BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Berdirinya Kerajaan Turki Utsmani
Bangsa Turki mempunyai dua dinasti yang
berhasil mengukir sejarah dunia. Pertama, dinasti turki saljuk dan kedua
dinasti turki utsmani. Namun akhirnya kerajaan turki saljuk hancur oleh
serangan pasukan mongol, yang nantinya merupakan moment terbentuknya dinasti
turki utsmani.
Kerajaan Turki Usmani muncul di pentas sejarah
Islam pada periode pertengahan. Masa kemajuan Dinasti ini dihitung dari mulai
digerakkannya ekspansi ke wilayah baru yang belum ditundukkan oleh pendahulu
mereka. keberhasilan mereka dalam memperluas wilayah kekuasaan serta terjadinya
peristiwa-peristiwa penting merupakan suatu indikasi yang dapat dijadikan
ukuran untuk menentukan kemajuan tersebut.
Pendiri dari kerajaan Turki ini adalah bangsa
Turki dari kabilah Qayigh Oghus salah satu
anak suku Turki yang mendiami sebelah barat gurun Gobi, atau daerah Mongol dan
daerah utara negeri Cina, yang dipimpin oleh Sulaiman. Dia mengajak anggota
sukunya untuk menghindari serbuan bangsa mongol yang menyerang dunia Islam yang
berada di bawah kekuasaan Dinasti Khawarizm pada tahun 1219-1220. Sulaiman dan
anggota sukunya lari ke arah Barat dan meminta perlindungan kepada Jalaluddin,
pemimpin terakhir Dinasti Khawarizm di Transoxiana (maa wara al-Nahr).
Jalaluddin menyuruh Sulaiman agar pergi kearah Barat (Asia Kecil). Kemudian
mereka menetap di sana dan pindah ke Syam dalam rangka menghindari serangan
mongol.[1]
Pada abad
ke-13 saat Chengis Khan mengusir orang-orang Turki dan Khurasan dan sekitarnya.
Kakeknya Usman, yang bernama Sulaeman bersama pengikutnya bermukim di Asia
Kecil. Setelah reda serangan Mongol terhadap mereka, Sulaeman menyeberangi
Sungai Efrat (dekat Allepo). Namun, ia tenggelam empat putera Sulaeman yang
bernama, Shunkur, Gundogdur, al-Thugril, dan Dundar. Dua puteranya yang pertama
kembali ke tanah air mereka. Sementara dua yang terakhir bermukim didaerah Asia
Kecil.[2]
Kelompok
kedua ini berjumlah 400 kepala keluarga yang dipimpin oleh Ertugril (Erthogrol)
ibn Sulaiman. Mereka mengabdikan dirinya kepada Sultan Alauddin II dari Dinasti
Saljuk Rum yang pusat pemerintahannya di Kuniya, Anatolia Asia Kecil.[3]
Pada
saat itu, Sultan Alauddin II sedang menghadapi bahaya peperangan dari bangsa
Romawi yang mempunyai kekuasaan di Romawi Timur (Byzantium). Dengan bantuan
dari bangsa Turki pimpinan Erthogrol, Sultan Alauddin II dapat mencapai
kemenangan. Atas jasa baik tersebut Sultan menghadiahkan sebidang tanah yang
berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu Erthogrol terus membina wilayah barunya
dan memilih kota Syuhud sebagai ibu kota.[4]
Pada tahun 1288 Erthogrol meninggal dunia, dan
meninggalkan putranya yang bernama Usman, yang diperkirakan lahir pada 1258 M.
usman inilah yang ditunjuk oleh Erthogrol untuk meneruskan kepemimpinannya dan
disetujui serta didukung oleh Sultan Saljuk pada saat itu. Nama Utsman inilah
yang nanti diambil sebagai nama untuk Kerajaan Turki Utsmani. Utsman ini pula
yang dianggap sebagai pendiri Dinasti Usmani. Sebagaimana ayahnya, Usman banyak
berjasa kepada Sultan Alauddin II. Kemenangan-kemenangan dalam setiap
pertempuran dan peperangan diraih oleh Utsman. Dan berkat keberhasilannya maka
benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan Broessa dapat ditaklukkan.
