MAKALAH
CIRI DAN TIPOLOGI KEPRIBADIAN MUSLIM
Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
PATOLOGI MUSLIM
Dosen Pembimbing :
Dr. H. Abd. Syakur, M.Ag
Oleh Kelompok 2:
1.
Mohammad
Hafiz Bin Kusairi (B43212062)
2.
Ni’matus Sholikha (B33212050)
3.
Ujang Abdul Basir (B33212056)
BAB II
PEMBAHASAN
A. CIRI-CIRI
KEPRIBADIAN ORANG MUSLIM
Sebelum
membicarakan tentang ciri-ciri muslim yang ideal, terlebih dahulu akan
dijelaskan tentang pengertian muslim.
Yang
dimaksud dengan muslim adalah orang yang memeluk agama islam, kata ini
mengisyaratkan makna penuh ketundukan terhadap Tuhan. Idealnya orang muslim
adalah orang yang tunduk.
“Sedang
yang disebut orang muslim artinya orang yang berpasrah diri, dalam hal ini
berpasrah kepada Tuhan, tetapi dalam rangking manusia berkualitas”.[1]
Menurut
Najahy Majid muslim ialah orang yang menerima dan mengamalkan kewajiban seorang
mukmin.[2]
Dari
pengertian tersebut di atas dapat dikatakan bahwa mukmin sama dengan muslim
dalam arti muslim yang ideal, sehingga ciri-ciri atau sifat-sifat mukmin yang
tersebut dalam Al-Qur’an dikategorikan juga sebagai ciri-ciri muslim yang
ideal.
Adapun
ciri-ciri mukmin ideal adalah sebagai berikut:
Surat
Al-Anfaal ayat 2 - 4
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah
mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila
dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada
Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan
yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah
orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh
beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat)
yang mulia.
Dalam ayat tersebut di atas. Tuhan menjelaskan
lima (5) sifat orang mukmin yaitu:
1.
Bergetar hati mereka ketika disebut nama Tuhan.
2.
Bertambah iman mereka ketika membaca ayat–ayat
Al-Qur’an.
3.
Bertawakkal kepada Allah.
4.
Mengerjakan sholat dengan aktif.
5.
Memberikan infaq dari rizki yang telah diberi
Tuhan.[3]
Adapun ciri-ciri muslim ideal yang lain:
1.
Menjauhi Alkohol
Seorang
pemabuk lebih suka kehilangan hidupnya daripada meninggalkan minuman tersebut.
Jika tidak memperoleh alkohol, orang ini menjadi lebih parah daripada orang
yang sakit secra fisik.
Namun,
bagi muslim sejati hal semacam itu dirinya bisa menjaga dari setiap barang yang
memabukan agar tidak memasuki ke dalam tubuhnya. Karena mereka ingin jasannya
tidak di sentuh oleh barang-barang yang dapat membawa kepada neraka.
2.
Menghindari Kejahatan
Muslim
yang ideal selalu menjauhi perbuatan yang merujuk pada doa, baik dosa kecil
maupun dosa besar. Kita bisa ambil khazanah dari cerita seorang pemuda pada
masa Rasulullah SAW yang mengaku secara terang-terangan kepada Nabi Muhammad
tentang kejahatan yang telah dilakukan oleh dirinya, yaitu telah melakukan
zina. Dia mengetahui akan hukum cambuk yang pasti di berikan kepada dirinya
karena telah berbuat dosa. Akan tetapi karena imannya yang kuat apapun yang
terjadi dia lebih baik di cambuk daripada harus menanggung dosa nanti di akhirat
walaupun belum tahu oleh Allah dosanya di ampuni atau tidak. Tapi dia lebh baik
di cambuk di dunia dan mengakui dosa-dosanya dari pada nanti di akhirat lebih
parah balasannya.
.
3.
Membangun Ikatan Kekeluargaan
Kita
juga tahu bahwa di dunia ini tak seorang pun yang lebih sayang kepada kita
daripada keluarga kita. Ayah, ibu, anak, begitu kita sayangi, sampai-sampai apa
saja kita korbankan demi mereka. Muslim sejati tentunya akan selalu membangun
ikatan keluarga baik itu dengan ahli fi
nasab atau ahli fi dzin.
4.
