Minggu, 25 Mei 2014

KONSEP DOSA

Standard
KONSEP DOSA
Dosen Pembimbing:
Dr. H. Abd. Syakur, M.Ag
Disusun oleh kelompok VII
    4 BKI C1
                   Idlan Farid Bin Noor Iskandar       (B03212060)
                   Rahmawati                                        (B03212020)
                   Nailin Nuha Salsabila                      (B33212049 )  
 
 BAB II
PEMBAHASAN

A.      Definisi Dosa
       Dosa adalah segalah sesuatu yang merupakan sebab utama dari kesengsaraan manusia. Perbuatan dosa sudah jelas – jelas dilarang dalam hukum agama karena mengandung bahaya, baik bagi pelakunya maupun bagi korban. Efeknya bisa mengenai kesehatannya, akalnya, pekerjaannya, bahkan bisa jadi menimpa orang banyak: chaos di masyarakat, kresahan, saling mencurigai, dan sebagainya.[1]
       Perbuatan dosa akan mendatangkan kemurkaan Allah SWT. Dia, dengan kemurkaan-Nya akan menurunkan siksaan terhadap umat manusia pelaku dosa – dosa, di dunai maupun di akhirat. Dalam hal ini al-Quran mengistilahkan perbuatan dosa yang mengakibatkan turunnya siksaan Allah itu dengan istilah yang berbeda dan bermacam – macam, di antaranya[2]:
  1.  Ma’shiyah : Pembangkangan atau keluar dari peritah Tuhan. Kata ini menjelaskan bahwa manusia sudah keluar dari batas abdi Tuhan (‘ubudiyyah) jika melakukannya. 
  2.  Al- Khatiah (penyelewengan) Yaitu melakukan perbuatan dosa yang dilakukan secara sengaja.[3] 
  3.  Al-Dzanb (perbuatan salah) Yaitu seperti dosa, noda atau perbuatan maksiat lainnya kepada Allah swt. 
  4.  Al-Itsm (perbuatan dosa) Yaitu dosa, dan ada juga yang mengatakan bahwa Al-Itsm adalah perbuatan yang tidak dihalalkan (haram). 
  5.  Jurm : Harfiahnya memetik (melepaskan) buah dari pohonnya, atau berarti rendah. Kata jarimah berasal dari kata ini. Jurm adalah perbuatan yang melepaskan atau menjatuhkan manusia dari tujuan, proses penyempurnaan, kebenaran dan kebahagiaan. 
  6. Fisq : Pada asalnya berarti keluarnya dari ketaatan dan pengabdian kepada Tuhan. Seperti pecahnya kulit kurma, pendosa dengan perbuatannya ini memecahkan benteng perlindungan Tuhan, sehingga ia akhirnya tidak dijaga sama sekali. 
  7. Munkar : Berasal dari kata inkar yang berarti tidak kenal atau ditolak, karena dosa ditolak oleh fitrah dan akal sehat. Akal dan fitrah menganggapnya asing dan jelek. 
  8. Maksiat : Perbuatan durhaka (asha) kepada Allah Swt. Perbuatan maksiat bisa berupa menolak melaksanakan perintah Allah Swt atau melanggar larangan-Nya. Seperti contohnya, orang tidak mau melaksanakan kewajiban Sholat, kewajiban shaum Ramadhan, dan kewajiban membanyar zakat. Perbuatan melanggar larangan Allah Swt seperti perbuat melanggar larangan Allah Swt seperti melanggar larangan mencuri, larangan merampok, larangan berzina, larangan minum – minuman keras dan memakai narkoba, larangan membunuh, larangan memakan riba, larangan mensekutukan Allah Swt dengan sesuatu yang lain.[4] 
  9. Wizr : Berarti beban. Kebanyakan disebutkan perihal orang yang menanggung atau memikul dosa orang lain. Wazir (perdana menteri) adalah orang yang mempunyai beban dn tugas yang berat. Pendosa adalah orang lain yang memikul beban berat pada pundaknya sendiri.
Dari keterangan di atas tadi jelaslah bahwa perbuatan dosa akan menumbuhkan suasana kegelapan hati bagi pelakunya. Sedangkan apabila hati telah gelab lantaran kepekatan noda dan dosa, maka hati akan semakin keras dan semakin jauh dari Allah SWT. Serta akan semakin susah untuk menerima ilmu pengetahuan. Dengan demikian, keadaan seperti itu akan menjadi sumber bencana atau kejahatan di dalam tubuh diri masyarakat. Akibatnya, si pelaku dosa akan mendapatkan kerugian yang besar baik dunia maupun di akhirat. Dan bukan hanya itu, pelaku dosa pun tidak akan mampu kembali seperti semula tanpa adanya penyesalan dan niatan untuk meninggalkan serta ia maubertaubat dan istighfar.
Dalam hal ini Rasulullah bersabda :
“sesungguhnya apabila seorang mukmin melakukan perbuatan dosa, maka hatinya ternoda oleh titik hitam. Apabila ia mau ia mau bertobat dan tidak akan mngulangi perbuatan dosa lagi serta melakukan istighfar, maka hatinya akan menjadi bersih kembali. Maka apabila berbuat tambah dosa, titik hitamnya juga tambah. Titik htam itulah yang dimaksud di dalam firman Allah : Sekali – kalitidak (demikian) sebenarnya yang mereka lakukan membuat noda hitam dalam hatinya. (HR.Ibn Mjah dan Imam Ahmad).”
Sebagaian Ulama mengklasifikasika antara dosa – dosa besar dan dosa – dosa kecil, “apabila kita ingin mengetahui perbedaan antara dosa – dosa besar dan dosa – dosa kecil, maka bandingkanlah kerusakan yang diakibatkan dari dosa – dosa trsebut dengan dosa besar yang sudah ada nashnya. Apabila pada kenyataanya kerusakan yang ditimbulkan itu hanya sedikit, maka yang demikan adalah dosa kecil. Tetapi kerusakan yang diakibatkan itu sebanding atau lebih besar, maka yang demikain itu adalah besar.” Hati – hatilah kamu terhadap dosa kecil, karena apabila sering dilakukan oleh seseorang, maka psti akan merusaknya (akan menjadi dosa besar). (HR.Imam Ahmad).
