MAKALAH
KONSEP MUSLIM MENYIMPANG dan MUSLIM PATOLOGIS
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
“PATOLOGI
MUSLIM”
Pembimbing
:
Dr. Abd. Syakur, M.Ag
Disusun Oleh :
Dyah Ekawati Putri B53212090
Meyta Dewi Anngarwati B03212015
Afif Bin Ali B43212058
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Patologi, Deviasi dan Muslim.
Sebelum membahas mengenai konsep muslim yang menyimpang
dan patologis, terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai pengertian deviasi
(penyimpangan), patologis (penyakit), serta Muslim secara sederhana.
Patologi
merupakan ilmu yang mempelajari
penyakit, meliputi pengetahuan dan pemahaman dari perubahan fungsi dan struktur
pada penyakit. Patologi bertujuan utama untuk
mengidentifikasi sebab suatu penyakit, untuk program pencegahan suatu penyakit. Maka yang
patologi secara harfiah adalah biologi abnormal, studi mengenai proses-proses
biologic yang tidak sesuai, atau studi mengenai individu yang sakit atau yang terganggu atau abnormal.
Deviasi atau penyimpangan dimaksudkan sebagai tingkah
laku yang menyimpang dari kecenderungan umum atau ciri karakteristik rata-rata
dari masyarakat kebanyakan.[1]
Definisi muslim itu sendiri ialah orang yang memeluk
agama Islam, dengan penuh ketaatan terhadap Tuhan dalam mengamalkan
kewajibannya sebagai seorang mukmin. Namun kita perlu berhati-hati terhadap
batasan definisi muslim, sebab sering ditanyakan tentang, “apa yang dimaksud
dengan muslim itu ?”. Secara reaktif seseorang akan menjawabnya dengan berbagai
versi. Apabila disimpulkan, pada umumnya mereka menjawab :
1.
Muslim
ialah orang yang tunduk dan patuh kepada Tuhan
2.
Orang
yang menjalankan perintah dan menjauhi larangan Tuhan
3.
Orang
yang bersyahadat
Dari jawaban tersebut kita lihat betapa tidak speifiknya
cara mereka membuat suatu pendefinisian. Mari kita ambil satu statement mengenai
definisi muslim yaitu orang yang tunduk patuh kepada Tuhan atau kita seingkat
dengan rumus sebagai berikut :
M = O.tp.T yang berarti, M
(muslim), O (orang yang), t (tunduk), p (patuh),
T (Tuhan).
Kemudian kita tanya, seorang pendeta atau pastor, maka
dia pun akan menjawab sama, “oh...saya juga orang yang tunduk patuh kepada
Tuhan”, sehingga mereka pun memenuhi persyaratan yang sama seperti seorang
muslim yaitu :
P = O.tp.T dan muslim juga = O.tp.T, maka “pendeta = muslim” .?
Otomatis seseorang akan memberikan reaksi tidak setuju,
padahal apabila kita konsekuen dengan penjabaran matematis di atas, kiranya
tidak ada yang salah, memenuhi premis jalan berpikir logis.
Mengingat hal tersebut maka terdapat suatu pendefinisian
yang sederhana tetapi cukup spesifik dan tidak mungkin terjadi overlapping atau
garis singgung, yaitu bahwa yang dimaksudkan Muslim ialah orang yang secara
konsekuen bersikap hidup sesuai dengan ajaran Qur’an dan Sunnah. Dapat
dirumuskan dengan :
M = SK, Q & S dengan rumusan
ini terhindar dari kesimpulan yang salah. Tidak mungkin Pastor atau Pendeta itu
bersikap hidup berdasarkan Qur’an an Sunnah karena mereka mempunyai kitab suci
serta referensi yang berbeda secara spesifik.[2]
B.
Konsep
Muslim Menyimpang dan Muslim Phatologis
Konsep muslim yang menyimpang dan phatologis ini
merupakan kebalikan dari konsep muslim ideal. Identitas diriya memang
menyandang nama Islam namun memiliki kepribadian yang menunjukkan bahwa dia
bukanlah seorang muslim.
Muslim yang menyimpang telah terlepas dari ciri-ciri
muslim ideal atau dapat dikatan sebagai mukmin (muslim yang ideal), sehingga
ciri-ciri atau sifat-sifat mukmin yang tersebut dalam Al-Qur’an dikategorikan
juga sebagai ciri-ciri muslim yang ideal, sebagai berikut :
Dalam al-Qur’an surah al-Anfal ayat 2 sampai 4:
ٱلۡحَمۡدُ
لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٢ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ٣
Artinya :
2. Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah
mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka,
dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenaNYA ), dan
hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
3.
(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari
rezki yang Kami berikan kepada mereka.
4.
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat
ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rizki (nikmat) yang mulia.
Allah menjelaskan
5 sifat orang mukmin yaitu :
1.
Bergetar
hati mereka ketika disebut nama Allah
2.
Bertambah
iman mereka ketika membaca ayat-ayat Al-Qur’an
3.
