mengejar sesuatu tujuan yang
kekurangan. Mereka secara menyeluruh tujuannya akan memperkaya, memperluas
kehidupannya dan mengurangi ketegangan melalui bermacam-macam pengalaman yang
menantang. Dia berusaha untuk mengembangkan potensinyasecara maksimal, dengan
memperhatikan lingkungannya. Dia juga berada dalam keadaan menjadi menjadi
yaitu spontan, alami, dan senang mengkspresikanpotensinya secara penuh.
Sementara
motivasi bagi orang yang tidak mampu mengaktualisasikan dirinya, dia namai D – motivation atau Deficiency. Tipe
motivasi ini cenderung mengejar hal yang khusus untuk memenuhi kekurangan dalam
dirinya, seperti mecari makanan untuk memenuhi rasa lapar. Ini berarti bahwa
kebutuhan khusus (lapar) untuk tujuan yang khusus (makanan) menghasilkan
motivasi untuk memperoleh sesuatu yang dirasakannya kurang (mencari makanan).
Motif ini tidak hanya berhubungan dengan kebutuhan fisiologis, tetapi juga rasa
aman, cinta kasih, dan penghargaan.
Terkait dengan MetoneedsMaslow selanjutnya mengatakan
bahwa kegagalan dalam memuaskannya akan berdampak kurang baik bagi individu,
sebab dapat menggagalkan pemuasan kebutuhaan yang lainnya, dan juga melahirkan
metapatologi yang dapat merintangi perkembangannya. Mepatologi merintangi
self-actualizers untuk mengekspresikan, menggunakan, memenuhi potensinya,
merasa tidak berdaya, depresi. Individu tidakmampu mengidentifikasi sumber
penyebab khusus dari masalah yang dihadapinya dan usaha untuk mengatasinya.
Berikut ini
dikemukakan mengenai ciri-ciri dari metaneeds
dan metapologis.
*Ciri – ciri Metaneeds dan Metapologi
Metaneeds
|
Metapatologis
|
1.
Sikappercaya
|
1.
Tidakpercaya,
sinis, danskeptis
|
2.
Bijakdanbaik
|
2. Bencidanmemuakkan
|
3.
Indah (
estetis )
|
3. Vulgar
danmati rasa
|
4.
Kesatuan (
menyeluruh )
|
4
.Disintegrasi
|
5.
Enerjikdanoptimis
|
5
.Kehilangansemangathidup, pasif, pesimis
|
6.
Pasti
|
6
.Kacaudantidakdapatdiprediksi
|
7.
Lengkap
|
7
.Tidaklengkapdantidaktuntas
|
8.
Adildanaltruis
|
8 .Sukamarah-
marah, tidakadil, danegois
|
9.
Berani
|
9 .Rasa
tidakamandanmemerlukanbantuan
|
10.
Sederhana
|
10
.Sangatkompleksdanmembingungkan
|
11.
Bertanggungjawab
12.
Penuhmakna
|
11
Tidakbertanggungjawab
12
Tidaktahumaknakehidupan,
kehilanganharapandanputusasa
|
Mengenai self – actualizing person, atau orang
yang sehat mentalnya, Maslow mengemukakan ciri – cirinya sebagai berikut.
1.
Mempersepsi
kehidupan atau dunianya sebagaimana apa adanya, dan merasa nyaman dalam
menjalaninya.
2.
Menerima
dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungannya.
3.
Bersikap
spontan, sederhana, alami, bersikap jujur, tidak dibuat – buat dan terbuka.
4.
Mempunyai
komitmen atau dedikasi untuk untuk memecahkan masalah di luar dirinya (yang
dialami orang lain).
5.
Bersikap
mandiri atau independent.
6.
Memiliki
apresiasi yang segar terhadap lingkungan di sekitarnya.
7.
Mencapai puncak
pengalaman yaitu suatu keadaan seseorang yang mengalami kegembiraan yang luar
biasa. Pengalaman ini cenderung lebih bersifat mistik atau keagamaan.
8.
Memiliki minat
social: simpati, empati, dan altruis.
9.
Sangat senang
menjalin hubungan interpersonal (persahabatan atau persaudaraan) dengan orang
lain.
10.
Bersikap
demokratis (toleransi, tidak rasialis, dan terbuka).
11.
Kreatif
(fleksibel, spontan, terbuka, dan tidak takut salah).
Pandangannya
tentang hakikat manusia, Maslow berpendapat bahwa manusia itu bersifat
optimistic, bebas berkehendak, sadar dalam memilih, unik, dapat mengatasi
pengalaman masa kecil, dan baik. Menurut dia, kepribadian itu dipengaruhi oleh
hereditas dan lingkungan.
Dalam kaitannya
dengan peran lingkungan, khususnya sekolah dalam mengembangkan self – actualization, Maslow
mengemukakan beberapa upaya yang seyogianya dilakukan oleh sekolah (dalam hal
ini guru - guru) yaitu sebagai berikut.
1.
Membantu siswa
menemukan identitasnya (jati dirinya) sendiri.
2.
Membantu siswa
untuk mengeksplorasi pekerjaan.
3.
Membantu siswa
untuk memahami keterbatasan (nasib) dirinya.
4.
Membantu siswa
untuk memperoleh pemahaman tentang nilai – nilai.
5.
Membantu siswa
agar memahami bahwa hidup ini berharga.
6.
Mendorong siswa
agar mencapai pengalaman puncak dalam kehidupannya.
7.
Memfasilitasi
siswa agar dapat memuaskan kebutuhan dasarnya (rasa aman, rasa berharga, rasa
diakui).
D.
Kritik terhadap Teori Humanistik
Terdapat
beberapa kritik tentang kelemahan pendekatan humanistic mengenai kepribadian
yaitu sebagai berikut.
a.
Poor tertability, Teorinya sulit
diuji (diukur) secara ilmiah, seperti konsep perkembangan manusia dan self – actualization.
b.
Unrealistic view of human nature.
Humanistik terlalu optimis dalam mengasumsikan tentang hakikat manusia. Dalam
mendeskripsikan kepribadian yang sehat kurang realistic. Seperti dalam
mendiskripsikan ciri – ciri self –
actualizing terlalu sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Setyono, Ridlo. Psikologi
Kepribadian. Malang: UMM Press. 2009.
Yusuf LN, Syamsu.
Dkk. TeoriKepribadian. Bandung: PT. Remaja RosdaKarya.
2007.
Rosyidi, Hamim.
Psikologi Kepribadian. Surabaya:
Jaudar Press. 2013.
Corey, Gerald.
Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung:
PT. Rafika Aditama. 2005.
Graham, Helen.
Psikologi Humanistik. Yogyakarta:
Pustaka Belajar. 2005.
[2] Helen Graham, Psikologi
Humanistik, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005), cet. I, hal. 85 – 89.
[3] Hamim Rosyidi, Psikologi
Kepribadian, (Surabaya: Jaudar Press, 2013), hal. 96.
[4] Hamim Rosyidi, Psikologi
Kepribadian, (Surabaya: Jaudar Press, 2013), hal. 96 – 99.
[6] Gerald Corey, Teori
dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: PT. Rafika Aditama, 2005),
cet. II, hal. 81 – 82.
0 komentar:
Posting Komentar