Kamis, 24 April 2014

TUJUAN BIMBINGAN KONSELING SOSIAL

Standard


 
MAKALAH
TUJUAN BIMBINGAN KONSELING SOSIAL
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
BIMBINGAN KONSELING SOSIAL

Dosen Pengampu
Dra. Faizah Noer Laela, M.Si.

Di susun oleh:
Ika Nur Halimah  (B03212009)
M. Faiz Hisyam    (B032110231)



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan Konseling merupakan gabungan dari dua kata yaitu kata bimbingan dan kata konseling. Keduanya seakan sudah menjadi satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Jika bimbingan mencakup segala macam konseling, maka konseling lebih sempit cakupannya. Segala macam konseling termasuk dalam bimbingan akan tetapi tidak semua bimbingan merupakan konseling.
Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan social, kemampuan belajar, dan perencanaan karier, melalui berbagain jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.[1]

Sudah banyak sekali literatur yang menjelaskan mengenai pengertian Bimbingan. Di sini, hanya akan ditulis beberapa saja mengenai pengertian Bimbingan.
Beberapa pengertian bimbingan menurut beberapa ahli:
  1. Menurut Frank Parson, 1951 : “Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu untuk memilih, mempersiapkan diri, dan memangku, suatu jabatan, serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya.” 
  2.  Chiskolm : “Bimbingan membantu individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri.” 
  3.  Bernard & Fullmer, 1969 :“Bimbingan merupakan kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi pribadi setiap individu.” 
  4.  Mathewson, 1969 :“Bimbingan merupakan pendidikan dan pengembangan yang menekankan proses belajar yang sistematik.” 
  5.      I. Djumhur dan Moh. Surya, (1975-15) :“Bimbingan adalah suatu proses pemberian yang terus menerus dan sistematis kepada individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.” 
  6. Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah :“Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan mas depan.”[2] 
  7.   Tolbert : “Bimbingan adalah seluruh program atan smua kegiatan dan layanan dalam lembaga pendidikan yang diarahkan pada membantu individu agar mereka dapat menyusun dan melaksanakan rencana serta melakukan penyesuaian diri dalam semua aspek kehidupannya sehari-hari. Bimbingan merupakan layanan khusus yang berbeda dengan bidang pendidikan lainnya”[3]
Dan dari berbagai pengertian bimbingan dari beberapa ahli diatas, maka dapat dipahami bahwa bimbingan merupakan suatu bantuan yang diberikan dari orang yang ahli kepada individu maupun kelomok dalam rangka memberikan pemahaman mengenai diri sendiri, lingkungan, serta memilih, menentukan, maupun menyusun rencana dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Istilah konseling berasal dari kata “counseling” yang merupakan kata dalam bentuk masdar dari “to counsel” sedangkan secara etimologis berarti “to give advice” atau memberikan saran dan nasihat. Konseling juga memiliki arti memberikan nasihat; atau member anjuran kepada orang lain secara tatap muka (face to face). Dalam bahasa Indonesia, konseling juga dikenal dengan istilah penyuluhan.[4]
Pengertian Konseling menurut para ahli:
1.      A. Edward Hoffman
“Perjumpaan secara berhadapan muka antara konselor dengan konseli atau orang yang disuluh sedang di dalam pelayanan bimbingan. Konseling dapat dianggap sebagai intinya proses pertolongan yang esensial bagi usaha pemberian bantuan kepada murid pada saat mereka berusaha memecahkan permasalahan yang mereka hadapi. Namun demikian, konseling tidak dapat memadai bilamana hal tersebut tidak dibentuk atas dasar persiapan yang tersusun dalam struktur organisasi. Maka natara bimbingan dan konseling tidak dapat dipisahkan”.
2.      Rogers
“Konseling adalah serangkaian hubungan langsung dengan individu yang bertujuan untuk membantu dalam mengubah sikap dan tingkah laku”.
3.      Hansen Cs
“Konseling adalah proses bantaun kepada individu dalam belajar tentang dirinya, lingkungannya, dan metode dalam menangani peran dan hubungan. Meskipun individu menglami masalah konseling ia tidak harus remedial. Konselor dapat membantu seorang individu dengan proses pengambilan keputusan dalam hal pendidikan dan kejuruan serta menyelesaikan masalah interpersonal”.
4.      Dra. Hallen A, M.Pd.,
“Konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan di mana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara guru pembimbing/konselor dan klien, dengan tujuan agar klien itu mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya, dan mampu mengarahkan dirinya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki kearah perkembangan yang optimal, sehingga ia dapat mencapai kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial”.[5]
Dari berbagai pendapat dari para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa konseling adalah suatu bantuan yang diberikan kepada individu dalam rangka memberikan pemahaman mengenai dirinya sendiri, lingkungan, maupun metode dalam menangani peran dan hubungan. Tetapi konseling tidak dapat dipisahkan dengan bimbingan. Karena keduanya merupakan satu kesatuan.  

