Kamis, 24 April 2014

"INTEGRASI BIMBINGAN KONSELING SOSIAL DENGAN ILMU ILMU LAIN"

Standard


MATA KULIAH
BIMBINGAN KONSELING SOSIAL
  "INTEGRASI BIMBINGAN KONSELING SOSIAL DENGAN ILMU ILMU LAIN"


Nama Kelompok
Ramadahana Yunasmara Pratama
(B03212021)
Maharani Sekar Kinanti
(B03212014)
 
PEMBIMBING:
Drs. Faizah noor laela.M.si

 
BAB II
SEJARAH SINGKAT BIMBINGAN KONSELING SOSIAL

Sampai awal abad ke-20 belum ada konselor disekolah. Pada saat itu pekerjaan-pekerjaan konselor masih ditangani oleh para guru. Gerakan bimbingan disekolah mulai berkembang sebagai dampak dari revolusi industri dan keragaman latar belakang para siswa yang masuk kesekolah-sekolah negeri. Tahun 1898 Jesse B. Davis, seorang konselor di Detroit mulai memberikan layanan konseling pendidikan dan pekerjaan di SMA.
 Pada tahun 1907 dia memasukkan program bimbingan di sekolah tersebut. Pada waktu yang sama para ahli yang juga mengembangkan program bimbingan ini diantaranya; Eli Weaper, Frank Parson, E.G Will Amson, Carlr. Rogers. - Eli Weaper pada tahun 1906 menerbitkan buku tentang “memilih suatu karir” dan membentuk komite guru pembimbing disetiap sekolah menengah di New York.
Kamite tersebut bergerak untuk membantu para pemuda dalam menemukan kemampuan-kemampuan dan belajar tentang bimbingan menggunakan kemampuan-kemampuan tersebut dalam rangka menjadi seorang pekerja yang produktif. - Frank Parson dikenal sebagai “Father of The Guedance Movement in American Education”.
Mendirikan biro pekerjaan tahun 1908 di Boston Massachussets, yang bertujuan membantu pemuda dalam memilih karir uang didasarkan atas proses seleksi secara ilmiyah dan melatih guru untuk memberikan pelayanan sebagai koselor. [1]
 Perkembangan Layanan Bimbingan Di Indonesia Layanan BK di industri Indonesia telah mulai dibicarakan sejak tahun 1962. ditandai dengan adanya perubahan sistem pendidikan di SMA yakni dengan adanya program penjurusan, program penjurusan merupakan respon akan kebutuhan untuk menyalurkan siswa kejurusan yang tepat bagi dirinya secara perorangan.
Puncak dari usaha ini didirikan jurusan Bimbingan dan penyuluhan di Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Negeri, salah satu yang membuka jurusan tersebut adalah IKIP Bandung (sekrang berganti nama Universitas Pendidikan Indonesia).
Dengan adanya gagasan sekolah pembangunan pada tahun 1970/1971, peranan bimbingan kembali mendapat perhatian. Gagasan sekolah pembangunan ini dituangkan dalam program sekolah menengah pembangunan persiapan, yang berupa proyek percobaan dan peralihan dari sistem persekolahan Cuma menjadi sekolah pembangunan.
 Sistem sekolah pembangunan tersebut dilaksanakan melalui proyek pembaharuan pendidikan yang dinamai PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan) yang diujicobakan di 8 IKIP.
 Badan pengembangan pendidikan berhasil menyusun 2 naskah penting yakni dengan pola dasar rencana-rencana pembangunan program Bimbingan dan penyuluhan melalui proyek-proyek perintis sekolah pembangunan dan pedoman operasional pelayanan bimbingan pada PPSP.
 Secara resmi BK di programkan disekolah sejak diberlakukan kurikulum 1975, tahun 1975 berdiri ikatan petugas bimbingan Indonesia (IPBI) di Malang.
Penyempurnaan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 dengan memasukkan bimbingan karir di dalamnya. Selanjutnya UU No. 0/1989 tentang Sisdiknas membuat mantap posisi bimbingan dan konseling yang kian diperkuat dengan PP No. 20 Bab X Pasal 25/1990 dan PP No. 29 Bab X Pal 27/1990 yang menyatakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.

