Rabu, 21 Mei 2014

Sejarah Peradaban Islam Dinasti Turki Utsmani

Standard

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Sejarah Singkat Berdirinya Kerajaan Turki Utsmani
Bangsa Turki mempunyai dua dinasti yang berhasil mengukir sejarah dunia. Pertama, dinasti turki saljuk dan kedua dinasti turki utsmani. Namun akhirnya kerajaan turki saljuk hancur oleh serangan pasukan mongol, yang nantinya merupakan moment terbentuknya dinasti turki utsmani.
Kerajaan Turki Usmani muncul di pentas sejarah Islam pada periode pertengahan. Masa kemajuan Dinasti ini dihitung dari mulai digerakkannya ekspansi ke wilayah baru yang belum ditundukkan oleh pendahulu mereka. keberhasilan mereka dalam memperluas wilayah kekuasaan serta terjadinya peristiwa-peristiwa penting merupakan suatu indikasi yang dapat dijadikan ukuran untuk menentukan kemajuan tersebut.
Pendiri dari kerajaan Turki ini adalah bangsa Turki dari kabilah Qayigh Oghus salah satu anak suku Turki yang mendiami sebelah barat gurun Gobi, atau daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina, yang dipimpin oleh Sulaiman. Dia mengajak anggota sukunya untuk menghindari serbuan bangsa mongol yang menyerang dunia Islam yang berada di bawah kekuasaan Dinasti Khawarizm pada tahun 1219-1220. Sulaiman dan anggota sukunya lari ke arah Barat dan meminta perlindungan kepada Jalaluddin, pemimpin terakhir Dinasti Khawarizm di Transoxiana (maa wara al-Nahr). Jalaluddin menyuruh Sulaiman agar pergi kearah Barat (Asia Kecil). Kemudian mereka menetap di sana dan pindah ke Syam dalam rangka menghindari serangan mongol.[1]
Pada abad ke-13 saat Chengis Khan mengusir orang-orang Turki dan Khurasan dan sekitarnya. Kakeknya Usman, yang bernama Sulaeman bersama pengikutnya bermukim di Asia Kecil. Setelah reda serangan Mongol terhadap mereka, Sulaeman menyeberangi Sungai Efrat (dekat Allepo). Namun, ia tenggelam empat putera Sulaeman yang bernama, Shunkur, Gundogdur, al-Thugril, dan Dundar. Dua puteranya yang pertama kembali ke tanah air mereka. Sementara dua yang terakhir bermukim didaerah Asia Kecil.[2]
Kelompok kedua ini berjumlah 400 kepala keluarga yang dipimpin oleh Ertugril (Erthogrol) ibn Sulaiman. Mereka mengabdikan dirinya kepada Sultan Alauddin II dari Dinasti Saljuk Rum yang pusat pemerintahannya di Kuniya, Anatolia Asia Kecil.[3]
Pada saat itu, Sultan Alauddin II sedang menghadapi bahaya peperangan dari bangsa Romawi yang mempunyai kekuasaan di Romawi Timur (Byzantium). Dengan bantuan dari bangsa Turki pimpinan Erthogrol, Sultan Alauddin II dapat mencapai kemenangan. Atas jasa baik tersebut Sultan menghadiahkan sebidang tanah yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu Erthogrol terus membina wilayah barunya dan memilih kota Syuhud sebagai ibu kota.[4]
Pada tahun 1288 Erthogrol meninggal dunia, dan meninggalkan putranya yang bernama Usman, yang diperkirakan lahir pada 1258 M. usman inilah yang ditunjuk oleh Erthogrol untuk meneruskan kepemimpinannya dan disetujui serta didukung oleh Sultan Saljuk pada saat itu. Nama Utsman inilah yang nanti diambil sebagai nama untuk Kerajaan Turki Utsmani. Utsman ini pula yang dianggap sebagai pendiri Dinasti Usmani. Sebagaimana ayahnya, Usman banyak berjasa kepada Sultan Alauddin II. Kemenangan-kemenangan dalam setiap pertempuran dan peperangan diraih oleh Utsman. Dan berkat keberhasilannya