Keberhasilan Utsman ini membuat Sultan Alauddin II semakin simpati dan banyak
memberi hak istimewa pada Utsman. Bahkan Utsman diangkat menjadi gubernur
dengan gelar Bey, dan namanya selalu disebut dalam do’a setiap khutbah Jum’at. Penyerangan Bangsa Mongol pada tahun 1300 ke wilayah kekuasaan
Saljuk Rum mengakibatkan terbunuhnya Sultan Saljuk tanpa meninggalkan putra
sebagai pewaris kesultanan. Dalam keadaan kosong itulah, Usman memerdekakan wilayahnya dan
bertahan terhadap serangan bangsa Mongol. Usman memproklamirkan kemerdekaan
wilayahnya dengan nama Kesultanan Usmani.[5]
Pada awalnya Kerajaan Turki Usmani hanya
memiliki wilayah yang sangat kecil, namun dengan adanya dukungan militer, tidak
berapa lama Usmani menjadi kerajaan yang sangat besar dan bertahan dalam kurun
waktu yang lama. Setelah Usmani meninggal pada 1326, puteranya Orkhan (Urkhan)
naik tahta pada Usia 42 tahun. Pada periode ini tentara islam pertama kali
masuk Eropa. Orkhan berhasil mereformasi dan membentuk tiga pasukan utama
tentara. Pertama tentara sipahi (tentara reguler) yang mendapatkan gaji
pada tiap bulannya. Kedua, tentara Hazeb (tentara ireguler) yang digaji
pada saat mendapatkan harta rampasan perang (Mal al-Ghanimah).
Ketiga tentara jenisari direkrut pada saat berumur 12 tahun, kebanyakan adalah
anak-anak kristen yang dibimbing Islam dan disiplin yang kuat.[6]
Sejak
saat itu, dalam sejarah Islam terdapat dua jabatan penting yang dikuasai oleh
seorang penguasa. Yaitu, sebagai sultan untuk kekuasaan Turki dan sebagai
khalifah bagi seluruh dunia Islam. Sepeninggal Salim I digantikan Sulaiman
Agung 1520-1566 M, ia sebagai penguasa Usmani yang berhasil membawa kejayaan
Islam. Ia dijuluki sebagai Sulaeman al-Qanuni. Sulaeman bukan hanya
sultan yang paling terkenal dikalangan Turki Usmani, akan tetapi pada awal
ke-16 ia adalah kepala negara yang paling terkenal di dunia. Ia seorang
penguasa yang saleh, ia mewajibkan rakyat muslim harus shalat lima kali dan
berpuasa dibulan Romadhon, jika ada yang melanggar tidak hanya dikenai denda
namun juga sangsi badan. Sulaiman juga berhasil menerjemahkan al-Qur’an dalam
bahasa turki.[7]
Sekitar dua pertiga abad setelah didirikan di
Anatolia pada 1300 dengan mengorbankan kekaisaran Bizantium, dan didirikan di
atas reruntuhan kerajaan Saljuk, kerajaan Turki Utsmani hanyalah sebuah emirat
di daerah perbatasan. Negara ini selalu diliputi suasana peperangan dan pada
saat itu senantiasa dalam keadaan genting. Ibukota negara ini, pertama kali
didirikan pada 1326, adalah Brusa (Bursa).[8]
Mendekati 1366, emirat itu telah berkembang
lebih stabil, mendapatkan pijakan yang lebih kokoh di daratan Eropa, dan
berkembang menjadi sebuah kerajaan besar dengan Adrianopel (Edirna) sebagai
ibukotanya. Penaklukan Konstantinopel pada 1453 yang dipimpin oleh Muhammad II,
Sang Penakluk (1451-1481) secara formal mengantarkan negara ini pada satu era
baru yaitu era kerajaan.[9]
B. Raja-raja Turki Utsmani
Dalam masa kurang lebih 6 abad (1294-1924
M) berkuasa, kerajaan turki usmani mempunyai raja sebanyak 40 orang yang silih
berganti, namun demikian, dalam makalah ini akan kami bahas beberapa raja yang
berpengaruh saja, diantaranya:
- Sultan Ustman bin Urtoghal (699-726 H/ 1294-1326 M)[10]
Pada tahun 699 H. Usman
melakukan perluasan kekuasaannya sampai ke Romawi Bizantium setelah ia
mengalahkan Alauddin Saljuk. Utsman diberi gelar sebagai Padisyah Al-Utsman
(Raja besar keluarga utsman), gelar inilah yang dijuluki sebagai Daulah Utsmaniyyah.