Bertawakkal
kepada Allah
4.
Mengerjakan
shalat dengan aktif
5.
Memberikan
infaq dari sebagian rizki yang telah diberi Allah[3]
Dari ciri-ciri diatas , dapatlah dijadikan ukuran suatu
penyimpangan seorang muslim ketika salah satu ciri-ciri muslim ideal tersebut
telah hilang dari dalam dirinya. Hilangnya salah satu ciri-ciri tersebut, dapat
menjerumuskan secara perlahan kepada penyimpangan yang berujung kepada muslim patologis.
Ada beberapa ayat tentang ancaman Allah bagi muslim yang
phatologi, yakni seorang yang telah beriman kemudian mengingkari keimanannya,
sebagai berikut :
1.
Surat
Ali Imron ayat 106
يَوۡمَ
تَبۡيَضُّ وُجُوهٞ وَتَسۡوَدُّ وُجُوهٞۚ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ٱسۡوَدَّتۡ
وُجُوهُهُمۡ أَكَفَرۡتُم بَعۡدَ إِيمَٰنِكُمۡ فَذُوقُواْ ٱلۡعَذَابَ بِمَا كُنتُمۡ
تَكۡفُرُونَ ١٠٦
106. pada hari
yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam
muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan):
"Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab
disebabkan kekafiranmu itu"
2.
Surat
Al-Kahfi ayat 57
وَمَنۡ
أَظۡلَمُ مِمَّن ذُكِّرَ بَِٔايَٰتِ رَبِّهِۦ فَأَعۡرَضَ عَنۡهَا وَنَسِيَ مَا
قَدَّمَتۡ يَدَاهُۚ إِنَّا جَعَلۡنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ أَكِنَّةً أَن
يَفۡقَهُوهُ وَفِيٓ ءَاذَانِهِمۡ وَقۡرٗاۖ وَإِن تَدۡعُهُمۡ إِلَى ٱلۡهُدَىٰ فَلَن
يَهۡتَدُوٓاْ إِذًا أَبَدٗا ٥٧
Artinya :
Dan siapakah yang lebih
zalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya lalu
Dia berpaling dari padanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua
tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka,
(sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (kami letakkan pula) sumbatan di
telinga mereka; dan Kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya
mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya.
3.
Surat
Yasin ayat 63-64
هَٰذِهِۦ
جَهَنَّمُ ٱلَّتِي كُنتُمۡ تُوعَدُونَ ٦٣ ٱصۡلَوۡهَا
ٱلۡيَوۡمَ بِمَا كُنتُمۡ تَكۡفُرُونَ ٦٤
Artinya
:
63. Inilah Jahannam yang dahulu kamu diancam
(dengannya).
64. Masuklah ke dalamnya pada hari ini
disebabkan kamu dahulu mengingkarinya.
Dari ketiga ayat diatas, dapatlah disimpulkan bahwa orang
kafir sesudah beriman akan menerima siksaan yang pedih (neraka jahannam),sebaliknya
orang yang beriman dengan sebenar-benarnya akan memperoleh pahala yang besar
disisi Tuhannya (surga firdaus).[4]
Konsep hidup muslim yang menyimpang, selain merugikan
dirinya sendiri juga merugikan orang lain. Dan selain merugi di dunia dia juga
akan merugi di akhirat.
Kehidupan
muslim yang menyimpang tidak terkonsep , diantaranya :
1.
Tidak sadar akan waktu. Pribadi muslim adalah
tipikal manusia yang sangat sadar akan waktu. Terasa dirinya didera dan di buru
oleh sang waktu karena dengan hanya
memanfaatkan dan menjadikan waktu sebagai tolak ukur, maka hidupnya akan
terarah. Betapa kegagalan manusia, karena tidak menyadari betapa besarnya
peranan waktu, yang harus di dayagunakan secara optimal. Bahkan hanya dengan
membuat tareget waktu perjalanan sukses atau gagal seorang muslim dapat diukur.
Maka tidak ada waktu yang terbuang sia-sia, dan kita akan terhindar dari
ghibah, mencela orang lain dan lain sebagainya.
2.
Tidak
consistence (istiqamah). Mudah goyah atau menyimpang dari perjalanan, seorang
muslim adalah manusia yang konsisten atau istiqamah dalam memperjuangkan
cita-citanya, maka dalam konsisten inilah dia bekerja dengan penuh keyakinan
(confidence).[5]
3.
Tidak
memiliki tujuan hidup yang jelas. Muslim seperti ini memang secara fisik dia
hidup akan tetapi dia mati. Dia tidak mengerti untuk apa dia hidup dan
bagaimana dia hidup, serta apa yang dia ingin raih , sehingga akan mudah
terpengaruh dalam suatu penyimpangan yang menyesatkan. Tujuan hidup manusia
berbeda-beda satu sama lain, tujuan hidup dan pelaksanaan hidup itulah yang
akan menentukan nilai martabat dan tingkah laku seorang manusia. orang islam
dengan hidayah dan rahmat-NYA telah
dibimbing bertujuan hidup sesuai firman Allah dalam Qur’an surah ( Al-Baqarah
ayat 21, Al-Bayyinah ayat 5, Adz-Dzaariyat ayat 56) dan hadits Nabi : “takwalah
(berbaktilah) kepada Allah dimana saja engkau berada. Dan iringilh kejelekan
dengan kebaikan, nisacaya terhapus kejelekan itu. Dan bergaullah dengan manusia
dengan tingkah laku yang baik.” (Ahmad dan Turmuddzi).[6]
4.