maka benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan Broessa dapat ditaklukkan. Keberhasilan Utsman ini membuat Sultan Alauddin II semakin simpati dan banyak memberi hak istimewa pada Utsman. Bahkan Utsman diangkat menjadi gubernur dengan gelar Bey, dan namanya selalu disebut dalam do’a setiap khutbah Jum’at. Penyerangan Bangsa Mongol pada tahun 1300 ke wilayah kekuasaan Saljuk Rum mengakibatkan terbunuhnya Sultan Saljuk tanpa meninggalkan putra sebagai pewaris kesultanan. Dalam keadaan kosong itulah, Usman memerdekakan wilayahnya dan bertahan terhadap serangan bangsa Mongol. Usman memproklamirkan kemerdekaan wilayahnya dengan nama Kesultanan Usmani.[5]
Pada awalnya Kerajaan Turki Usmani hanya memiliki wilayah yang sangat kecil, namun dengan adanya dukungan militer, tidak berapa lama Usmani menjadi kerajaan yang sangat besar dan bertahan dalam kurun waktu yang lama. Setelah Usmani meninggal pada 1326, puteranya Orkhan (Urkhan) naik tahta pada Usia 42 tahun. Pada periode ini tentara islam pertama kali masuk Eropa. Orkhan berhasil mereformasi dan membentuk tiga pasukan utama tentara. Pertama tentara sipahi (tentara reguler) yang mendapatkan gaji pada tiap bulannya. Kedua, tentara Hazeb (tentara ireguler) yang digaji pada saat mendapatkan harta rampasan perang  (Mal al-Ghanimah). Ketiga tentara jenisari direkrut pada saat berumur 12 tahun, kebanyakan adalah anak-anak kristen yang dibimbing Islam dan disiplin yang kuat.[6]
Sejak saat itu, dalam sejarah Islam terdapat dua jabatan penting yang dikuasai oleh seorang penguasa. Yaitu, sebagai sultan untuk kekuasaan Turki dan sebagai khalifah bagi seluruh dunia Islam. Sepeninggal Salim I digantikan Sulaiman Agung 1520-1566 M, ia sebagai penguasa Usmani yang berhasil membawa kejayaan Islam. Ia dijuluki sebagai Sulaeman al-Qanuni. Sulaeman bukan hanya sultan yang paling terkenal dikalangan Turki Usmani, akan tetapi pada awal ke-16 ia adalah kepala negara yang paling terkenal di dunia. Ia seorang penguasa yang saleh, ia mewajibkan rakyat muslim harus shalat lima kali dan berpuasa dibulan Romadhon, jika ada yang melanggar tidak hanya dikenai denda namun juga sangsi badan. Sulaiman juga berhasil menerjemahkan al-Qur’an dalam bahasa turki.[7]
Sekitar dua pertiga abad setelah didirikan di Anatolia pada 1300 dengan mengorbankan kekaisaran Bizantium, dan didirikan di atas reruntuhan kerajaan Saljuk, kerajaan Turki Utsmani hanyalah sebuah emirat di daerah perbatasan. Negara ini selalu diliputi suasana peperangan dan pada saat itu senantiasa dalam keadaan genting. Ibukota negara ini, pertama kali didirikan pada 1326, adalah Brusa (Bursa).[8]
 Mendekati 1366, emirat itu telah berkembang lebih stabil, mendapatkan pijakan yang lebih kokoh di daratan Eropa, dan berkembang menjadi sebuah kerajaan besar dengan Adrianopel (Edirna) sebagai ibukotanya. Penaklukan Konstantinopel pada 1453 yang dipimpin oleh Muhammad II, Sang Penakluk (1451-1481) secara formal mengantarkan negara ini pada satu era baru yaitu era kerajaan.[9]
B.  Raja-raja Turki Utsmani
Dalam masa kurang lebih 6 abad (1294-1924 M) berkuasa, kerajaan turki usmani mempunyai raja sebanyak 40 orang yang silih berganti, namun demikian, dalam makalah ini akan kami bahas beberapa raja yang berpengaruh saja, diantaranya:
  1.  Sultan Ustman bin Urtoghal (699-726 H/ 1294-1326 M)[10]