Termasuk di antara ajaran al-Quran yang agung ialah ajakan kepada manusia agar meningglkan dosa – dosa di dalam batin, yaitu dosa – dosa yang tidka terlihat oleh orang lain, seperti memiliki sifat demdam, hasud dan lain – lain sebagainya. Di samping itu dosa dosa lahirinya yang dapat terlihat oleh orang lain dan sekaligus dirasakannya. Namun demikian, menjauhi dsa – dosa ini akan mengantarkan seseorang kepada derajat yang luhur, sempurna dan memiliki akhlak yang terpuji.
Didalam hadits Rasulullah menanggapi maslah tersebut diantaranya:
“perbuatan baik adalah suatu perbuatan yang membuat jiwa tentram dan hati menjadi tenang. Dan perbuatan dosa adalah perbuatan yang menjadikan jiwa guncang dan hati gusar, sekalipun kamu mendapatkan petuah dari ahli fatwa (mufti)”. (HR. Imam Ahmad).
       Dosa merupakan perbatan yang benar – benar sangat dilarang oleh agama. Bahkan bukan hanya agama islam tapi juga agama – agama yang lain pun melarangnya. Karena ugikan diri sendiri tapi juga dapat merugikan orang lain. Memang setiap orang asti perah melakukan dosa sekecil apapun dosa yang dilakukannya, baik itu di sengaja maupun yang tidak disengaja. Dalam hal ini Iman Khumaini menyebutkan bahwa :
  1. (dosa – dosa besar) adalah dosa – dosa yang tertulis dalam al-Quran dan diriwayatkan untuk memberikan ancaman (atas pelakunya dengan) siksaan api neraka. 
  2. Dosa – dosa yang dilarang oleh syariat atau huku – hukum agama. 
  3.  Adanya dalil- dalil yang menunjukan bahwa dosa tersebut lebih besar dari dosa – dosa lainnya, seperti syirik, munafik, kufur, dll. 
  4. Akal yang menghukumi bahwa dosa tersebut adalah dosa besar. 
  5. Dalam pandangan kaum muslimin, berdasarkan hukum Allah, al-Quran dan hadis, telah ditetapkan bahwa dosa tersebut termasuk diantara dosa – dosa besar. 
  6. Terdapat penjelasan dari Rasulullah Saw. Dan para Imam bahwa perbuatan tersebut termasuk di antara dosa – dosa baesar yang harus dihindari. 
  7. Dari keenam macam tolak ukur dosa – dosa besar tersebut, mak dapat disimpulkan bahwa segala perbuatan apapun yang jelas – jelas dapat mengakibatkan dampak negatif maka itu adalah dosa, baik dosa kecil maupun dosa besar, tergantung damapk yang diakibatkan.
B.       Buruk Niat, dan Dosan dan cara Menghentikan Tindakan Ketika Bermaksud Melakukan Kejelekan[5]                                                                           
          Islam menganggap niat buruk sebagai dosa, meskipun nantinya niat itu tidak terealisasikan. Oleh karena itu, orang yang rela dengan kondisi sosial yang jelek, juga termasuk golongan orang yang yang berbuat jelek, walaupun dia tidak ikut berperan dalam membuat kondidi sosial seperti itu.                                                                                    Telah kami sebutkan bahwa sesungguhnya Islam dalam mendidik umatnya, ia menyentuh kedalaman jiwa manusia sehingga mencapai akar – akar penyimpangan. Oleh sebab itu, Islam melarang niat yang buruk, maksud yang tidak baik sebagai dosa, walaupun niat dan maksud tersebut tidak sempat terlaksanakan. Dalam hal ini, ada beberapa pendapat fuqaha, yang dapat kemukakan secara ringkas berikut ini :
  1. Niat yang kuat disertai keinginan untuk melakukan dosa, kemudian dilaksanakan, adalah haram. Adapun niat yang terbesit di dalam pikiran yang kadang – kadang tidak disertai dengan keinginan untuk melakukannya , tidak termasuk dosa. Pendapat ini dikemukakan oleh al-‘allamah Al-Hilli dalam buku Syarh Al-Tajrih. 
  2. Tidak diragukan lagi bahwa niat seperti itu adalah dosa. Akan tetapi, sesungguhnya dosa adalahdosa yang diampuni. Pendapat seperti inilah yang dipilih oleh Syaikh Al-Baha’i. 
  3. Sesungguhnya maksud untuk melakukan suatu dosa adalah dosa, hanya saja tidak ada sanksi atasnya. 
  4. Maksud hadis itu ialah bahwa orang yang memiliki keinginan untuk melakukan dosa, tetapi dia membatalkan niatnya, dan menyesali atas apa yang dia inginkan. Ini merupakan pendapat Syaikh Al-Anshari dalam buku Al-Fara’id.
 Hakikat Dosa                                                                                                                                     Dosa dalam bahasa Arab disebut itsm dan ‘ishyaan. Dosa dengan pengertian ini memiliki makna berpaling dari perintah tuan, melakukan kesalahan dan kelalaian. Seorang pendosa itu tidak mengikuti akalnya tapi justru mengekor kepada syahwat dan amarahnya dan ketika itu mungkin saja ia terjerambab ke dalam suatu perbuatan dosa dan ketika itu juga ia telah berkhianat kepada dirinya sendiri. Dosa merupakan perangkap setan dimana agian dalamnya adalah api dan bagian luarnya itu disertai dengan rasa nikmat dan keinginan syahwat yang sifatnya spontanitas membuat orang lalai terlena dan tenggelam bahwa balasan siksa Ilahi tengah menantinya.