Meninggalkan Norma dan Tradisi[4]
Namun
kita tahu bahwa islam praktis menghapus seluruh tradisi jahiliyah yang
berlangsung di tanah Arab. Kejahatan terbesar tradisi jahiliyah adalah
menyembah berhala, yang telah dipraktikkan selama beratus-ratus tahun. Islam
mengajarkan agar, seperti halnya alkohol, berzina, perjudian, pencurian dan
perampokkan, menyembah berhala dan lain-lain yang merajalela saat itu, harus
ditinggalkan. Begitu juga dengan zaman sekaran ini seperti adat kebudayaan atau
tradisi leluhur kalau sekiranya itu di larang agama kita harus tinggalkan.[5]
Akan
tetapi ciri muslim yang tidak ideal bisa di uraikan sebagai berikut,
diantaranya:
a.
Mengabdi pada ego
Seseorang yang beragama islam, akan tetapi
sulit dan merasa susah untuk mengikuti ajaran Tuhan dan Rasul-Nya, sehingga
mengakibatkan seseorang ini selalu mengikuti pikirannya sendiri. Ini bukan
muslim yang ideal akan tetapi muslim yang munafik.
b.
Ketundukan pada masyarakat dan budaya
Ini masih hampir sama dengan yang diatas, akan
tetapi ritual dan kebudayaan masyarakat yang buruk selalu ia lakukan.
c.
Meniru orang lain
Ajaran islam selalu ia jalankan akan tetapi
disamping itu hatinya mudah terpengaruh oleh praktek-praktek barat yang merujuk
pada kesesatan dalam artian (iman Taqlid) yang mudah goyah terpengaruh jelek
oleh orang lain.
B. TIPOLOGI
MUSLIM
Setiap usaha untuk memahami dan mengungkapkan
prilaku serta kepribadian manusia akan menghasilkan pengetahuan yang disebut
tipologi.[6]Tipologi adalah pengetahuan
yang berusaha menggolongkan manusia menjadi tipe-tipe tertentu atas dasar
faktor tertentu, misalnya karakteristik fisik, psikis, pengaruh dominan
nilai-nilai budaya, dan sebagainya.[7]
Secara umum tipe orang muslim itu dapat kita
golongkan kedalam dua tipe, yaitu Muslim
Persial dan Muslim Sejati.
1. Muslim Persial
Banyak
orang islam yang mengaku percaya kepada Tuhan dan Nabi dan menyatakan islam
sebagai agamanya. Namun, kemudian mereka menerapkan islam itu hanya untuk
sebagaian dari hidup mereka. Sampai batas tertentu, mereka menunjukkan sikap
cinta terhadap islam, secara ekstensif memperlihatkan ritual-ritual seperti
shalat, membawa tasbih, selalu menyebut asma-asma Tuhan. Lebih khusus lagi,
mereka memperlihatkan kesalehan-kesalehan formal seperti dalam hal makanan,
pakaian, hal-hal yang bersifat sosial lain, termasuk tradisi budaya. Dengan
demikian mereka sepenuhnya “religius”.
Tetapi di luar kebiasaan itu, kehidupan mereka
sama sekali tidak mengikuti bimbingan Tuhan. Jika mereka mencintai, cinta
mereka adalah demi diri mereka sendiri, negara mereka, bangsa mereka, atau yang
lain, bukan demi Allah.
2. Muslim Sejati
Muslim yang kedua adalah orang yang meleburkan
secara keseluruhan kepribadian dan eksitensinya ke dalam islam. Peran-peran
yang mereka mainkan berapa di dalam kerangka satu peran sebagai muslim. Mereka
benar-benar muslim, baik di kala sebagai seorang ayah, anak, suami atau istri,
pengusaha, tuan tanah, pekerja atau buruh. Perasaan mereka, nurani mereka,
ideologi, pikiran, dan opini, sikap suka atau benci mereka, semua didasarkan
atas nilai islam.[8] Kalau
dari sudut pandang dari segi perkembangan kesadaran beragamanya itu ada dua
tipe juga, yaitu tipe periang (the
healthy mindedness) dan tipe penyedih (the
sick soul).
a. Tipe Periang
Pada perkembangan kesadaran beragam tipe
periang akan ditemukan sifat-sifat sebagai berikut:
1. Optimis
dan riang gembira: Tipe periang menghayati kehidupan beragama
yang dialaminya secara natural sebagaimana adanya, mudah, gampang, penuh
kelapangan, kejembaran serta pegangan hidup yang menggembirakan. Di kala ia
mengalami ke bimbangan, konflik, dan keraguan tapi karena karakternya yang
optimis akhirnya dia dapat memecahkannya dan menyadari bahwa Tuhan maha
pemurah. Akan tetapi semua sifatnya itu tidak mewarnai sikap dan prilakunya.