Pada tahun 699 H. Usman melakukan perluasan kekuasaannya sampai ke Romawi Bizantium setelah ia mengalahkan Alauddin Saljuk. Utsman diberi gelar sebagai Padisyah Al-Utsman (Raja besar keluarga utsman), gelar inilah yang dijuluki sebagai Daulah Utsmaniyyah. Utsman berusaha memperkuat tentara dan memajukan negerinya. Kepada raja-raja kecil dibuat suatu peraturan untuk memilih salah satu dari tiga hal, yaitu:
1)      Masuk Islam
2)      Membayar Jizyah; atau
3)      Berperang

      2.      Sultan Urkhan bin Utsman (726-761 H/ 1326-1359 M)[11]


Sultan Urkhan adalah putera Utsman I. sebelum urkhan ditetapkan menjadi raja, ia telah banyak membantu perjuangan ayahnya. Dia telah menjadikan Brousse sebagai ibu kota kerajaannya. Pada masa pemerintahannya, dia berhsil mengalahkan dan menguasai sejumlah kota di selat Dardanil. Tentara baru yang dibentuk oleh Urkhan I diberi nama Inkisyaiah. Pasukan ini dilengkapi dengan persenjataan dan pakaian seragam. Di zaman inilah pertama kali dipergunakan senjata meriam.

           3.      Sultan Murad I bin Urkhan (761-791 H/ 1359-1389 M)[12]

Pengganti sultan Urkhan adalah Sultan Murad I. selain memantapkan keamanan di dalam negrinya, sultan juga meneruskan perjuangan dan menaklukkan bebrapa daerah ke benua Eropa. Ia menaklukkan Adrianopel, yang kemudian dijadikan sebagai ibukota kerajaan yang baru serta membentuk pasukan berkuda (Kaveleri). Perjuangannya terus dilanjutkan dengan menaklukkan Macedonia, Shopia ibukota Bulgaria, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani.
Karena banyaknya kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad I, pada waktu itu bangsa Eropa mulai cemas. Akhirnya raja-raja Kristen Balkan meminta bantuan Paus Urban II untuk mengusir kaum muslimin dari daratan Eropa. Maka peperangan antara pasukan Islam dan Kristen Eropa pada tahun 765 H (1362 M). Peperangan itu dimenangkan oleh pasukan Murad I, sehingga Balkan jatuh ke tangan umat Islam. Selanjutnya pasukan Murad I merayap terus menguasai Eropa Timur seperti Somakov, Sopia Monatsir, dan Saloniki.
4.      Sultan Bayazid I bin Murad ( 791-805 H/ 1389-1403 M)
Bayazid adalah putra Murad I. Ia meneruskan perjuangan ayahnya dengan memperluas wilayahnya seperti Eiden, Sharukan dan Mutasya di Asia Kecil dan negeri bekas kekuasaan Bani Saluki. Bayazid sangat besar pengaruhnya, sehingga mencemaskan Paus. Kemudian Paus Bonifacius mengadakan penyerangan terhadap pasukan Bayazid, dan perangan ini yang merupakan penyebab terjadinya Perang Salib.
Tentara Salib ketika itu terdiri dari berbagai bangsa, namun dapat dilumpuhkan oleh pasukan Bayazid. Namun pada peperangan berikutnya ketika melawan Timur Lenk di Ankara, Bayazid dapat ditaklukkan, sehingga mengalami kekalahan dan ketika itu Bayazid bersama putranya Musa tertawan dan wafat dalam tahanan Timur Lenk pada tahun 1403 M.
5.      Sultan Muhammad I bin Bayazid (816-824 H/ 1403-1421 M)[13]
Kekalahan Bayazid membawa akibat buruk terhadap penguasa-penguasa Islam yang semula berada di bawah kekuasaan Turki Usmani, sebab satu sama lain berebutan, seperti wilayah Serbia, dan Bulgeria melepaskan diri dari Turki Usmani. Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I putra Bayazid dapat mengatasinya. Sultan Muhammad I berusaha keras menyatukan kembali negaranya yang telah bercerai berai itu kepada keadaan semula.