Efek dan Pengaruh Dosa                                                                                                                 Dosa memiliki efek – efek negatif, baik yang sifatnya pribadi maupun sosial. Efek dan pengaruh negatif dosa yang sifatnya personal di antara adalah: kebebalan dan kekerasan hati dan hilangnya peluang untuk menerima dan memperoleh ajaran dan rahasia – rahasia Tuhan, menjadikan hati sebagian sarang dan pusat bertengger para setan, menjadi hijab dan penghalang dari mengenal diri dan Allah Swt, menghilang rasa nikmat ketika bermunajat atau berdoa, tidak dikabulkan ibadah – ibadah, membuat manusia mengingkari akan adanya hari kiamat dan balasan atau imbalan berupa kenikmatan di akhirat.                                     Efek dan pengaruh negatif dosa yang sifat sosial di antaranya adalah: Menyebabkan kemunduran dan keterbelakangan masyarakat, meskipun secara lahiriah nampak mengalami kemajuan, namun dibelenggu oleh berbagai macam persoalan – persoalan seperti  kerusakan akhlak dan etika, mengantarkan nilai – nilai kemanusiaan itu menuju sebuah kehancuran dan kepunahan.
Solusi                                                                                                                                                  Ada beberapa solusi yang dapat disodorkan di sini di antaranya:                            
a.         Taubat dan istidfar : taubat brmakna kembali keharibaan Allah Swt disertai niat dan tekad untuk meninggalkan perbuatan dosa. Taubat ini sendiri beberapa tingkat.
b.        Mengingat-ingat dosa yang dilakukan.
c.         Mengingat Allah Swt.
d.        Adanya Keinginan dan kehendak manusia.