B.     Pengertian Bimbingan Konseling Sosial
Bimbingan Konseling Sosial adalah proses pemberian bantuan yang diberikan untuk mewujudkan tatanan yang sejahtera baik individu, keluarga, dan masyarakat yang meliputi rasa keselamatan, kesusilaan, keamanan, ketertiban, dan ketenteraman baik lahir maupun batin, hal ini akan dapat terwujud melalui berbagai kerja sama dan tanggung jawab antara pemerintah dan masyarakat. 
Bimbingan dan Konseling social Meliputi Pengembangan:
1.      Pemahaman tentang keragaman suku dan budaya.
2.      Sikap-sikap social (empati dll)
3.      Kemampuan berhubungan social secara positif
Masalah sosial yang sering muncul di masyarakat antara lain:
1.      Kurang menyenangi kritikan orang lain
2.      Kurang memahami etika pergaulan
3.      Merasa malu untuk berteman dengan lawan jenis
4.      Kurang mampu menyesuaikan diri
5.      Penyakit-penyakit sosial seperti : perampokan, pencurian, tawuran, geng motor, dll.
Permasalahan individu ditinjau dari tugas-tugas dan aspek-aspek perkembangan yang meliputi: perkembangan fisik, perkembangan bahasa, perkembangan intelektual, perkembangan sosial, perkembangan emosi, perkemabnagn moral dan etika, perkembangan kepribadian, perkembangan agama.

C.     Tujuan Bimbingan Konseling Sosial
Banyaknya masalah yang muncul pada masyarakat di era Globalisasi menjadikan banyaknya pula tujuan Bimbingan dan Konseling sosial. Berbagai masalah yang muncul menjadikan sebagian orang tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Sehingga membutuhkan orang yang ahli untuk membantu dalam menyelesaikan masalahnya sendiri. Berikutnya akan di jelaskan mengenai tujuan-tujuan Bimbingan dan Konseling sosial.
Banyak sekali masalah yang muncul di masyarakat, sehingga inilah yang melatarbelakangi munculnya Bimbingan dan Konseling Sosial. Diantara masalah-masalah yang muncul di masyarakat adalah:
1.      Kurang menyenangi kritikan orang lain
2.      Kurang memahami etika pergaulan
3.      Merasa malu untuk berteman dengan lawan jenis
4.      Kurang mampu menyesuaikan diri

   Tujuan Bimbingan Konseling Sosial membantu seseorang agar mampu mengembangkan kompetensinya dalam hal sebagai berikut:
  1. Bersifat respek (menghargai dan menghormati) terhadap orang lain. 
  2.   Memiliki rasa tanggung jawab dan komitmen terhadap tugas, peran hidup dalam bersosialisasi.
Tujuan Bimbingan dan Konseling Sosial:
  1. Supaya orang-perorangan atau kelompok orang yang dilayani menjadi mampu menghadapi tugas perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas mewujudkan kesadaran dan kebebasan itu dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana serta mengambil beraneka tindakan penyesuaian diri secara memadai (Winkle (2005:32). 
  2. Untuk membantu individu mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti latar belakang keluarga, pendidikan, status social ekonomi) serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya. Dalam kaitan ini bimbingan dan konseling membantu individu untuk menjadi insan yang berguna dalam hidupnya yang memiliki wawasan, pandangan, interpretasi, pilihan, penyesuaian, dan keterampilan yang tepat berkenaan dengan diri sendiri dan lingkungannya.
Selain tujuan-tujuan diatas, pelayanan bimbingan ialah supaya konseli:
  1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier serta kehidupannya di masa yang akan datang 
  2.  Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin 
  3.  Menyesuaiakan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kerjanya 
  4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dalam lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
      Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan untuk: 
  1.  Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkembangannya 
  2.   Mengenal dan memahami potensi dan peluang yang ada di lingkungannya 
  3.  Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut 
  4.   Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri 
  5.    Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan tempatnya bekerja dan masyarakat 
  6.       Menyesuaikan diri dengan keadaaan dan tuntutan dari lingkungannya, dan 
  7. .      Mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal.
        Tujuan bimbingan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial konseli adalah: 
  1. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah/madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya. 
  2.  Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing. 
  3.  Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta mampu meresponsnya secara positif sesuai denga ajaran agama yang dianut 
  4.  Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan, baik fisik maupun psikis. 
  5.  Memiliki sikap positif atau respek terhdap terhadap diri sendiri dan orang lain 
  6.  Memiliki kempuan untuk melakukan pilihan secara sehat 
  7.  Bersifat respek terhadap orang lain, menghormati atau mnghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya. 
  8.  Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas dan kewajibannya. 
  9.  Memiliki kemampuan berinteraksi social (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahmi dengan sesama manusia. 
  10.  Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain. 
  11.  Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
Adapun persamaan tujuan antara klien dan konselor adalah: 
  1.  Tercapainya kondisi hubungan yang positif dan kondusif di antara par klien, yaitu pihak-pihak yang berselisih. 
  2.  Difokuskan kepada perubahan atau kondisi awal menjadi kondisi baru dalam hubungan antara pihak-pihak yang bermasalah.[6]            
 

Daftar Pustaka

Salahudin, Anas. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Pustaka Setia. 2012.
Hikmawati, Fenti. Bimbingan Konseling. Jakarta: Rajawali Pers. 2011.
Amin, Samsul Munir. Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: Amzah. 2010.
Walgito, Bimo. Bimbingan dan Konseling (Studi & Karir). Yogyakarta: Penerbit Andi. 2005.
Hallen.Bimbingan dan Konseling.Jakarta: Quantum Teching.2005.





[1] Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling (Jakarta:Rajawali Pers, 2011), 1.
[2] Anas Salahudin, Bimbingan & Konseling (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), 13-15.
[3] Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling ( Jakarta:Rajawali Pers, 2011), 1.
[4] Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam (Jakarta: Amzah, 2010), 10-11.
[5] Hallen, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Quantum Teching, 2005), 11.
[6] Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling (Jakarta:Rajawali Pers, 2011), 65-71.

0 komentar:

Posting Komentar