6.      Sultan Murad II bin Muhammad ( 824-855 H/ 1421-1451 M)[14]
Sepeninggalannya Sultan Muhammad I, pemerintahan diambil alih oleh Sulatan Murad II. Cita-citanya adalah melanjutkan usaha Muhammad I. yaitu untuk menguasai kembali daerah-daerah yang terlepas dari kerajaan Turki Usmani sebelumnya. Daerah pertama yang dikuasainya adalah Asia Kecil, Salonika Albania, Falokh, dan Hongaria.
Setelah bertambahnya beberapa daerah yang dapat dikuasai tentara Islam, Paus Egenius VI kembali menyerukan Perang Salib. Tentara Sultan Murad II menderita kekalahan dalam perang salib itu. Akan tetapi dengan bantuan putranya yang bernama Muhammad, perjuangan Murad II dapat dilanjutkan kenbali yang pada akhirnya Murad II kembali berjaya dan keadaan menjadi normal kembali sampai akhir kekuasaan diserahkan kepada putranya bernama Sultan Muhammad Al-Fatih.
7.      Sultan Muhammad Al-Fatih (855-886 H/ 1451-1481 M)
Setelah Sultan Murad II meninggal dunia, pemerintahan kerajaan Turki Usmani dipimpin oleh putranya Muhammad II atau Muhammad Al-Fatih. Ia diberi gelar Al-fatih karena dapat menaklukkan Konstantinopel. Muhammad Al-Fatih berusaha membangkitkan kembali sejarah umat Islam sampai dapat menaklukkan Konstantinopel sebagai ibukota Bizantium. Konstantinopel adalah kota yang sangat penting dan belum pernah dikuasai raja-raja Islam sebelumnya. 
Muhammad Al-Fatih dianggap sebagi pembuka pintu bagi perubahan dan perkembangan Islam yang dipimpin Muhammad. Tiga alasan Muhammad menaklukkan Konstantinopel, yaitu:
1)      Dorongan iman kepada Allah SWT, dan semangat perjuangan berdasarkan hadits Nabi Muhammad saw untuk menyebarkan ajaran Islam.
2)      Kota Konstantinopel sebagai pusat kemegahan bangsa Romawi.
3)      Negerinya sangat indah dan letaknya strategis untuk dijadikan pusat kerajaan.
Usaha mula-mula umat Islam untuk menguasai kota Konstantinopel dengan cara mendirikan benteng besar dipinggir Bosporus yang berhadapan dengan benteng yang didirikan Bayazid. Benteng Bosporus ini dikenal dengan nama Rumli Haisar (Benteng Rum). Benteng yang didirikan umat Islam pada zaman Muhammad Al-Fatih itu dijadikan sebagai pusat persediaan perang untuk menyerang kota Konstantinopel. Setelah segala sesuatunya dianggap cukup, dilakukan pengepungan selama 9 bulan. Akhirnya kota Konstantinopel jatuh ke tangan umat Islam ( 29 Mei 1453 M) dan Kaisar Bizantium tewas bersama tentara Romawi Timur. Setelah memasuki Konstantinopel terdapat sebuah gereja Aya Sofia yang kemudian dijadikan Masjid bagi umat Islam.