Utsman berusaha memperkuat tentara dan memajukan negerinya. Kepada raja-raja
kecil dibuat suatu peraturan untuk memilih salah satu dari tiga hal, yaitu:
1) Masuk Islam
2) Membayar Jizyah; atau
3) Berperang
2. Sultan Urkhan bin Utsman (726-761 H/ 1326-1359 M)[11]
Sultan Urkhan adalah putera Utsman
I. sebelum urkhan ditetapkan menjadi raja, ia telah banyak membantu perjuangan
ayahnya. Dia telah menjadikan Brousse sebagai ibu kota kerajaannya. Pada masa pemerintahannya, dia berhsil mengalahkan dan menguasai sejumlah kota
di selat Dardanil. Tentara baru yang dibentuk oleh Urkhan I diberi nama Inkisyaiah.
Pasukan ini dilengkapi dengan persenjataan dan pakaian seragam. Di zaman inilah
pertama kali dipergunakan senjata meriam.
3.
Sultan Murad
I bin Urkhan (761-791 H/ 1359-1389 M)[12]
Pengganti sultan Urkhan adalah
Sultan Murad I. selain memantapkan keamanan di dalam negrinya, sultan juga
meneruskan perjuangan dan menaklukkan bebrapa daerah ke benua Eropa. Ia menaklukkan
Adrianopel, yang kemudian dijadikan sebagai ibukota kerajaan yang baru serta
membentuk pasukan berkuda (Kaveleri). Perjuangannya terus dilanjutkan dengan
menaklukkan Macedonia, Shopia ibukota Bulgaria, dan seluruh wilayah bagian
utara Yunani.
Karena banyaknya kota-kota yang
ditaklukkan oleh Murad I, pada waktu itu bangsa Eropa mulai cemas. Akhirnya
raja-raja Kristen Balkan meminta bantuan Paus Urban II untuk mengusir kaum
muslimin dari daratan Eropa. Maka peperangan antara pasukan Islam dan Kristen Eropa
pada tahun 765 H (1362 M). Peperangan itu dimenangkan oleh pasukan Murad I,
sehingga Balkan jatuh ke tangan umat Islam. Selanjutnya pasukan Murad I merayap
terus menguasai Eropa Timur seperti Somakov, Sopia Monatsir, dan Saloniki.
4.
Sultan
Bayazid I bin Murad ( 791-805 H/ 1389-1403 M)
Bayazid adalah putra Murad I. Ia
meneruskan perjuangan ayahnya dengan memperluas wilayahnya seperti Eiden,
Sharukan dan Mutasya di Asia Kecil dan negeri bekas kekuasaan Bani Saluki. Bayazid
sangat besar pengaruhnya, sehingga mencemaskan Paus. Kemudian Paus Bonifacius
mengadakan penyerangan terhadap pasukan Bayazid, dan perangan ini yang
merupakan penyebab terjadinya Perang Salib.
Tentara Salib ketika itu terdiri
dari berbagai bangsa, namun dapat dilumpuhkan oleh pasukan Bayazid. Namun pada
peperangan berikutnya ketika melawan Timur Lenk di Ankara, Bayazid dapat
ditaklukkan, sehingga mengalami kekalahan dan ketika itu Bayazid bersama
putranya Musa tertawan dan wafat dalam tahanan Timur Lenk pada tahun 1403 M.
5.
Sultan
Muhammad I bin Bayazid (816-824 H/ 1403-1421 M)[13]
Kekalahan Bayazid membawa akibat
buruk terhadap penguasa-penguasa Islam yang semula berada di bawah kekuasaan
Turki Usmani, sebab satu sama lain berebutan, seperti wilayah Serbia, dan
Bulgeria melepaskan diri dari Turki Usmani. Suasana buruk ini baru berakhir
setelah Sultan Muhammad I putra Bayazid dapat mengatasinya. Sultan Muhammad I
berusaha keras menyatukan kembali negaranya yang telah bercerai berai itu
kepada keadaan semula.
6.
