Rabu, 30 April 2014

ISLAM DAN KONSTRUKSI KEPRIBADIAN MUSLIM

Standard



Makalah

ISLAM DAN KONSTRUKSI KEPRIBADIAN MUSLIM
Di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah:
” PATOLOGI MUSLIM”

Aru Prastya (B73212096)
Ana Rosyidah An-Nur (B73212094)
Noor Dewi Marwanty (B53212091)
  



BAB II
PEMBAHASAN

A.           Konsep Dasar Tentang Kepribadian

Sebelum membahas tentang masalah kepribadian terlebih dahulu menguraikan bahasan tentang kejiwaan manusia, karena masakah kepribadian merupakan bagian dari masalah kejiwaan. Pada dasarnya, masalah jiwa manusia secara konseptual dapat dibedakan menjadi dua aspek, yakni aspek kemampuan (ability) dan aspek kepribadian (personality). Aspek kemampuan meliputi: prestasi belajar, intelegensia dan bakat. Aspek kepribadian meliputi: watak, sifat, penyesuaian diri, minat, sikap dan motivasi (Hartono, 1994 : 5).

Bahasan mengenai kepribadian telah dirumuskan oleh para ahli psikologi, dan rumusannya berbeda-beda satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut karena berbeda cara sudut pandang masing-masing pakar yang bersangkutan. Menurut George Kelly, merumuskan kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Sedangkan pendapat Gordon Allport mengonsepsikan kepribadian sebagai suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas. Sementara itu, Sigmun Freud memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem, yakni: id, ego, super ego. Dan pendapat lain dari Poejawijatna menekankan bahwa kepribadian adalah kesatuan insani yang berbudi dan berkehendak yang menentukan tindakan manusia.

Dari formulasi konseptual yang berbeda-beda tersebut, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kepribadian merupakan suatu oraganisasi yang hanya dimiliki oleh manusia yang menjadi penentu pemikiran dan tingkah lakunya. Setiap individu manusia memiliki pribadi yang khas, berbeda dengan individu yang lain. Dalam proses pembentukannya, kepribadian seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik atau biologis, pengalaman-pengalaman sosial dan perubahan lingkungan.[1]

B.            Kepribadian Muslim

Kepribadian berasal dari kata “pribadi” yang berarti diri sendiri, atau perseorangan. Sedangkan dalam bahasa inggris digunakan istilah personality, yang berarti kumpulan kualitas jasmani, rohani, dan susila yang membedakan seseorang dengan orang lain.

Menurut Allport, kepribadian adalah organisasi sistem jiwa raga yang dinamis dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya.[2]

Sebelum mengenal tentang kepribadian, muslim secara lus, perlu diketahui pengertian kepribadian muslim terlebih dahulu. Menurut Marimbah (1989:68) kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya, yakni baik tingkah laku luarnya, kegiatan-kegiatan jiwanya, maupun falsafah hidupnya serta kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Allah dan penyerahaan diri kepadanya.

Pendapat lain dikemukakan oleh Al-Asqar (1996) ia menguraikan tentang kepribadian seorang muslim dari masa ke masa, sejak adanya para nabi-nabi, rasul-rasul dan pengikutnya sampai sekarang. Beliau mengelompokkan kepribadian yang lurus (benar), kepribadian yang ternoda, kepribadian muslim sepanjang abad, bagian-bagian yng membentuk kepribadian muslim dan ciri-ciri kepribadian muslim.

Untuk lebih mengetahui lebih jauh pengetahuan tentang kepribadian muslim berikut ini akan dijelaskan ciri-ciri kepribadian muslim. Ciri-ciri kepribadian musim merupakan suatu tanda-tanda yang khas untuk bisa dipakai dalam mengenal atau mengetahui bahwa yang demikian itu dinamakan kepribadian muslim. Menurut Umar Sulaiman Al-Aqshar (1994 : 22) ciri-ciri kepribadian muslim antara lain memiliki; cakupan didikan Ketuhanan (sibghoh ilahiyah), kepekaan dan ketajaman jiwa (bashiroh), kekuatan, berpegang teguh pada kebenaran, bersungguh-sungguh (mujahadah), tetap tabah atas kebenaran hati, mengetahui tujuan hidup, dan kembali pada kebenaran.

Pendapat lain di kemukakan oleh Hasyim (2004) bahwa kepribadian muslim dibangun atas dasar akidah yang benar, keteladanan yang baik, keilmuan yang konstruktif, ibadah amaliyah serta jihad di jalan Allah untuk membangun perilaku yang spesifik dan konstruktif untuk kemaslahatan dirirnya sendiri maupun untk orang lain.