Setelah kota Konstantinopel dapat ditaklukkan, kota itu dijadikan sebagai ibukota dan namanya diganti menjadi Istanbul. Jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan umat Islam, berturut-turut pula diikuti oleh penguasaan Negara-negara sekitarnya seperti Servia, Athena, Mora, Bosnia, dan Italia. Setelah pemerintahan Sultan Muhammad, berturut-turut kerajaan Islam dipimpin oleh beberapa Sultan, yaitu:
1)      Sultan Bayazid II (1481-1512 M)
2)      Sultan Salim I (918-926 H/ 1512-1520 M)
3)      Sultan Sulaiman (926-974 H/ 1520-1566 M)
4)      Sultan Salim II (974-1171 H/ 1566-1573 M)
5)      Sultan Murad III ( 1573-1596 M)
Setelah pemerintahan Sultan Murad III, dilanjutkan oleh 20 orang Sultan Turki Usmani sampai berdirinya Republik Islam Turki. Akan tetapi kekuasaan sultan-sultan tersebut tidak sebesar kerajaan-kerajaan sultan-sultan sebelumnya. Para sultan itu lebih suka bersenang-senang., sehingga melupakan kepentingan perjuangan umat Islam. Akibatnya, dinasti turki Usmani dapat diserang oleh tentara Eropa, seperti Inggris, Perancis, dan Rusia. Sehingga kekuasaan Turki Usmani semakin lemah dan berkurang karena beberapa negri kekuasaannya memisahkan diri,diantaranya adalah:[15]
1)      Rumania melepaskan diri dari Turki Usmani pada bulan Maret 1877 M.
2)      Inggris diizinkan menduduki Siprus bulan April 1878 M.
3)      Bezarabia, Karus, Ardhan, dan Bathum dikuasai Rusia.
4)      Katur kemudian menjadi daerah kekeusaan Persia.
Lebih jelasnya kekhalifahan dinasti kerajaan Turki Utsmani sebagaimana tabel dibawah ini :[16]
No.
Nama Khilafah
Tahun Pengangkatan  (Masehi)
1
Utsman I
1281
2
Orhan
1324
3
Murad I
1306
4
Bayazid I
1389

Peralihan Kekuasaan
1402
5
Muhammad I
1413
6
Murad II
1421
7
Muhammad II
1444
8
Murad II (menjabat yang kedua kalinya)
1446
9
Muhammad II (menjabat ketiga kalinya)
1451
10
Bayazid II
1481
11
Saim I
1512
12
Sulaiman I
1520
13
Salim II
1566
14
Murad III
1574
15
Muhammad III
1594
16
Ahmad I
1603
17
Musthofa I
1617
18
Utsman II
1618
19
Musthofa I (menjabat kedua kalinya)
1622
20
Murad IV
1623
21
Ibrahim
1640
22
Muhammad IV
1648
23
Sulaiman II
1678
24
Ahmad II
1691
25
Musthofa II
1695
26
Ahmad III
1703
27
Mahmud I
1730
28
Utsman III
1754
29
Musthofa III
1757
30
Abdul Hamid I
1774
31
Salim III
1789
32
Musthofa IV
1807
33
Mahmud II
1808
34
Abdul Majid I
1839
35
Abdul Aziz
1861
36
Murad V
1876
37
Abdul Hamid II
1876
38
Muhammad Rasyid V
1909
39
Muhammad Wahid al-Din
1918
40
Abdul Majid II (hanya bergelar sebagai khalifah)
1914

C.  Kemajuan Turki Utsmani
Kemajuan turki utsmani sangat dibutuhkan dalam dinasti utsmaniyah untuk lebih jaya dan maju, kemajuan ini meliputi; aspek kekuasaan wilayah, aspek perekonomian dan aspek ilmu pengetahuan.[17]
1.      Aspek Kekuasaan Wilayah
Sepeninggal Sultan Usman pada Tahun 1326 M, Kerajaan dipimpin oleh anaknya Sultan Orkhan I (1326-1359 M). Pada masanya berdiri  Akademi militer sebagai pusat pelatihan dan pendidikan, sehingga mampu menciptakan kekuatan militer yang besar  dan dengan mudahnya dapat menaklukan  Sebagian daerah benua  Eropa  yaitu, Azmir (Shirma) tahun 1327 M, Tawasyanli  1330 M, Uskandar 1338 M, Ankara 1354 M dan Galliopoli 1356 M.
Ketika Sultan Murad I (1359-1389 M) pengganti orkhan naik. Ia memantapkan keamanan  dalam negeri dan melakukan perluasan ke benua  Eropa dengan menaklukan Adrianopel (yang kemudian menjadi ibu kota kerajaan baru), Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh bagian utara Yunani. Merasa cemas dengan kesuksesan Kerajaan  Usmani, negara Kristen Eropa pun bersatu yang di pimpin oleh Sijisman memerangi kerajaan, hingga terjadilah pertempuran di Kosovo tahun 1389 M, namun musuh dapat di pukul mundur dan di hancurkan .