Sultan Murad
II bin Muhammad ( 824-855 H/ 1421-1451 M)[14]
Sepeninggalannya Sultan Muhammad
I, pemerintahan diambil alih oleh Sulatan Murad II. Cita-citanya adalah
melanjutkan usaha Muhammad I. yaitu untuk menguasai kembali daerah-daerah yang
terlepas dari kerajaan Turki Usmani sebelumnya. Daerah pertama yang dikuasainya
adalah Asia Kecil, Salonika Albania, Falokh, dan Hongaria.
Setelah bertambahnya beberapa
daerah yang dapat dikuasai tentara Islam, Paus Egenius VI kembali menyerukan
Perang Salib. Tentara Sultan Murad II menderita kekalahan dalam perang salib
itu. Akan tetapi dengan bantuan putranya yang bernama Muhammad, perjuangan
Murad II dapat dilanjutkan kenbali yang pada akhirnya Murad II kembali berjaya
dan keadaan menjadi normal kembali sampai akhir kekuasaan diserahkan kepada
putranya bernama Sultan Muhammad Al-Fatih.
7.
Sultan
Muhammad Al-Fatih (855-886 H/ 1451-1481 M)
Setelah Sultan Murad II meninggal
dunia, pemerintahan kerajaan Turki Usmani dipimpin oleh putranya Muhammad II
atau Muhammad Al-Fatih. Ia diberi gelar Al-fatih karena dapat menaklukkan
Konstantinopel. Muhammad Al-Fatih berusaha membangkitkan kembali sejarah umat
Islam sampai dapat menaklukkan Konstantinopel sebagai ibukota Bizantium.
Konstantinopel adalah kota yang sangat penting dan belum pernah dikuasai
raja-raja Islam sebelumnya.
Muhammad Al-Fatih dianggap sebagi
pembuka pintu bagi perubahan dan perkembangan Islam yang dipimpin Muhammad. Tiga alasan Muhammad menaklukkan Konstantinopel, yaitu:
1) Dorongan iman kepada Allah SWT, dan semangat
perjuangan berdasarkan hadits Nabi Muhammad saw untuk menyebarkan ajaran Islam.
2) Kota Konstantinopel sebagai pusat kemegahan bangsa
Romawi.
3) Negerinya sangat indah dan letaknya strategis untuk
dijadikan pusat kerajaan.
Usaha mula-mula umat Islam untuk
menguasai kota Konstantinopel dengan cara mendirikan benteng besar dipinggir
Bosporus yang berhadapan dengan benteng yang didirikan Bayazid. Benteng
Bosporus ini dikenal dengan nama Rumli Haisar (Benteng Rum). Benteng yang didirikan umat Islam pada zaman Muhammad Al-Fatih itu
dijadikan sebagai pusat persediaan perang untuk menyerang kota Konstantinopel.
Setelah segala sesuatunya dianggap cukup, dilakukan pengepungan selama 9 bulan.
Akhirnya kota Konstantinopel jatuh ke tangan umat Islam ( 29 Mei 1453 M) dan
Kaisar Bizantium tewas bersama tentara Romawi Timur. Setelah memasuki
Konstantinopel terdapat sebuah gereja Aya Sofia yang kemudian dijadikan Masjid
bagi umat Islam.
Setelah kota Konstantinopel dapat
ditaklukkan, kota itu dijadikan sebagai ibukota dan namanya diganti menjadi Istanbul.
Jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan umat Islam, berturut-turut pula
diikuti oleh penguasaan Negara-negara sekitarnya seperti Servia, Athena, Mora,
Bosnia, dan Italia. Setelah pemerintahan Sultan Muhammad, berturut-turut
kerajaan Islam dipimpin oleh beberapa Sultan, yaitu:
1) Sultan Bayazid II (1481-1512 M)
2) Sultan Salim I (918-926 H/ 1512-1520 M)
3) Sultan Sulaiman (926-974 H/ 1520-1566 M)
4) Sultan Salim II (974-1171 H/ 1566-1573 M)
5) Sultan Murad III ( 1573-1596 M)
Setelah pemerintahan Sultan Murad
III, dilanjutkan oleh 20 orang Sultan Turki Usmani sampai berdirinya Republik
Islam Turki. Akan tetapi kekuasaan sultan-sultan tersebut tidak sebesar
kerajaan-kerajaan sultan-sultan sebelumnya. Para sultan itu lebih suka bersenang-senang.,
sehingga melupakan kepentingan perjuangan umat Islam. Akibatnya, dinasti turki
Usmani dapat diserang oleh tentara Eropa, seperti Inggris, Perancis, dan Rusia.
