Rabu, 30 April 2014

CIRI DAN TIPOLOGI KEPRIBADIAN MUSLIM

Standard


MAKALAH
CIRI DAN TIPOLOGI KEPRIBADIAN MUSLIM
Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
PATOLOGI MUSLIM

Dosen Pembimbing :
Dr. H. Abd. Syakur, M.Ag

Oleh Kelompok 2: 
 
             1.      Mohammad Hafiz Bin Kusairi  (B43212062)
             2.      Ni’matus Sholikha                      (B33212050)
             3.      Ujang Abdul Basir                      (B33212056)



BAB II
PEMBAHASAN

     A.    CIRI-CIRI KEPRIBADIAN ORANG MUSLIM
Sebelum membicarakan tentang ciri-ciri muslim yang ideal, terlebih dahulu akan dijelaskan tentang pengertian muslim.
Yang dimaksud dengan muslim adalah orang yang memeluk agama islam, kata ini mengisyaratkan makna penuh ketundukan terhadap Tuhan. Idealnya orang muslim adalah orang yang tunduk.
“Sedang yang disebut orang muslim artinya orang yang berpasrah diri, dalam hal ini berpasrah kepada Tuhan, tetapi dalam rangking manusia berkualitas”.[1]
Menurut Najahy Majid muslim ialah orang yang menerima dan mengamalkan kewajiban seorang mukmin.[2]
Dari pengertian tersebut di atas dapat dikatakan bahwa mukmin sama dengan muslim dalam arti muslim yang ideal, sehingga ciri-ciri atau sifat-sifat mukmin yang tersebut dalam Al-Qur’an dikategorikan juga sebagai ciri-ciri muslim yang ideal.
Adapun ciri-ciri mukmin ideal adalah sebagai berikut:
          Surat Al-Anfaal ayat 2 - 4 
Artinya:
   Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.
 
Dalam ayat tersebut di atas. Tuhan menjelaskan lima (5) sifat orang mukmin yaitu:
1.      Bergetar hati mereka ketika disebut nama Tuhan.
2.      Bertambah iman mereka ketika membaca ayat–ayat Al-Qur’an.
3.      Bertawakkal kepada Allah.
4.      Mengerjakan sholat dengan aktif.
5.      Memberikan infaq dari rizki yang telah diberi Tuhan.[3]
Adapun ciri-ciri muslim ideal yang lain:

1.      Menjauhi Alkohol
            Seorang pemabuk lebih suka kehilangan hidupnya daripada meninggalkan minuman tersebut. Jika tidak memperoleh alkohol, orang ini menjadi lebih parah daripada orang yang sakit secra fisik.
            Namun, bagi muslim sejati hal semacam itu dirinya bisa menjaga dari setiap barang yang memabukan agar tidak memasuki ke dalam tubuhnya. Karena mereka ingin jasannya tidak di sentuh oleh barang-barang yang dapat membawa kepada neraka.

2.      Menghindari Kejahatan
            Muslim yang ideal selalu menjauhi perbuatan yang merujuk pada doa, baik dosa kecil maupun dosa besar. Kita bisa ambil khazanah dari cerita seorang pemuda pada masa Rasulullah SAW yang mengaku secara terang-terangan kepada Nabi Muhammad tentang kejahatan yang telah dilakukan oleh dirinya, yaitu telah melakukan zina. Dia mengetahui akan hukum cambuk yang pasti di berikan kepada dirinya karena telah berbuat dosa. Akan tetapi karena imannya yang kuat apapun yang terjadi dia lebih baik di cambuk daripada harus menanggung dosa nanti di akhirat walaupun belum tahu oleh Allah dosanya di ampuni atau tidak. Tapi dia lebh baik di cambuk di dunia dan mengakui dosa-dosanya dari pada nanti di akhirat lebih parah balasannya.
.
3.      Membangun Ikatan Kekeluargaan
            Kita juga tahu bahwa di dunia ini tak seorang pun yang lebih sayang kepada kita daripada keluarga kita. Ayah, ibu, anak, begitu kita sayangi, sampai-sampai apa saja kita korbankan demi mereka. Muslim sejati tentunya akan selalu membangun ikatan keluarga baik itu dengan ahli fi nasab atau ahli fi dzin.