BAB III
LANDASAN BIMBINGAN KONSELING
   A.    LANDASAN FILOSOFIS
Kata filosofis atau filsafat berasal dari bahasa Yunani: Philos berarti cinta dan sophos berarti bijaksana, jadi filosofis berarti kecintaan terhadap Kebijaksanaan. filsafat sebagai suatu “usaha manusia untuk memperoleh pandangan atau konsepsi tentang segala yang ada, dan apa makna hidup manusia dialam semesta ini”.
Filsafat mempunyai fungsi dalam kehidupan manusia, yaitu bahwa :
      1) Setiap manusia harus mengambil keputusan atau tindakan,
2) Keputusan yang diambil adalah keputusan diri sendiri
3) Dengan berfilsafat dapat mengurangi salah paham dan konflik, dan
4) Untuk menghadapi banyak kesimpangsiuran dan dunia yang selalu berubah.
Dengan berfilsafat seseorang akan memperoleh wawasan atau cakrawala pemikiran yang luas sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat (Muhibbin Syah. 2003) mengemukakan pendapat James Cribin tentang prinsip-prinsip filosofis dalam bimbingan sebagai berikut:
  1. Bimbingan hendaknya didasarkan kepada pengakuan akan kemuliaan dan harga diri   individu dan hak-haknya untuk mendapat bantuannya. 
  2. Bimbingan merupakan proses yang berkeseimbangan 
  3. Bimbingan harus Respek terhadap hak-hak klien 
  4. Bimbingan bukan prerogatif kelompok khusus profesi kesehatan mental 
  5.  Fokus bimbingan adalah membantu individu dalam merealisasikan potensi dirinya 
  6.  Bimbingan merupakan bagian dari pendidikan yang bersifat individualisasi dan sosialisas
 B. Landasan Historis Secara umum,
konsep bimbingan dan konseling telah lama dikenal manusia melalui sejarah. Sejarah tentang pengembangan potensi individu dapat ditelusuri dari masyarakat yunani kono. Mereka menekankan upaya-upaya untuk mengembangkan dan menguatkan individu melalui pendidikan.
Plato dipandang sebagan koselor Yunani Kuno karena dia telah menaruh perhatian besar terhadap masalah-masalah pemahaman psikologis individu seperti menyangkut aspek isu-isu moral, pendidikan, hubungan dalam masyarakat dan teologis.( Nana Syaodih Sukmadinata. 2005.) 

C. Landasan Religius
      Dalam landasan religius BK diperlukan penekanan pada 3 hal pokok: 
  1. Keyakinan bahwa mnusia dan seluruh alam adalah mahluk tuhan
  2. Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan kearah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama 
  3. Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama untuk membentuk perkembangan dan pemecahan masalah individu
D. Landasan Psikologis
Landasan prikologis dalam BK memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menajadi sasaran (klien). Hal ini sangat penting karena bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku yang perlu diubah atau dikembangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi

E. Landasan Sosial Budaya
Kebudayaan akan bimbingan timbul karena terdapat faktor yang menambah rumitnya keadaan masyarakat dimana individu itu hidup. Faktor-faktor tersebut seperti perubahan kontelasi keuangan, perkembagan pendidikan, dunia-dunia kerja, perkembangan komunikasi dll (Gerlald Corey. 2003.) MC Daniel memandang setiap anak, sejak lahirnya harus memenuhi tidak hanya tuntutan biologisnya,
tetapi juga tuntutan budaya ditempat ia hidup, tuntutan Budaya itu menghendaki agar ia mengembangkan tingkah lakunya sehingga sesuai dengan pola-pola yang dapat diterima dalam budaya tersebut. 

F. Landasan ilmiah dan Teknologis
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan professional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori-teorinya, pelaksanaan kegiatannya, maupun pengembangan-pengembangan layanan itu secara berkelanjutan.
 