Sehingga kekuasaan Turki Usmani semakin lemah dan berkurang karena beberapa negri
kekuasaannya memisahkan diri,diantaranya adalah:[15]
1) Rumania melepaskan diri dari Turki Usmani pada bulan
Maret 1877 M.
2) Inggris diizinkan menduduki Siprus bulan April 1878 M.
3) Bezarabia, Karus, Ardhan, dan Bathum dikuasai Rusia.
4) Katur kemudian menjadi daerah kekeusaan Persia.
No.
|
Nama
Khilafah
|
Tahun
Pengangkatan (Masehi)
|
1
|
Utsman I
|
1281
|
2
|
Orhan
|
1324
|
3
|
Murad I
|
1306
|
4
|
Bayazid I
|
1389
|
Peralihan Kekuasaan
|
1402
|
|
5
|
Muhammad I
|
1413
|
6
|
Murad II
|
1421
|
7
|
Muhammad II
|
1444
|
8
|
Murad II (menjabat yang kedua
kalinya)
|
1446
|
9
|
Muhammad II (menjabat ketiga
kalinya)
|
1451
|
10
|
Bayazid II
|
1481
|
11
|
Saim I
|
1512
|
12
|
Sulaiman I
|
1520
|
13
|
Salim II
|
1566
|
14
|
Murad III
|
1574
|
15
|
Muhammad III
|
1594
|
16
|
Ahmad I
|
1603
|
17
|
Musthofa I
|
1617
|
18
|
Utsman II
|
1618
|
19
|
Musthofa I (menjabat kedua
kalinya)
|
1622
|
20
|
Murad IV
|
1623
|
21
|
Ibrahim
|
1640
|
22
|
Muhammad IV
|
1648
|
23
|
Sulaiman II
|
1678
|
24
|
Ahmad II
|
1691
|
25
|
Musthofa II
|
1695
|
26
|
Ahmad III
|
1703
|
27
|
Mahmud I
|
1730
|
28
|
Utsman III
|
1754
|
29
|
Musthofa III
|
1757
|
30
|
Abdul Hamid I
|
1774
|
31
|
Salim III
|
1789
|
32
|
Musthofa IV
|
1807
|
33
|
Mahmud II
|
1808
|
34
|
Abdul Majid I
|
1839
|
35
|
Abdul Aziz
|
1861
|
36
|
Murad V
|
1876
|
37
|
Abdul Hamid II
|
1876
|
38
|
Muhammad Rasyid V
|
1909
|
39
|
Muhammad Wahid al-Din
|
1918
|
40
|
Abdul Majid II (hanya bergelar sebagai khalifah)
|
1914
|
C. Kemajuan Turki Utsmani
Kemajuan
turki utsmani sangat dibutuhkan dalam dinasti utsmaniyah untuk lebih jaya dan
maju, kemajuan ini meliputi; aspek kekuasaan wilayah, aspek perekonomian dan
aspek ilmu pengetahuan.[17]
1. Aspek Kekuasaan Wilayah
Sepeninggal Sultan Usman pada
Tahun 1326 M, Kerajaan dipimpin oleh anaknya Sultan Orkhan I (1326-1359 M).
Pada masanya berdiri Akademi militer sebagai pusat pelatihan dan pendidikan,
sehingga mampu menciptakan kekuatan militer yang besar dan dengan
mudahnya dapat menaklukan Sebagian daerah benua Eropa yaitu,
Azmir (Shirma) tahun 1327 M, Tawasyanli 1330 M, Uskandar 1338 M, Ankara
1354 M dan Galliopoli 1356 M.
Ketika Sultan Murad I (1359-1389
M) pengganti orkhan naik. Ia memantapkan keamanan dalam negeri dan
melakukan perluasan ke benua Eropa dengan menaklukan Adrianopel (yang
kemudian menjadi ibu kota kerajaan baru), Macedonia, Sopia, Salonia, dan
seluruh bagian utara Yunani. Merasa cemas dengan kesuksesan Kerajaan
Usmani, negara Kristen Eropa pun bersatu yang di pimpin oleh Sijisman memerangi
kerajaan, hingga terjadilah pertempuran di Kosovo tahun 1389 M, namun musuh
dapat di pukul mundur dan di hancurkan .
