MATA KULIAH
BIMBINGAN KONSELING SOSIAL
"INTEGRASI BIMBINGAN KONSELING SOSIAL DENGAN ILMU ILMU LAIN"
Nama Kelompok
Ramadahana Yunasmara Pratama
(B03212021)
Maharani Sekar Kinanti
(B03212014)
PEMBIMBING:
Drs. Faizah noor laela.M.si
BAB II
SEJARAH SINGKAT BIMBINGAN KONSELING
SOSIAL
Sampai awal abad ke-20 belum ada konselor disekolah. Pada saat itu
pekerjaan-pekerjaan konselor masih ditangani oleh para guru. Gerakan bimbingan
disekolah mulai berkembang sebagai dampak dari revolusi industri dan keragaman
latar belakang para siswa yang masuk kesekolah-sekolah negeri. Tahun 1898 Jesse
B. Davis, seorang konselor di Detroit mulai memberikan layanan konseling
pendidikan dan pekerjaan di SMA.
Pada tahun 1907 dia
memasukkan program bimbingan di sekolah tersebut. Pada waktu yang sama para
ahli yang juga mengembangkan program bimbingan ini diantaranya; Eli Weaper,
Frank Parson, E.G Will Amson, Carlr. Rogers. - Eli Weaper pada tahun 1906
menerbitkan buku tentang “memilih suatu karir” dan membentuk komite guru
pembimbing disetiap sekolah menengah di New York.
Kamite tersebut bergerak untuk membantu para pemuda dalam menemukan
kemampuan-kemampuan dan belajar tentang bimbingan menggunakan
kemampuan-kemampuan tersebut dalam rangka menjadi seorang pekerja yang
produktif. - Frank Parson dikenal sebagai “Father of The Guedance Movement in
American Education”.
Mendirikan biro pekerjaan tahun 1908 di Boston Massachussets, yang
bertujuan membantu pemuda dalam memilih karir uang didasarkan atas proses seleksi
secara ilmiyah dan melatih guru untuk memberikan pelayanan sebagai koselor. [1]
Perkembangan Layanan Bimbingan Di Indonesia Layanan BK di industri
Indonesia telah mulai dibicarakan sejak tahun 1962. ditandai dengan adanya
perubahan sistem pendidikan di SMA yakni dengan adanya program penjurusan,
program penjurusan merupakan respon akan kebutuhan untuk menyalurkan siswa
kejurusan yang tepat bagi dirinya secara perorangan.
Puncak dari usaha ini didirikan jurusan Bimbingan dan penyuluhan di
Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Negeri, salah satu yang membuka jurusan tersebut
adalah IKIP Bandung (sekrang berganti nama Universitas Pendidikan Indonesia).
Dengan adanya gagasan sekolah pembangunan pada tahun 1970/1971,
peranan bimbingan kembali mendapat perhatian. Gagasan sekolah pembangunan ini
dituangkan dalam program sekolah menengah pembangunan persiapan, yang berupa
proyek percobaan dan peralihan dari sistem persekolahan Cuma menjadi sekolah
pembangunan.
Sistem sekolah pembangunan
tersebut dilaksanakan melalui proyek pembaharuan pendidikan yang dinamai PPSP
(Proyek Perintis Sekolah Pembangunan) yang diujicobakan di 8 IKIP.
Badan pengembangan
pendidikan berhasil menyusun 2 naskah penting yakni dengan pola dasar
rencana-rencana pembangunan program Bimbingan dan penyuluhan melalui
proyek-proyek perintis sekolah pembangunan dan pedoman operasional pelayanan
bimbingan pada PPSP.
Secara resmi BK di
programkan disekolah sejak diberlakukan kurikulum 1975, tahun 1975 berdiri
ikatan petugas bimbingan Indonesia (IPBI) di Malang.
Penyempurnaan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 dengan memasukkan
bimbingan karir di dalamnya. Selanjutnya UU No. 0/1989 tentang Sisdiknas
membuat mantap posisi bimbingan dan konseling yang kian diperkuat dengan PP No.
20 Bab X Pasal 25/1990 dan PP No. 29 Bab X Pal 27/1990 yang menyatakan bahwa
“Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya
menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.
BAB III
LANDASAN BIMBINGAN KONSELING
A.