Pada tahun 1389 M, Sultan Bayazid naik tahta (1389-1403 M), Perluasan berlanjut dan dapat menguasai Salocia, morea, Serbia, Bulgaria, dan Rumania juga pada tahun 1394 M, memperoleh  kemenangan dalam perang Salib di Nicapolas. Selain menghadapi musuh-musuh Eropa, Kerajaan juga dipaksa menghadapi pemberontak yang bersekutu dengan Raja islam yang bernama Timur Lenk di samarkand. Pada tahun 1402 M. pertempuran hebat pun terjadi di Ankara, yang pada akhirnya Sultan  Bayazid dengan kedua putranya Musa dan Erthogrol, tertangkap dan meninggal di tahanan pada tahun 1403 M. Sebab kekalahan ini Bulgaria dan Serbia memproklamirkan kemerdekaannya.
Setelah Sultan Bayazid meninggal, terjadi perebutan kekuasaan diantara putra–putranya (Muhammad, isa dan sulaiman) namun diantara mereka Sultan Muhammad I yang naik tahta (1403-1421 M), di masa pemerintahannya ia berhasil  menyatukan kembali  kekuatan  dan daerahnya  dari  bangsa  mongol, terlebih setelah Timur lenk meninggal pada tahun 1405 M.
Pada tahun 1421 M, Sultan Muhammad meninggal dan di teruskan oleh anaknya, Sultan Murrad II (1421-1484 M) mencapai banyak kemajuan pada masa Sultan Muhammad II/ Muhammad Al Fatih (1451-1484 M) putra Murrad II,  dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukan Konstantinopel. Setelah Beliau meninggal di gantikan oleh putranya Sultan Bayazid II, berbeda dengan Ayahnya, yang lebih mementingkan kehidupan Tasawuf dari pada penaklukan wilayah, sebab itu muncul kontroversial  akhirnya ia mengundurkan diri dan di gantikan putranya Sultan Salim I.
Pada masa Sultan Salim I (1521-1520 M) terjadi perubahan peta arah perluasan, memfokuskan pergerakan   ke arah timur dengan menaklukan Persia, Syiria hingga menembus  Mesir di Afrika Utara yang sebelumnya di kuasai mamluk.
Setelah Sultan Salim I Meninggal, Muncul Putranya Sultan Sulaiman I (1520-1566 M) sebagai Sultan yang mengantarkan Kerajaan Turki Usmani pada masa keemasannya, karena telah berhasil menguasai daratan Eropa hingga Austria, Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania, Afrika Utara hingga Mesir, Aljazair, Libia, Dan Tunis. Asia hingga Persia, Amenia, Siria. meliputi lautan Hindia, Laut Arabia, Laut Tengah, Laut Hitam. juga daerah-daerah di sekitar kerajaan seperti Irak, Belgrado, Pulau Rodes, Tunis, Budapest dan Yaman.
2.      Aspek Perekonomian[18]
Tercatat beberapa kota yang maju dalam bidang industri  diantaranya :
a.      Mesir sebagai pusat produksi kain sutra dan katun
b.      Anatoli selain sebagai pusat produksi bahan tekstil dan kawasan pertanian yang subur, juga menjadi pusat perdagangan dunia pada saat itu.
3.      Aspek Ilmu Pengetahuan[19]
Aspek ilmu pengetahuan ini dalam masa turki ustmani meliputi;tempat pendidikan dan penerjemahan kitab-kitab.
1)      Tempat pendidikan
Secara umum pada masa dinasti usmaniyah tidak terlalu memfokuskan perhatian terhadap ilmu pengetahuan, sehingga mengakibatkan Bidang ilmu pengetahuan  kurang begitu menonjol, tidak seperti  Dinasti Islam sebelumnya, akan tetapi ada beberapa titik kemajuan yang terlihat yaitu pada masa sultan Muhammad Al-Fatih. Dimana tersebarnya sekolah-sekolah di semua kota besar dan daerah terpencil. juga terdapat perpustakaan yang dibangun di sekitar sekolah dengan pengelolaan sangat tertib, terbukti dengan keteraturan catatan peminjaman.