Pada tahun 1389 M, Sultan Bayazid
naik tahta (1389-1403 M), Perluasan berlanjut dan dapat menguasai Salocia,
morea, Serbia, Bulgaria, dan Rumania juga pada tahun 1394 M, memperoleh
kemenangan dalam perang Salib di Nicapolas. Selain menghadapi musuh-musuh Eropa,
Kerajaan juga dipaksa menghadapi pemberontak yang bersekutu dengan Raja islam
yang bernama Timur Lenk di samarkand. Pada tahun 1402 M. pertempuran hebat pun
terjadi di Ankara, yang pada akhirnya Sultan Bayazid dengan kedua
putranya Musa dan Erthogrol, tertangkap dan meninggal di tahanan pada tahun
1403 M. Sebab kekalahan ini Bulgaria dan Serbia memproklamirkan kemerdekaannya.
Setelah Sultan Bayazid meninggal,
terjadi perebutan kekuasaan diantara putra–putranya (Muhammad, isa dan
sulaiman) namun diantara mereka Sultan Muhammad I yang naik tahta (1403-1421
M), di masa pemerintahannya ia berhasil menyatukan kembali
kekuatan dan daerahnya dari bangsa mongol, terlebih
setelah Timur lenk meninggal pada tahun 1405 M.
Pada tahun 1421 M, Sultan Muhammad
meninggal dan di teruskan oleh anaknya, Sultan Murrad II (1421-1484 M) mencapai
banyak kemajuan pada masa Sultan Muhammad II/ Muhammad Al Fatih (1451-1484 M)
putra Murrad II, dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukan
Konstantinopel. Setelah Beliau meninggal di gantikan oleh putranya Sultan
Bayazid II, berbeda dengan Ayahnya, yang lebih mementingkan kehidupan Tasawuf
dari pada penaklukan wilayah, sebab itu muncul kontroversial akhirnya ia
mengundurkan diri dan di gantikan putranya Sultan Salim I.
Pada masa Sultan Salim I
(1521-1520 M) terjadi perubahan peta arah perluasan, memfokuskan
pergerakan ke arah timur dengan menaklukan Persia, Syiria hingga
menembus Mesir di Afrika Utara yang sebelumnya di kuasai mamluk.
Setelah Sultan Salim I Meninggal,
Muncul Putranya Sultan Sulaiman I (1520-1566 M) sebagai Sultan yang
mengantarkan Kerajaan Turki Usmani pada masa keemasannya, karena telah berhasil
menguasai daratan Eropa hingga Austria, Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania,
Hongaria dan Rumania, Afrika Utara hingga Mesir, Aljazair, Libia, Dan Tunis.
Asia hingga Persia, Amenia, Siria. meliputi lautan Hindia, Laut Arabia, Laut
Tengah, Laut Hitam. juga daerah-daerah di sekitar kerajaan seperti Irak,
Belgrado, Pulau Rodes, Tunis, Budapest dan Yaman.
2. Aspek Perekonomian[18]
Tercatat beberapa kota yang maju
dalam bidang industri diantaranya :
a. Mesir sebagai pusat produksi kain sutra dan katun
b. Anatoli selain sebagai pusat produksi bahan tekstil
dan kawasan pertanian yang subur, juga menjadi pusat perdagangan dunia pada
saat itu.
3. Aspek Ilmu Pengetahuan[19]
Aspek ilmu pengetahuan ini dalam masa turki ustmani
meliputi;tempat pendidikan dan penerjemahan kitab-kitab.
1) Tempat pendidikan
Secara umum pada masa dinasti
usmaniyah tidak terlalu memfokuskan perhatian terhadap ilmu pengetahuan,
sehingga mengakibatkan Bidang ilmu pengetahuan kurang begitu menonjol,
tidak seperti Dinasti Islam sebelumnya, akan tetapi ada beberapa titik
kemajuan yang terlihat yaitu pada masa sultan Muhammad Al-Fatih. Dimana
tersebarnya sekolah-sekolah di semua kota besar dan daerah terpencil. juga
terdapat perpustakaan yang dibangun di sekitar sekolah dengan pengelolaan
sangat tertib, terbukti dengan keteraturan catatan peminjaman.