Dampak dan Efek Negatif Dosa                                                                                                      Efek ataupun dampak negatif dosa itu dibagi menjadi dua bagian, yaitu dampak negatif pada pribadi dan pada sosial masyarakat.


Dampak dan efek negatif dosa yang sifatnya pribadi
  1. Sejatinya dosa itu merupakan kotoran dan bercak yang menodai ruh dan jiwa. Akibat dosa, manusia tidak lagi merasakan nikmatnya yidur yang diselingi dengan mimpi – mimpi indah berupa makrifat dan penetahuan dan juga tidak memiliki kondisi baik ketika terjagasehingga ia bisa menemukan dan menyerap ilmu – ilmu hakikat dan mengajarkannya secara benar kepada orang lain. Oleh karena itu, kalau ruhdan jiwa telah dijejali noda dan menjadi gelap maka betapa banyak rahasia – rahasia yang tidak bisa diraih dan dicapainya. Allah Swt menjadi ruh dan jiwa sebagai sumber ilham dan bersumpah dengan menyebutnya. Seorang yang dikatakan pesuluk adalah sedikit berbicara dan menjaga makanannya, dengan inilah ia dapat mendengar suara ilham – ilham Ilahi, karena seseorang hedak mendengar suara dari dalam dirinya maka ia harus diam dan tidak berbicara.[6] 
  2.   Ketika seseorang berada di bawah wilayah atau pengawasan setan dan menerima bisikan – bisikannya lalu beramal sesuai dengan bisikan – bisikan tersebut, maka secara bertahap hatinya akan mnjadi pusat berdiam dan hunian setan, sedemikaian sehingga setan menjadi pelayannya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam beberapa Al- Qur’an.[7] Hati manusia pendusta dan pembohong menjadi sarang kediaman para setan. Namun seseorang yang dalam masalah – masalah ilmiah sangat amanah dan menepati janji dan juga dalam maslah – masalah harta dan ilmiah, amanah dan terpercaya, maka hatinya teraga dan terpelihara dari sasaran tembak setan.[8]Dosa, merupakan hijab dan penghalang untuk mengenai diri dan jiwa. Akibat dosa, manusia dapat melupakan Allah Swt dan kelalaian ini adalah hijab yang dapat menjadi pengahalang dari enganal diri dan jiwa dan tidak membiarkan orang tersbut mengenal dirinya.[9] Kalau ada seseorang yang menjerumuskan dirinya dalam kerusakan dan maksiat, maka ia telah menjatuhkan wujud dirinya itu untuk selamanya. Ia mengikat dirinya sendiri dan tidak ada satu pun yang bisa melepaskan ikatan tersebut, meski harus dibakar dengan api neraka, karena meskipun api itu punya kekuatan untuk melelehkan besi, namuan kalau besi itu adalah api itu sendiri, yaitu apai yang berbentuk besi, maka tak ada satupun yang bisa melelehkannya (api melelehkan api yang berbentuk besi adalah sesuatu yang mustahil).[10]

Efek dan Dampak negatif dosa yang sifatnya sosial kemasyarakatan
       Dosa menyebabkan kejumudan dan keterbelakangan masyarakat. Tingkat kriminalitas dan kejahatan semakin bertamah dan juga dengan melihat reaksi yang dimilikinya, dosa dapat mengacaukan seluruh aktifitas orang – orang aktif di masyarakat Barat, orang – orang pendosa dan kriminalitas umumnya berasal dari kalangan ke bawah masyarakat dan mereka kehilangan posisi sebagai makhluk sosial.