2)      Penerjemahan kitab-kitab
Pada masa sultan al-fatih telah dilakukan penerjemahan khazanah-khazanah lama dari bahasa yunani, latin, Persia dan arab kedalam bahasa turki, salah satu buku yang diterjemahkan adalah masyahir al-rijal (orang-orang terkenal) karya poltark, buku-buku lainnya yang diterjemahkan ke bahasa turki adalah buku karangan abu al-qasim al-zaharowi al-andalusi, seorang ahli kedokteran yang berjudul al-tashrif fi al-thibbi. Buku ini kemudian diberi tambahan pembahasan alat-alat untuk bedah dan posisi pasien tatkala terjadi operasi bedah.
D.  Runtuhnya Kerajaan Turki Utsmani
Reruntuhnya atau kemundurannya kerajaan Turki utsmani meliputi beberapa faktor yang menjadi dasar atau pondasi dalam kerajaan turki utsmani;[20]
a.      Faktor-Faktor Keruntuhan Khilafah Utsmaniyah (974 - 1171 H/1566 - 1757 M)
Kenaikan Sultan Salim II (1566-1574) telah dianggap sebagai permulaan keruntuhan Turki Utsmani dan berakhrnya zaman keemasannya. Hal ini ditandai dengan melemahnnya semangat perjuangan prajurit utsmani yang menyebabkan sejumlah kekalahan dalam pertempuran menghadapi mmusuh-musuhnya.
Pada tahun 1774, penguasa Utsmani, Abdul Hamid menandatangani perjanjian dengan Rusia yang berisi pengakuan kemerdekaan Crimenia dan penyerahan benteng-benteng pertahanan di laut hitam serta memberikan izin kepada rusia untuk melintasi selat antara laut hitam dengan laut putih.
b.      Faktor-faktor keruntuhan kerajaan turki usmani dikategorikan menjadi :
1.  Faktor internal
a.      Karena luas wilayah kekuasaan serta buruknya system pemerintahan, sehingga hilangnya keadilan, banyaknya korupsi dan meningkatnya kriminalitas.
b.      Heterogenitas penduduk dan agama.
c.       Kehidupan istimewa yang bermegahan.
d.      Merosotnya perekonomian negara akibat peperangan yang pada sebagian besar peperangan turki mengalami kekalahan.
2.  Faktor Eksternal
a.      Munculnya gerakan nasionalisme. Bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan turki selama berkuasa, mulai menyadari kelemahan dinasti tersebut. Kemudian ketika turki mulai lemah mereka bangkit untuk melawannya.
b.      Terjadinya kemajuan teknologi di barat khususnya bidang persenjataan. Turki selalu mengalami kekalahan karena mereka masih menggunakan senjata tradisional, sedangkan wilayah barat seperti eropa telah menguunakan senjata yang lebih maju lagi.



[1] Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: LESFI,2002), h.127-128
[2] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:Amzah,2013), h.195
[3] Dudung Abdurrahman, sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: LESFI,2002), h. 128
[4] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:Amzah,2013, h.195
[5] Dudung Abdurrahman, sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, h. 128
[6] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, h. 195
[7] Ibid, h. 196-197
[8] Dudung Abdurrahman, sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, h. 128
[9] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam,h. 196
[10] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008, h. 130
[11] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, h.130-131
[12] Ibid, h.131-132.
[13] Dudung Abdurrahman, sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, h. 130
[14] Ibid, h. 130-131
[15] http://feryntina.blogspot.com/2013/04/sejarah-peradaban-islam-turki-usmani.html.
[16] Dudung Abdurrahman, sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, h.129
[17] http://jungpasir27.blogspot.com/2013/10/makalah-sejarah-peradaban-islam-masa.html
[18] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung:Pustaka Setia, 2008, h. 250-251
[19] Ibid, h. 251-253
[20]Harun Nasution,  Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996),h.255-257

0 komentar:

Posting Komentar