4.      Meninggalkan Norma dan Tradisi[4]
            Namun kita tahu bahwa islam praktis menghapus seluruh tradisi jahiliyah yang berlangsung di tanah Arab. Kejahatan terbesar tradisi jahiliyah adalah menyembah berhala, yang telah dipraktikkan selama beratus-ratus tahun. Islam mengajarkan agar, seperti halnya alkohol, berzina, perjudian, pencurian dan perampokkan, menyembah berhala dan lain-lain yang merajalela saat itu, harus ditinggalkan. Begitu juga dengan zaman sekaran ini seperti adat kebudayaan atau tradisi leluhur kalau sekiranya itu di larang agama kita harus tinggalkan.[5]
Akan tetapi ciri muslim yang tidak ideal bisa di uraikan sebagai berikut, diantaranya:
a.       Mengabdi pada ego
Seseorang yang beragama islam, akan tetapi sulit dan merasa susah untuk mengikuti ajaran Tuhan dan Rasul-Nya, sehingga mengakibatkan seseorang ini selalu mengikuti pikirannya sendiri. Ini bukan muslim yang ideal akan tetapi muslim yang munafik.
b.      Ketundukan pada masyarakat dan budaya
Ini masih hampir sama dengan yang diatas, akan tetapi ritual dan kebudayaan masyarakat yang buruk selalu ia lakukan.
c.       Meniru orang lain
Ajaran islam selalu ia jalankan akan tetapi disamping itu hatinya mudah terpengaruh oleh praktek-praktek barat yang merujuk pada kesesatan dalam artian (iman Taqlid) yang mudah goyah terpengaruh jelek oleh orang lain.

       B.     TIPOLOGI MUSLIM
Setiap usaha untuk memahami dan mengungkapkan prilaku serta kepribadian manusia akan menghasilkan pengetahuan yang disebut tipologi.[6]Tipologi adalah pengetahuan yang berusaha menggolongkan manusia menjadi tipe-tipe tertentu atas dasar faktor tertentu, misalnya karakteristik fisik, psikis, pengaruh dominan nilai-nilai budaya, dan sebagainya.[7]
Secara umum tipe orang muslim itu dapat kita golongkan kedalam dua tipe, yaitu Muslim Persial dan Muslim Sejati.

1.  Muslim Persial
         Banyak orang islam yang mengaku percaya kepada Tuhan dan Nabi dan menyatakan islam sebagai agamanya. Namun, kemudian mereka menerapkan islam itu hanya untuk sebagaian dari hidup mereka. Sampai batas tertentu, mereka menunjukkan sikap cinta terhadap islam, secara ekstensif memperlihatkan ritual-ritual seperti shalat, membawa tasbih, selalu menyebut asma-asma Tuhan. Lebih khusus lagi, mereka memperlihatkan kesalehan-kesalehan formal seperti dalam hal makanan, pakaian, hal-hal yang bersifat sosial lain, termasuk tradisi budaya. Dengan demikian mereka sepenuhnya “religius”.
Tetapi di luar kebiasaan itu, kehidupan mereka sama sekali tidak mengikuti bimbingan Tuhan. Jika mereka mencintai, cinta mereka adalah demi diri mereka sendiri, negara mereka, bangsa mereka, atau yang lain, bukan demi Allah.

2.      Muslim Sejati
Muslim yang kedua adalah orang yang meleburkan secara keseluruhan kepribadian dan  eksitensinya ke dalam islam. Peran-peran yang mereka mainkan berapa di dalam kerangka satu peran sebagai muslim. Mereka benar-benar muslim, baik di kala sebagai seorang ayah, anak, suami atau istri, pengusaha, tuan tanah, pekerja atau buruh. Perasaan mereka, nurani mereka, ideologi, pikiran, dan opini, sikap suka atau benci mereka, semua didasarkan atas nilai islam.[8] Kalau dari sudut pandang dari segi perkembangan kesadaran beragamanya itu ada dua tipe juga, yaitu tipe periang (the healthy mindedness) dan tipe penyedih (the sick soul).


a.      Tipe Periang 
Pada perkembangan kesadaran beragam tipe periang akan ditemukan sifat-sifat sebagai berikut:
1.   Optimis dan riang gembira: Tipe periang menghayati kehidupan beragama yang dialaminya secara natural sebagaimana adanya, mudah, gampang, penuh kelapangan, kejembaran serta pegangan hidup yang menggembirakan. Di kala ia mengalami ke bimbangan, konflik, dan keraguan tapi karena karakternya yang optimis akhirnya dia dapat memecahkannya dan menyadari bahwa Tuhan maha pemurah. Akan tetapi semua sifatnya itu tidak mewarnai sikap dan prilakunya.
2.  Sikap terarah ke dunia luar: pola kehidupannya lebih di dominasi oleh Faktor Eksternal,  biasanya orang seperti ini mudah terombang ambing dengan nuansa luar karena kurang memperhatikan kemampuannya sendiri (kurang introspeksi)[9]
3.     Kematangan kesadaran beragama secara bertahap: tipe seperti ini menjalani hidup dalam beragama setapak demi setapak di tekuni baik nilai intlektual, moral, dan spiritual hingga mencapai kematangan dalam beragama yang pada intinya selalu di dasari rasa riang dan yakin bahwa Tuhan akan membawanya pada kesuksesan.
Hal yang harus di waspadai dalam tipe periang ini antara lain :