Penyembuhan yang Dilakukan Islam
  1. Islam menyembuhkan penyakit sebelum terjadinya penyakit itu sendiri. Islam menjauhkan manusia dari tempat – tempat kejahatan dan menjaganya agar tidak terjerumus dalam penyakit – penyakit jiwa itu. Bahkan Islam mencegah agar umatnya tidak sampai memikirkan tentang dosa itu. Sebetulnya Islam juga melarang manusia untuk bergaul dengan orang – orang yang sudah tercemari kejahatan agar dia tidak tertular penyakit tersebut. 
  2. Islam memusatkan perhatian pada pengukuhan mantra iman dalam jiwa, agar menjadi landasan yang kuat dan tangguh, dimana keimanan itu mampu melibas setiap keresahan dan kegalauan. Allah Swt berfirman : (yaitu) orang – orang yang beriamna dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram. (QS 13:28). 
  3.  Islam mengarahkan manusia agar merenungkan diri (dzat)-nya seperti yang dilskukan oleh para dokter ahli jiwa dalam menyembuhkan para pasien. Barangkali, anjuran Islam untuk berpikir adalah bertitik tolak dari sini. Dalam sebuah hadits disebutkan : “Barangsiapa mengenali dirinya, maka dia juga mengenali Tuhannya.” “Berpikir sesaat lebih baik daipada ibadah setahun, atau tujuh puluh tahun.” 
  4.  Islam membuka pintu tobat dan ampunan selebar – lebarnya di depan manusia pendosa, bagaimapun besarnya dosa itu, agar supaya dosa itu tidak berubah melilit manusia dan mengubah manusia menjadi sakit jiwanya.
Allah Swt berfirman :
“Dan (juga) orang – orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganianya dir sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa – dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejihnya itu.....”(QS 3:135)
Sikap Islam terhadap Para Pendosa                       
   Islam sebenarnya memiliki arah untuk menyembuhkan orang – orang yang pendosa. Islam menetapkan patokan – patokan yang lazim bagi penyembuhan ini, dan mencegah penularan penyakit tersebut kepada orang – orang lai. Demi menjaga keberhasilan lingkungan sosial dalam melakukan penyembuhan tersebut, Islam melarangkan seseorang karena dosa yang dilakukan nya.Demi menjaga keberhasilan lingkungan sosial dalam melakukan penyembuhan tersebut, Islam melarangkan seseorang karena dosa yang dilakukan nya.Demi menjaga keberhasilan lingkungan sosial dalam melakukan penyembuhan tersebut, Islam melarangkan seseorang karena dosa yang dilakukan nya.[11]                                                     
     Dari Imam Ja’far Al-Shadiq diriwayatkan: “jika terjadi penghinaan antara kamu dan saudaramu, maka janganlah engkau menghinanya karena dosa yang telah dilakukannya”[12]
       Diriwayatkan dari Rasulullah saw. Bahwa beliau bersabda: “jika pembantu salah seorang dintara kamu melakukan perzinaan, maka hendaklah dia dihukum cambuk sesuai ketentuannya, dan janganlah dia dipermalukan”[13]                                        
     Islam mengharuskan kita berhati – hati dalam membersikan reaksi terhadap penghinaan dan tindakan yang mempermalukan kita. Iamam Ali a.s mengatakan: “Sikap berlebihan dalam penghinaan malah akan membakar api yang menyala.”[14]                                
     Imam Ai a.s juga mengatakan: “Jauhilah sikap yang seringkali menghina, karena sesungguhnya hal itu akan mempermudah berbuat dosa dan menghina orang lain.”[15]
Akibat – akibat Dosa yang Pling Berbahaya
       Dalam hal ini akan membicarakan akibat – akibat yang paling berbahaya, yaitu bahaya yang membuat kita jauh dari ajaran – ajaran agama dan penyimpangan dari garis yang telah ditentuka oleh risalah Muhammad. Itulah bahaya yang paling besar, karena akan menghancurkan kepribadian manusia, dan menghilangkan nilainya yang sempurna dan tinggi, yang pada gilirannya akan mengubahnya menjadi maujud yang tidak mampu memainkan perannya di muka bumi ini. Dan oleh karena itu pula akan mengalami kerugian yang sangat besar.
       Allah Swt berfirman :
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar- benar berada dalam kerugian, kecuali orang – orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat – menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran” (QS 95:1-6).
       Umat yang berjalan di atas garis ketentuan Allah akan menjadi umat yang paling baik, karena dia menjaga keseimbangan dan keadilan pada manusia, serta menjaga agar tetap bertindak adil. Ebaliknya, bila umat itu menyimpang dari jalan-Nya, dia akan menjerumuskan manusia kepada kecelakaan, kerusakan, peperangan, dan tragedi yang amat mengenskan.
       Iman kepada Allah menciptakan keseimbangan dalam diri manusia, yang tidak pernah bisa dilakukan ole mazhab pemikiran manusia mana pun. Iman dapat menciptakan kekuatan pada siri manusia untuk berjalan di atas jalur yang benar, adil, dan membangun. Inilah hakikat yang diungkapkan oleh hadits Imam Al-Baqir a.s., di mana beliau mengatakan: “la, maka dia tidak akan merlakan dirinya untuk melakukan dosa dan kebatilan. Dan apabila dia marah, maka kemarahannya tidak akan mengeluarkan dirinya dari ucapan yang benar. Jika dia mampu, maka kemampuannya tidak akan mengeluarkannya kepada hal yang tidak benar.”[16]
       Itulah nilai tambah iman pada diri manusia yang diberikan kepada manusia yang tegar, sabar, dan mau berkurban untuk jalan Allah Swt, dan kemaslahatan umum.
       Dimana ada iman, maka disitu ada pula keadilan, ketaqwaan, kejujuran, dan kebanaran. Di mana ada kekefiran, maka disitu ada pula kezaliman, kekerasan, kebohanngan, dan penipuan.
       Dari sini kita pahami bahwa bahaya yang mengancam umat manusia adalah bila kita jauh dari keimanan terhadap Allah Swt. Dapat kita fahami pula sejauh mana dosa yang dapat menyebabkan manusia kepada kekefiran dan penyimpangan dari jalan Allah Swt.
 