2. Sikap
terarah ke dunia luar: pola kehidupannya lebih di dominasi oleh
Faktor Eksternal, biasanya orang seperti
ini mudah terombang ambing dengan nuansa luar karena kurang memperhatikan
kemampuannya sendiri (kurang introspeksi)[9]
3.
Kematangan
kesadaran beragama secara bertahap: tipe seperti ini menjalani hidup dalam
beragama setapak demi setapak di tekuni baik nilai intlektual, moral, dan
spiritual hingga mencapai kematangan dalam beragama yang pada intinya selalu di
dasari rasa riang dan yakin bahwa Tuhan akan membawanya pada kesuksesan.
Hal yang harus di waspadai dalam tipe periang
ini antara lain :
1. Selalu merasa unggul, merasa dirinya paling
alim dan paling berjasa. Bila kesadaran agamanya mulai tumbuh ia merasa sukses,
puas gembira terlalu meremehkan dan kurang melihat pada kenyataan kekuatan
musuh-musuh agamanya.
2.
Ia mudah di pengaruhi oleh orang lain yang
berada di atas dirinya.
3.
Kurang merasakan permasalahan yang mendalam
sehingga sukar menjadi pemikir yang kreatif dan orsinal, tapi pemikirannya
lebih bersikap produktif. Ia kurang suka dengan ilmu-ilmu Kala. Pemikiran
ke-Tuhanan hanyalah bersifat praktis yang bersangkutan dalam kehidupan
sehari-hari
b. Tipe Penyedih
Tipe penyedih biasanya mendapatkan perhatian
masyarakat umum maupun para serjana Ilmu Sosial terutama pada masa perkembangan
kematangan kehidupan agamanya.Salah satu ciri tipe ini adalah tidak menyenangi
popularitas, tidak mau menonjolkan diri, merenngkan tentang kehadiran Allah
secara mendalam, uzlah, bertapa, zuhud, dan sebagainya.[10]Tipe
inilah yang sering mendapatkan sinar Ilahi atau semacam penghayatan “Kehadiran
Tuhan”.Biasanya tipe ini mampu mengubah pola hidup masyarakat luas, Misalnya
seperi Al-Ghazali, Abdul Qadir Al-Jailani, dan Wali Songo.
Tipe penyedih adalah lawan kutub tipe
periang.Oleh karena itu ciri-ciri penyedih terutama pada masa perkembangannya
adalah kebalikan dari tipe periang. Harus di ingat bahwa tipe penyedih tidak
selamanya merasa sedih dan tidak pula selamanya merasa menderita, bisa jadi
secara lahiriyah kelihatannya sangat menyedihkan akan tetapi di hati mereka
sangat merasa bahagia karena merasakan hidup dengan kedekatan dengan Ilahi.
DAFTAR PUSTAKA
Mubarok, Achmad. Panduan Akhlak Mulia Membangun Manusia & Bangsa Berkarakter. Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara.
Al-baar,
Ragwan. Patologi
Muslim. Surabaya:
Dakwah Digital Press. 2007.
A’la,
Abdul Maududi. Menjadi
Muslim Sejati. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
1999. cet. III.
Aziz, Abdul Ahyadi. PSIKOLOGI AGAMA. (Bandung: Sinar Baru Algensindo. 2005.
Jaenudin, Ujam. Psikologi Kepribadian. Bandung: PUSTAKA SETIA. 2012.
Kuntjojo. Psikologi
Kepribadian. Kediri: Universitas Nusantara PGRI. 2009.
Majid. Najhy Bimbingan Sholat Lengkap dan Mutiara –
Mutiara yang Dikandungnya. Semarang: CV. Aneka Ilmu 2000.
Syamsuddin, ali. Mengukir Sifat Kepribadian
Muslim. Yogyakarta:
Graha Ilmu. 2009.
[1] Achmad
Mubarok, Panduan Akhlak Mulia Membangun Manusia & Bangsa Berkarakter,
(Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara, 2001), hal.4.
[2] Najahy Majid, Bimbingan
Sholat Lengkap dan Mutiara – Mutiara yang Dikandungnya, (Semarang: CV.
Aneka Ilmu, 1979), hal. 16.
[3] Ragwan
Al-baar, Patologi Muslim, (Surabaya: Dakwah Digital Press, 2007), hal.19
– 20.
[4]Abul A’la Maududi, Menjadi Muslim Sejati, (Yogyakarta:
Mitra Pustaka, 1999), cet.III, hal. 129 – 133.
[8] Abul A’la
Maududi, Menjadi Muslim Sejati, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1999),
cet.III, hal. 139 – 141.
0 komentar:
Posting Komentar