Tidak
memiliki visi dan misi dalam hidupnya. Visi seorang muslim harus jelas dan
transparan, karena visi ini mencakup seluruh nilai dan penilaian diri kita atas
eksistensi diri kita ditengah-tengah pergaulan manusia, maka setiap pribadi
muslm harus secara jelas menyadari arti dan makna ada. Arti ada bukanlah hanya
sekedar kesadaran fisik atau bukan pula seperti yang dikatakan oleh Descartes,
dengan ucapannya yang sangat terkenal itu, cogito ergo sum – aku berpikir maka
aku ada. Akan tetapi arti ada (being) keberadaanya harus dikaitkan dengan
mewujudkan pikiran perasaan dan keyakinannya melalui sebuah tindakan. Sedangkan
misi seorang muslim adalah menjadikan dirinya penuh arti, bagai pohon kelapa
yang tidak ada satupun dari struktur anatomi pohon kelapa itu tersia-sia.[7]
5.
Tidak
berjiwa amanah. Dalam hal amanah terdapat tiga hal yag berhubungan, yaitu pihak
yag memberi amanah, hal yang diamanahkan, dan pihak yang menerima amanah. Hal
tersebut berlaku sama, baik dalam lingkup sederhana atau kecil maupun lingkup
besar. Jadi, jiwa yang amanah menurut konsep Al-Qur’an adalah jiwa yang tidak
jujur, tetapi juga teguh untuk mengemban kepercayaan yang diberikan kepadana,
serta menyadari segala amanah yang diterimanya berasal dari Allah. Allah-lah
yang pada hakikatnya mengangkat seseorang memperoleh kedudukan, derajat
pangkat, jabatan dan apa pun dalam kehidupan dunia. Maka setiap muslim harus
menanamkan jiwa amanah dalam dirinya, karena penyimpangan terjadi karena
ketidakamanahan kita, misalnnya korupsi dan sebagainya.[8]
Beberapa konsep kehidupan muslim yang menyimpang diatas
merupakan sebagiann kecil dari sebagian banyaknya konsep muslim yang menyimpang
dari agama yang merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Jadilah seperti
orang yang merasa ketinggalan atau kehilangan sesuatu apabila kehidupannya
tidak memberikan arti bagi diri dan lingkunan. Sesuatu yang hilang itu harus
segera dikejar dan dicari dengan segala daya dan ikhtiar. Pada dasarnya hidup
adalah pertandingan dimana setiap pribadi muslim harus selalu keluar sebagai pemenang.
DAFTAR PUSTAKA
Ahyadi, Abdul Aziz. 2005 .
Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila,. Cet V. Bandung : Sinar Baru Algesindo
Albaar, Ragwan.. 20017. Patologi Muslim. Surabaya: Dakwah
Digital Press
Asyari, Imam. 1988. Patologi Sosial . Surabaya: Usaha
Nasional
Mujib, Abdul. 2007. Kepribadian dalam
Psikologi Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Nawawi, Ri’fat Syauqi. 2011. Kepribadian Qur’ani. Jakarta : Sinar
Grafika
Tasmara, Toto. 1995. Etos Kerja Pribadi Muslim. Cet II. Jakarta:
Dana Bhakti Wakaf
[1]
Imam Asyari, Patologi Sosial
(Surabaya: Usaha Nasional, 1988),57
[2]
Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi
Muslim, Cet II, (Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), 155-157
[3]
Ragwan Albaar, Patologi Muslim, (Surabaya:
Dakwah Digital Press, 2007), 19 -21
[4]
Ibid, Hal 27-28
[5]
Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi
Muslim, Cet II, (Jakarta: Dana Bhakti
Wakaf, 1995), 143
[6]
Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi
Agama Kepribadian Muslim Pancasila, Cet V, (Bandung : Sinar Baru Algesindo,
2005), 120
[7]
Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi
Muslim, Cet II, (Jakarta: Dana Bhakti
Wakaf, 1995), 149
[8]
Rif’at Syauqi Nawawi, Kepribadian
Qur’ani, (Jakarta : Sinar Grafika, 2011), 91
sangat mwmbantu. xixixi
BalasHapussalam BKI UINSA
Ingin Cari Kaos Dakwah Terbaik, Disini tempatnya:
BalasHapusKaos Islami Dakwah
Mau Cari Bacaan Cinta Generasi Milenia Indonesia mengasikkan, disini tempatnya:
Hati yang Tulus Tak Bisa Direkayasa