Dan uraian tentang ciri-ciri kepribadian di atas dapat di simpulkan bahwa seorang muslim yang ideal, konstruktuif dan profesional senantiasa memiliki karakteristik seperti yang di uraikan  Umar Sulaiman A-Aqshar dan Hasyim. Dengan pribadi-pribadi yang memiliki konsep hidup yang jelas seorrang muslim akan mampu tampil menjadi agen perubahan (agen of change) pada masa yang akan datang dengan membawa risalah tauhid.[3]

Seseorang yang islam disebut muslim. Muslim adalah orang atau seseorang yang menyerahkan dirinya secara sungguh – sungguh kepada Allah. Jadi, dapat dijelaskan bahwa “wujud pribadi muslim” itu adalah manusia yang mengabdikan dirinya kepada Allah, tunduk dan patuh serta ikhlas dalam amal perbuatannya, karena iman kepada-Nya. Pola sesorang yang beriman kepada Tuhan, selain berbuat kebajikan yang diperintahkan adalah membentuk keselarasan dan keterpaduan antara faktor  iman, islam dan ikhsan.

Muslim yang sesungguhnya adalah seorang yang memiliki keimanan dan kepribadian utuh sebagai muslim yang memiliki pandangan hidup tersendiri, mengilhami setiap tindakan sehari-hari, dan tercermin dalam setiap pola pikir dan tingkah laku yang menunjukan akhlak al-karimah berdasarkan nilai keislaman sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an dan Hadits. Sedangkan kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya baik tingkah laku luarnya, kegiatan jiwanya maupun falsafah hidup dan kepercayaannya menunjukan pengabdian kepada tuhan dan penyerahan diri kepada-Nya. Kepribadian muslim diartikan sebagai identitas yang dimiliki oleh seseorang sebagai ciri khas dari keseluruhan tingkah laku sebagai muslim baik yang ditampilkan sebagai tingkah laku lahiriah maupun sikap batiniahnya.

·  Aspek-aspek Pembentuk Kepribadian Muslim

Konsep pembentuk kepribadian dalam pendidikan islam menurut Syaikh Hasan al-Banna ada 10 aspek:
a.       Bersihnya akidah,
b.       Lurusnya ibadah,
c.       Kukuhnya akhlak,
d.      Mampu mencari penghidupan,
e.       Luasnya wawasan berfikir,
f.        Kuat fisiknya,
g.       Teratur urusannya,
h.      Perjuangan diri sendiri,
i.         Memperhatikan waktunya, dan
j.         Bermanfaat bagi orang lain. [4]

·  Faktor-faktor Pembentuk Kepribadian

a.  Faktor Internal
Instink Biologis, seperti: lapar, dorongan makan yang berlebihan dan berlangsung lama akan menimbulkan sifat rakus. Maka sifat itu akan menjadi perilaku tetap.
Kebutuhan Psikologis. Seperti: rasa aman, penghargaan, penerimaan, dan aktualisasi diri.

Kebutuhan Pemikiran, yaitu akumulasi informasi yang membentuk cara berfikir seseorang, seperti mitos, agama, dan sebagainya.
b.  Faktor Ekstrnal
     · Lingkungan Keluarga,
     · Lingkungan Sosial, dan
     · Lingkungan Pendidikan.

 C.           Karakter Kepribadian Muslim

Dalam bangunan karakter seorang muslim, Hasyim (2004) mengemukakan beberapa ciri-ciri karakter seorang muslim dengan landasan dasar kepribadian akidah, keteladanan, keilmuan, ibadah, amal dan jihad. Karakter yang harus dipenuhi seseorang sehingga ia di sebut berkepribadian muslim, yaitu :
1. Aqidah yang lurus/selamat (Salimul Aqidah/Aqidatus Salimah). Konsep salimul aqidah merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang lurus, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah SWT dan tidak menyimpang dari jalan serta ketentuan-ketentuan-Nya. Dengan kelurusan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya dalam Surat Al-An’am ayat 162 :
قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ١٦٢
 “Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk          Allah, Tuhan semesta alam”.

2.  Ibadah yang benar (Shahibul Ibadah). Konsep ibadah adalah setiap amal perbuatan yang disandarkan pada Allah di landasi dengan ketaatan. Sahibul ibadah merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW yang terpenting. Dalam satu Haditsnya, Beliau bersabda: “Shalatlah Kamu sebagaimana melihat Aku shalat”. Maka, dapat di simpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk/mengikuti (ittiba’)kepada Sunnah Rasulullah SAW yang berarti tidak boleh ditambah-tambahi atau dikurang-kurangi.