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah jawadi Amuli, Mabadi Akhlaq dar Qur’an.
Hamka, Pribadi Muslim. Jakarta: Sari Agung, 1986.
Jamaluddin Ancok, Paradigma Psikologi Islam. Jakarta: Bulan Bintang
Sayyid Hasyim RM. Akibat Dosa, Makna dan Pengaruhnya atas Kehiupan Manusia. Bandung: Pustaka Hidayah, 1996.
Tb Asep Subhi & Ahmad Taufik, 101 Dosa –Dosa Besar. Jakarta: Qultum Media, 2004.
 

[1] Tb Asep Subhi & Ahmad Taufik, 101 Dosa –Dosa Besar. Qultum Media. Jakarta 2004.
[2] Syyid Hasyim RM. Akibat Dosa, Makna dan Pengaruhnya atas Kehiupan Manusia. Pustaka Hidayah. Bandung 1996.
[3] Tb Asep Subhi & Ahmad Taufik, 101 Dosa –Dosa Besar. Qultum Media. Jakarta 2004.
[4] Majalah Suara Islam. Edisi 28 Maret 2012.
[5] Syyid Hasyim RM. Akibat Dosa, Makna dan Pengaruhnya atas Kehiupan Manusia. Pustaka Hidayah. Bandung 1996.
[6] Abdullah Jawadi Amuli, Marahil –e Akhlaq dar Qur’an. Hal 155-159.
[7] “Apakah Aku beritakan kepadamu, kepada siapa setan – setan itu turun? Mereka turun kepada tiap – tiap pendusta lagi yang banyak dosa.” (Qs. Syu’ara [26]: 221-222).
[8] Abdullah jawadi Amuli, Mabadi Akhlaq dar Qur’an, hal 112.
[9] “setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah. Mereka itulah golongan setan. Ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan itulah golongan yang merugi.” (Qs. Al- Mujadalah [58]: 19).
[10] Abdullah jawadi Amuli, Mabadi Akhlaq dar Qur’an, hal 235-236.
[11] Al- Bihar, 73:386.
[12] Al-Mustadrak, 2: 105.
[13] Majmu’ah wa Rama, 1:58.
[14] Tuhaf Al-‘Uqul, 8.
[15] Ghurar Al- Hikam, hlm. 278.
[16] Al-Kafi, 3:330.

0 komentar:

Posting Komentar