LANDASAN FILOSOFIS
Kata filosofis
atau filsafat berasal dari bahasa Yunani: Philos berarti cinta dan sophos
berarti bijaksana, jadi filosofis berarti kecintaan terhadap Kebijaksanaan.
filsafat sebagai suatu “usaha manusia untuk memperoleh pandangan atau konsepsi
tentang segala yang ada, dan apa makna hidup manusia dialam semesta ini”.
Filsafat mempunyai fungsi dalam kehidupan manusia, yaitu bahwa :
1) Setiap manusia harus mengambil keputusan
atau tindakan,
2) Keputusan yang diambil adalah keputusan diri sendiri
3) Dengan berfilsafat dapat mengurangi salah paham dan konflik, dan
4) Untuk menghadapi banyak kesimpangsiuran dan dunia yang selalu
berubah.
Dengan
berfilsafat seseorang akan memperoleh wawasan atau cakrawala pemikiran yang
luas sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat (Muhibbin Syah. 2003)
mengemukakan pendapat James Cribin tentang prinsip-prinsip filosofis dalam
bimbingan sebagai berikut:
- Bimbingan hendaknya didasarkan kepada pengakuan akan kemuliaan dan harga diri individu dan hak-haknya untuk mendapat bantuannya.
- Bimbingan merupakan proses yang berkeseimbangan
- Bimbingan harus Respek terhadap hak-hak klien
- Bimbingan bukan prerogatif kelompok khusus profesi kesehatan mental
- Fokus bimbingan adalah membantu individu dalam merealisasikan potensi dirinya
- Bimbingan merupakan bagian dari pendidikan yang bersifat individualisasi dan sosialisas
B. Landasan
Historis Secara umum,
konsep
bimbingan dan konseling telah lama dikenal manusia melalui sejarah. Sejarah
tentang pengembangan potensi individu dapat ditelusuri dari masyarakat yunani
kono. Mereka menekankan upaya-upaya untuk mengembangkan dan menguatkan individu
melalui pendidikan.
Plato dipandang
sebagan koselor Yunani Kuno karena dia telah menaruh perhatian besar terhadap
masalah-masalah pemahaman psikologis individu seperti menyangkut aspek isu-isu
moral, pendidikan, hubungan dalam masyarakat dan teologis.( Nana Syaodih
Sukmadinata. 2005.)
C. Landasan Religius
Dalam landasan
religius BK diperlukan penekanan pada 3 hal pokok: - Keyakinan bahwa mnusia dan seluruh alam adalah mahluk tuhan
- Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan kearah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama
- Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama untuk membentuk perkembangan dan pemecahan masalah individu
D. Landasan Psikologis
Landasan
prikologis dalam BK memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang
menajadi sasaran (klien). Hal ini sangat penting karena bidang garapan
bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku yang
perlu diubah atau dikembangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi
E. Landasan Sosial Budaya
Kebudayaan akan
bimbingan timbul karena terdapat faktor yang menambah rumitnya keadaan
masyarakat dimana individu itu hidup. Faktor-faktor tersebut seperti perubahan
kontelasi keuangan, perkembagan pendidikan, dunia-dunia kerja, perkembangan
komunikasi dll (Gerlald Corey. 2003.) MC Daniel memandang setiap anak, sejak
lahirnya harus memenuhi tidak hanya tuntutan biologisnya,
tetapi juga
tuntutan budaya ditempat ia hidup, tuntutan Budaya itu menghendaki agar ia
mengembangkan tingkah lakunya sehingga sesuai dengan pola-pola yang dapat
diterima dalam budaya tersebut.
F. Landasan ilmiah dan Teknologis
Pelayanan
bimbingan dan konseling merupakan kegiatan professional yang memiliki
dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori-teorinya, pelaksanaan
kegiatannya, maupun pengembangan-pengembangan layanan itu secara berkelanjutan.
BAB IV
HUBUNGAN BIMBINGAN KONSELING SOSIAL
DENGAN ILMU – ILMU LAINNYA
1.ILMU FILSAFAT
Filsafat merupakan ilmu yang memberikan arahan dan pemahaman
khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan
konseling yang lebih bisa dipertanggung jawabkan secara logis, etis maupun
estetis.
Filsafat dalam bimbingan dan konseling bertujuan untuk usaha mencari
jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang : apakah manusia itu ?
Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan filosofis tersebut,
tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai aliran filsafat yang
ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan filsafat modern dan bahkan
filsafat post-modern. Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis
Barat .(Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson &
Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia
sebagai berikut :
- Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
- Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
- Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.
- Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
- Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam.
- Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
- Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
- Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu.
- Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.
2. ILMU PSIKOLOGI
Psikologis merupakan ilmu yang dapat memberikan pemahaman bagi
konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk
kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu
dikuasai oleh konselor adalah tentang : [2]
(a) motif dan motivasi;
(b) pembawaan dan lingkungan,
(c) perkembangan individu;
(d) belajar; dan
(e) kepribadian.
3.ILMU SOSIAL-BUDAYA
sosial-budaya merupakan ilmu
yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan
dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu.
Seorang individu pada dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana
ia hidup.
Sosiologi adalah ilmu yag mempelajari tentag kehidupan manusia dalm
sebuah golongan, hal ini yang menjadi acuan didalam bimbingan konseling social
ini, dan menjadi sangat erat hubungan antar keduannya karena, unsur unsur
didalam sosiologi merupakan implementasi dari sikap konseli untuk menangani
masalahnnya [3]
Sejak lahirnya, ia sudah
dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan
tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya.
Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber hambatan yang
mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu
: (a) perbedaan bahasa;
(b) komunikasi non-verbal;
(c) stereotipe;
(d) kecenderungan menilai; dan
(e) kecemasan.
Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, (Moh.
Surya. 2006) mengetengahkan tentang tren bimbingan dan konseling multikultural,
bahwa bimbingan dan konseling sosial dengan pendekatan multikultural sangat
tepat untuk lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia. [4]
Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan landasan semangat
bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di atas keragaman. Layanan bimbingan dan
konseling hendaknya lebih berpangkal pada nilai-nilai budaya bangsa yang secara
nyata mampu mewujudkan kehidupan yang harmoni dalam kondisi pluralistik.
4. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Layanan bimbingan dan
konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki dasar-dasar keilmuan,
baik yang menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan tentang bimbingan dan
konseling disusun secara logis dan sistematis dengan menggunakan berbagai
metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis dokumen, prosedur tes,
inventory atau analisis laboratoris yang dituangkan dalam bentuk laporan
penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya.
Sejalan dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi
berbasis komputer, sejak tahun 1980-an peranan komputer telah banyak
dikembangkan dalam bimbingan dan konseling.
Menurut Gausel (Prayitno,
2003) bidang yang telah banyak memanfaatkan jasa komputer ialah bimbingan
karier dan bimbingan dan konseling pendidikan. (Moh. Surya. 2006) mengemukakan
bahwa sejalan dengan perkembangan teknologi komputer interaksi antara konselor
dengan individu yang dilayaninya (klien) tidak hanya dilakukan melalui hubungan
tatap muka tetapi dapat juga dilakukan melalui hubungan secara virtual (maya).
5. ILMU KEAGAMAAN
Agama menjadi
faktor yang sanagt penting dalam bimbngan dan konseling social ini, karena
dengan ilmu agama kita sebagai konselor mempunyai landasan atau pedoman yang
kuat dalam memberi bimbingan untuk konseli, meskipun agama sanagt bersifat
individualis, maka dengan sifat yang individualisini, manusia akan sagat patuh
kepada suatu kepercayaan atau agama yang mereka anut[5]
DAFTAR PUSTAKA
Gerlald
Corey. 2003. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi (Terj. E. Koswara),
Bandung :
Refika
Moh. Surya. 1997. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung PPB – IKIP
Bandung Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta :
PT
Raja Grafindo Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses
Pendidikan. Bandung :
P.T.
Remaja Rosdakarya. Prayitno. 2003. Wawasan dan Landasan BK (Buku II). Depdiknas
: Jakarta
Su’adzah,pengantar psikologi,bayu mediapubhlising2003,malang,15
Ahmadi abu,psikologi belajar,bhineka cipta 2004,hal 11
[1]
Refika Moh. Surya. 1997. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran.
Bandung PPB – IKIP Bandung Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta :
[2]
Gerlald Corey. 2003. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi
(Terj. E. Koswara), Bandung :
[3]
Su’adzah,pengantar psikologi,bayu mediapubhlising2003,malang,15
[4]
P.T. Remaja Rosdakarya. Prayitno. 2003. Wawasan dan Landasan BK
(Buku II). Depdiknas : Jakarta
[5]
Ahmadi abu,psikologi belajar,bhineka cipta 2004,hal 11
0 komentar:
Posting Komentar