3. Akhlak yang kokoh (Matinul Khuluq). Konsep Matinul Khuluq merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena akhlak yang mulia begitu penting bagi umat manusia, maka salah satu tugas diutusnya Rasulullah SAW adalah untuk memperbaiki akhlak manusia, dimana beliau sendiri langsung mencontohkan kepada Kita bagaimana keagungan akhlaknya sehingga oleh Allah SWT di dalam Al-Qur’an Surat Al-Qalam ayat 4, yang berbunyi :
 وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٖ ٤
 “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”

4.    Wawasan yang luas (Mutsaqqoful Fikri). Konsep Mutsaqqoful Fikri wajib di punyai oleh pribadi Muslim. Karena itu, salah satu sifat Rasulullah SAW adalah fathanah (cerdas). Al-qur’an juga banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berfikir, misalnya firman Allah dalam Surat Al-Baqarah, ayat 219 yang berbunyi :
۞يَسۡ‍َٔلُونَكَ عَنِ ٱلۡخَمۡرِ وَٱلۡمَيۡسِرِۖ قُلۡ فِيهِمَآ إِثۡمٞ كَبِيرٞ وَمَنَٰفِعُ لِلنَّاسِ وَإِثۡمُهُمَآ أَكۡبَرُ مِن نَّفۡعِهِمَاۗ وَيَسۡ‍َٔلُونَكَ مَاذَا يُنفِقُونَۖ قُلِ ٱلۡعَفۡوَۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمُ ٱلۡأٓيَٰتِ لَعَلَّكُمۡ تَتَفَكَّرُونَ ٢١٩

 “ Mereka bertanya kepadamu tentang khamar[dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir,”
Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktifitas berfikir. Karenaya, Seorang muslim harus memiliki wawasan Keislaman dan Keilmuan yang luas.

        5.     Jasmani yang kuat (Qowiyyul Jismi). Seorang muslim haruslah memiliki daya tahan tubuh   yang kuat sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat, dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan kondisi fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan yang lainnya.
6.    Berjuang melawab hawa nafsu (Mujahaatul Linafsihi). Hal ini penting bagi seorang muslim, karena manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan. Kesungguhan itu aka nada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu.
7. Disiplin menggunakan waktu (Harishun Ala Waqtihi). Konsep Harishun Ala Waqtihi merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT banyak bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama  seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan seterusnya. Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh karena itu, setiap muslim amat di tuntut untuk disiplin mengelola waktunya dengan baik, sehngga waktu berlalu dengan penggunaan yang tidak sia-sia.
8. Teratur dalam suatu urusan (Munazhzhamun fi Syuunihi). Konsep Munazhzhamun fi Syuunihi termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an maupun Hadits. Di mana segala suatu urusan mesti dikerjakan secara professional. Adapun yang dikerjakan, profesionalisme selalu di perhatikan. Bersungguh-sungguh, bersemangat, berkorban, berkelanjutan dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal-hal yang mesti mendapat perhatian serius dalam penunaian tugas-tugas.
9. Memiliki kemapuan usaha sendiri/mandiri (Qodirun Alal Kasbi). Konsep Qodirun Alal Kasbimerupakan cirri yang harus ada pada diri seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya itu baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian dalam segi ekonomi. Dan disini, seorang muslim harus mampu untuk bersikap mandiri.
10.Bermanfaat bagi orang lain (Nafi’un Lighoirihi). Manfaat yang dimaksud disini adalah manfaat yang baik, sehingga dimanapun dia berada, orang sekitarnya merasakan keberadaan. Jangan sampai keberadaan seorang muslim tidak menggenapkan dan ketiadaannya tidak mengganjilkan. Ini berarti setiap muslimitu harus selalu mepersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal mungkin bermanfaat bagi orang lain. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (HR. Qudhy dari Jabir).[5]