BAB IV
HUBUNGAN BIMBINGAN KONSELING SOSIAL
DENGAN ILMU – ILMU LAINNYA
1.ILMU FILSAFAT
Filsafat merupakan ilmu yang memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggung jawabkan secara logis, etis maupun estetis.
Filsafat dalam bimbingan dan konseling bertujuan untuk usaha mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang : apakah manusia itu ? Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan filosofis tersebut,
tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan filsafat modern dan bahkan filsafat post-modern. Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat .(Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut :
  •  Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya. 
  • Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya. 
  •  Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan. 
  •  Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan. 
  •  Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam. 
  •  Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri. 
  •  Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri. 
  •  Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu. 
  •  Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.
2. ILMU PSIKOLOGI
Psikologis merupakan ilmu yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang : [2]
(a) motif dan motivasi;
(b) pembawaan dan lingkungan,
(c) perkembangan individu;
(d) belajar; dan
(e) kepribadian.

3.ILMU SOSIAL-BUDAYA
 sosial-budaya merupakan ilmu yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup.
Sosiologi adalah ilmu yag mempelajari tentag kehidupan manusia dalm sebuah golongan, hal ini yang menjadi acuan didalam bimbingan konseling social ini, dan menjadi sangat erat hubungan antar keduannya karena, unsur unsur didalam sosiologi merupakan implementasi dari sikap konseli untuk menangani masalahnnya [3]
 Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya.

Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu : (a) perbedaan bahasa;
(b) komunikasi non-verbal;
(c) stereotipe;
(d) kecenderungan menilai; dan
(e) kecemasan.
Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, (Moh. Surya. 2006) mengetengahkan tentang tren bimbingan dan konseling multikultural, bahwa bimbingan dan konseling sosial dengan pendekatan multikultural sangat tepat untuk lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia. [4]
Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan landasan semangat bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di atas keragaman. Layanan bimbingan dan konseling hendaknya lebih berpangkal pada nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata mampu mewujudkan kehidupan yang harmoni dalam kondisi pluralistik. 

4. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
 Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan tentang bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan menggunakan berbagai metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis dokumen, prosedur tes, inventory atau analisis laboratoris yang dituangkan dalam bentuk laporan penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya.
Sejalan dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi berbasis komputer, sejak tahun 1980-an peranan komputer telah banyak dikembangkan dalam bimbingan dan konseling.
 Menurut Gausel (Prayitno, 2003) bidang yang telah banyak memanfaatkan jasa komputer ialah bimbingan karier dan bimbingan dan konseling pendidikan. (Moh. Surya. 2006) mengemukakan bahwa sejalan dengan perkembangan teknologi komputer interaksi antara konselor dengan individu yang dilayaninya (klien) tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi dapat juga dilakukan melalui hubungan secara virtual (maya). 

5. ILMU KEAGAMAAN
            Agama menjadi faktor yang sanagt penting dalam bimbngan dan konseling social ini, karena dengan ilmu agama kita sebagai konselor mempunyai landasan atau pedoman yang kuat dalam memberi bimbingan untuk konseli, meskipun agama sanagt bersifat individualis, maka dengan sifat yang individualisini, manusia akan sagat patuh kepada suatu kepercayaan atau agama yang mereka anut[5]


 
DAFTAR PUSTAKA

Gerlald Corey. 2003. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi (Terj. E. Koswara), Bandung :
Refika Moh. Surya. 1997. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung PPB – IKIP Bandung Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta :
PT Raja Grafindo Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung :
P.T. Remaja Rosdakarya. Prayitno. 2003. Wawasan dan Landasan BK (Buku II). Depdiknas : Jakarta
Su’adzah,pengantar psikologi,bayu mediapubhlising2003,malang,15

Ahmadi abu,psikologi belajar,bhineka cipta 2004,hal 11



[1] Refika Moh. Surya. 1997. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung PPB – IKIP Bandung Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta :
[2] Gerlald Corey. 2003. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi (Terj. E. Koswara), Bandung :
[3] Su’adzah,pengantar psikologi,bayu mediapubhlising2003,malang,15
[4] P.T. Remaja Rosdakarya. Prayitno. 2003. Wawasan dan Landasan BK (Buku II). Depdiknas : Jakarta
[5] Ahmadi abu,psikologi belajar,bhineka cipta 2004,hal 11

0 komentar:

Posting Komentar