1.   Selalu merasa unggul, merasa dirinya paling alim dan paling berjasa. Bila kesadaran agamanya mulai tumbuh ia merasa sukses, puas gembira terlalu meremehkan dan kurang melihat pada kenyataan kekuatan musuh-musuh agamanya.
2.      Ia mudah di pengaruhi oleh orang lain yang berada di atas dirinya.
3.      Kurang merasakan permasalahan yang mendalam sehingga sukar menjadi pemikir yang kreatif dan orsinal, tapi pemikirannya lebih bersikap produktif. Ia kurang suka dengan ilmu-ilmu Kala. Pemikiran ke-Tuhanan hanyalah bersifat praktis yang bersangkutan dalam kehidupan sehari-hari

b.      Tipe Penyedih
Tipe penyedih biasanya mendapatkan perhatian masyarakat umum maupun para serjana Ilmu Sosial terutama pada masa perkembangan kematangan kehidupan agamanya.Salah satu ciri tipe ini adalah tidak menyenangi popularitas, tidak mau menonjolkan diri, merenngkan tentang kehadiran Allah secara mendalam, uzlah, bertapa, zuhud, dan sebagainya.[10]Tipe inilah yang sering mendapatkan sinar Ilahi atau semacam penghayatan “Kehadiran Tuhan”.Biasanya tipe ini mampu mengubah pola hidup masyarakat luas, Misalnya seperi Al-Ghazali, Abdul Qadir Al-Jailani, dan Wali Songo.
Tipe penyedih adalah lawan kutub tipe periang.Oleh karena itu ciri-ciri penyedih terutama pada masa perkembangannya adalah kebalikan dari tipe periang. Harus di ingat bahwa tipe penyedih tidak selamanya merasa sedih dan tidak pula selamanya merasa menderita, bisa jadi secara lahiriyah kelihatannya sangat menyedihkan akan tetapi di hati mereka sangat merasa bahagia karena merasakan hidup dengan kedekatan dengan Ilahi.
   
DAFTAR PUSTAKA

Mubarok, Achmad. Panduan Akhlak Mulia Membangun Manusia & Bangsa Berkarakter. Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara.
Al-baar, Ragwan. Patologi Muslim. Surabaya: Dakwah Digital Press. 2007.
A’la, Abdul Maududi. Menjadi Muslim Sejati. Yogyakarta: Mitra Pustaka. 1999. cet. III.
Aziz, Abdul Ahyadi. PSIKOLOGI AGAMA. (Bandung: Sinar Baru Algensindo. 2005.
Jaenudin, Ujam. Psikologi Kepribadian. Bandung: PUSTAKA SETIA. 2012.
Kuntjojo. Psikologi Kepribadian. Kediri: Universitas Nusantara PGRI. 2009.
            Majid. Najhy Bimbingan Sholat Lengkap dan Mutiara – Mutiara yang Dikandungnya.   Semarang: CV. Aneka Ilmu 2000.
            Syamsuddin, ali. Mengukir Sifat Kepribadian Muslim. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2009.


[1] Achmad Mubarok, Panduan Akhlak Mulia Membangun Manusia & Bangsa Berkarakter, (Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara, 2001), hal.4.
[2] Najahy Majid, Bimbingan Sholat Lengkap dan Mutiara – Mutiara yang Dikandungnya, (Semarang: CV. Aneka Ilmu, 1979), hal. 16.
[3] Ragwan Al-baar, Patologi Muslim, (Surabaya: Dakwah Digital Press, 2007), hal.19 – 20.
[4]Abul A’la Maududi, Menjadi Muslim Sejati, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1999), cet.III, hal. 129 – 133.
[5]Ibid,  hal129 – 133.
[6]Kuntjojo, Psikologi Kepribadian, (Kediri: Universitas Nusantara PGRI, 2009), hal. 15.
[7]Ujam Jaenudin, Psikologi Kepribadian, (Bandung: PUSTAKA SETIA, 2012), hal. 147.
[8] Abul A’la Maududi, Menjadi Muslim Sejati, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1999), cet.III, hal. 139 – 141.
[9]Abdul Aziz Ahyadi, PSIKOLOGI AGAMA, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005), hal. 99.
[10]Ali Syamsuddin, Mengukir Sifat Kepribadian Muslim, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hal. 67.

0 komentar:

Posting Komentar