D.           Pribadi Muslim Menurut Rukun Islam

1.    Kepribadian Syahadatain

Syahadatain berasal dari kata “syahida” yang artinya bersaksi, menghadiri, melihat, mengetahui, dan bersumpah. Istilah syahadatain kemudian dinisbatkan pada satu momen di mana individu mengucap dua kalimat syahadat dengan ucapan :
أَشْهَدُ أَنْ لاَّ اِلَهَ اِلاَّ الله وَ أَشْهَدُ أَ نَّ مُحَمَّدً رَسُوْلُ الله
“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan Aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah”
Kalimat Syahadat terdiri atas dua kesaksian. Kesaksian pertama berkaitan dengan keyakinan bahwa tiada Tuhan selain Allah, sedangkan kesaksian kedua berkaitan dengan kepercayaan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.
Kepribadian syahadatain adalah kepribadian individu yang didapat setelah mengucap dua kalimat syahadat, memahami hakikat ucapannya serta menyadari akan segala konsekuansin persaksian tersebut.
2.      Kepribadian Mushalli
Mushallih adalah orang yang sholat. Shalat secara etimologi berarti memohon (do’a) dengan baik, yaitu permohonan keselamatan kesejahteraan dan perdamaian hidup di dunia dan akhirat kepada Allah SWT.
Kepribadian Mushalli adalah kepribadian individu yang didapat setelah melaksanakan shalat dengan baik, konsisten, tertib, dan khusyu’, sehingga dia mendapat hikmah dari apa yang dikerjakannya (shalat). Jika shalatnya baik, maka seluruh perilakunya dianggap baik, tetapi jika shalatnya buruk, maka perilakunya dianggap buruk pula. Karena, shalat merupakan amalan yang di hisab atau di hitung di akhirat kelak nanti.
3.      Kepribadian Shaim
Shaim adalah orang yang berpuasa. Puasa secara etimologi berarti menahan (Al-Imsak) terhadap sesuatu, baik yang bersifat materi maupun non-materi. Dan menurut istilah, puasa adalah menahan diri di waktu siang hari dari segala yang membatalkan yang dilakukan, seperti; makan, minum, dan hubungan seksual dengan niat dimulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari.
Keprbadian Shalim adalah kepribadian individu yang didapat setelah melaksanakan puasa dengan penuh keimanan dan ketaqwaan, sehingga ia dapat mengendalikan diri dengan baik.

4.      Kepribadian Muzzaki
Muzzaki adalah orang yang telah membayar zakat. Zakat secara etimologi berarti berkembang (El-namw) dan bertambah (Al-ziyadah), baik secara kuantitas maupun kualitas (keberkahan). Orang yang membayar zakat, hartanya cenderung bertambah bukan semakin berkurang. Menurut istilah, zakat adalah mengeluarkan sebagian harta kepada orang yang berhak menerimanya ketika telah mencapai batas (nisab).
Kepribadian Muzzaki adalah kepribadian individu yang setelah membayar zakat dengan penuh keikhlasan, sehingga ia mendapatkan hikmah dari apa yang telah dilakukannya.
5.      Kepribadian Haji
Haji adalah orang yang telah melaksanakan haji. Haji secara etimologi berarti menyengaja (Al-Qashd) pada sesuatu yang diagungkan. Menurut istilah, haji adalah menyengaja pergi ke Baitullah (ka’bah) untuk melaksanakan syarat (Islam, baligh, berakal, merdeka, dan mampu), rukun (niat ihram dari miqat, wuquf di Arafah, tawaf ifadhah, sa’i, cukur dan tertib) dan wajibnya (ihram di miqat, menginap di Muzdhaliffah, menginap di Mina, melontarkan jumrah, dan tawaf wada’) pada bulan yang ditentukan (Syawal, Dzul Qaidah dan Dzul Hijjah)
Kepribadian haji adalah kepribadian individu yang didapat setelah melaksanakan haji yang semata-mata karena Allah SWT, sehingga ia mendapatkan hikmah dari apa yang telah dilakukannya (haji).[6]

 
DAFTAR PUSTAKA
Ismail Nawawi, Pendidikan Agama Islam – Isu-isu Pengembangan Kepribadian dan Pembentukan Karakter Muslim Kaffah (Jakarta: Press Jakarta), 2013.

Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), 2006

Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995).

Saeful fachri, “Membentuk Kepribadian Islam”, di akses pada tanggal 05 Januari 2012 dalam http://dakwahkampus.com/pemikiran/pendidikan/1444-pendidikan-islam-membentuk-kepribadian-islam.html.



[1] Ismail Nawawi, Pendidikan Agama Islam – Isu-isu Pengembangan Kepribadian dan Pembentukan Karakter Muslim Kaffah (Jakarta: Press Jakarta), hal. 495-496
[2] Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995) hal. 52-56
[3] Ismail Nawawi, Pendidikan Agama Islam – Isu-isu Pengembangan Kepribadian dan Pembentukan Karakter Muslim Kaffah (Jakarta: Press Jakarta), hal. 499-500
[4] Saeful fachri, “Membentuk Kepribadian Islam”, di akses pada tanggal 05 Januari 2012 dalam   http://dakwahkampus.com/pemikiran/pendidikan/1444-pendidikan-islam-membentuk-kepribadian-islam.html.
[5] [5] Ismail Nawawi, Pendidikan Agama Islam – Isu-isu Pengembangan Kepribadian dan Pembentukan Karakter Muslim Kaffah (Jakarta: Press Jakarta), hal. 507-513
[6] Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), hal. 250-295

0 komentar:

Posting Komentar