2) Penerjemahan kitab-kitab
Pada masa sultan al-fatih telah
dilakukan penerjemahan khazanah-khazanah lama dari bahasa yunani, latin, Persia
dan arab kedalam bahasa turki, salah satu buku yang diterjemahkan adalah
masyahir al-rijal (orang-orang terkenal) karya poltark, buku-buku lainnya yang diterjemahkan
ke bahasa turki adalah buku karangan abu al-qasim al-zaharowi al-andalusi,
seorang ahli kedokteran yang berjudul al-tashrif fi al-thibbi. Buku ini
kemudian diberi tambahan pembahasan alat-alat untuk bedah dan posisi pasien
tatkala terjadi operasi bedah.
D. Runtuhnya Kerajaan Turki Utsmani
Reruntuhnya
atau kemundurannya kerajaan Turki utsmani meliputi beberapa faktor yang menjadi
dasar atau pondasi dalam kerajaan turki utsmani;[20]
a. Faktor-Faktor Keruntuhan Khilafah Utsmaniyah (974 - 1171
H/1566 - 1757 M)
Kenaikan Sultan Salim II
(1566-1574) telah dianggap sebagai permulaan keruntuhan Turki Utsmani dan
berakhrnya zaman keemasannya. Hal ini ditandai dengan melemahnnya
semangat perjuangan prajurit utsmani yang menyebabkan sejumlah kekalahan dalam
pertempuran menghadapi mmusuh-musuhnya.
Pada tahun 1774, penguasa Utsmani,
Abdul Hamid menandatangani perjanjian dengan Rusia yang berisi pengakuan
kemerdekaan Crimenia dan penyerahan benteng-benteng pertahanan di laut hitam
serta memberikan izin kepada rusia untuk melintasi selat antara laut hitam
dengan laut putih.
b. Faktor-faktor keruntuhan kerajaan turki usmani
dikategorikan menjadi :
1.
Faktor internal
a. Karena luas wilayah kekuasaan serta buruknya system
pemerintahan, sehingga hilangnya keadilan, banyaknya korupsi dan meningkatnya
kriminalitas.
b. Heterogenitas penduduk dan agama.
c. Kehidupan istimewa yang bermegahan.
d. Merosotnya perekonomian negara akibat peperangan yang
pada sebagian besar peperangan turki mengalami kekalahan.
2.
Faktor Eksternal
a. Munculnya gerakan nasionalisme. Bangsa-bangsa yang
tunduk pada kerajaan turki selama berkuasa, mulai menyadari kelemahan dinasti
tersebut. Kemudian ketika turki mulai lemah mereka bangkit untuk melawannya.
b. Terjadinya kemajuan teknologi di barat khususnya
bidang persenjataan. Turki selalu mengalami kekalahan karena mereka masih
menggunakan senjata tradisional, sedangkan wilayah barat seperti eropa telah
menguunakan senjata yang lebih maju lagi.
[1] Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban
Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: LESFI,2002), h.127-128
[2] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban
Islam, (Jakarta:Amzah,2013), h.195
[3] Dudung Abdurrahman, sejarah Peradaban
Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: LESFI,2002), h. 128
[4] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban
Islam, Jakarta:Amzah,2013, h.195
[5] Dudung Abdurrahman, sejarah Peradaban
Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, h. 128
[6] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban
Islam, h. 195
[7] Ibid, h. 196-197
[8] Dudung Abdurrahman, sejarah Peradaban
Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, h. 128
[9] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban
Islam,h. 196
[10] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam
Dirasah Islamiyah II, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008, h. 130
[11] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam
Dirasah Islamiyah II, h.130-131
[12] Ibid, h.131-132.
[13] Dudung Abdurrahman, sejarah Peradaban
Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, h. 130
[14] Ibid, h. 130-131
[15]
http://feryntina.blogspot.com/2013/04/sejarah-peradaban-islam-turki-usmani.html.
[16] Dudung Abdurrahman, sejarah Peradaban
Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, h.129
[17]
http://jungpasir27.blogspot.com/2013/10/makalah-sejarah-peradaban-islam-masa.html
[18] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam,
Bandung:Pustaka Setia, 2008, h. 250-251
[19] Ibid, h. 251-253
[20]Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam
Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996),h.255-257
0 komentar:
Posting Komentar