"GEJALA
PATOLOGI MUSLIM KONTEMPORER"
BAB
II
RUMUSAN
MASALAH
A.
Muslim Ekstrimisme
1.
Pengertian Muslim Ekstrimisme
Ekstrimisme
adalah bentuk penyalahgunaan kegiatan berpolitik yang memanfaatkan kelompok
atau organisasi minoritas," kata PM Cameron.[1]
Didalam Islam”ekstrimisme” Istilah disepadanankan katanya dalam kosa kata
pemikiran Islam, yaitu ”tatharruf” atau ”ghuluw” yang berarti
berlebihan dan sikap berlebih-lebihan dalam agama, yang memang dilarang
oleh Nabi Muhammad saw.[2]
Dari rujukan
diatas bila diartikan secara bebas akan menghasilakn arti “suatu pemahaman
yang hanya berporos pada satu pemahaman
tanpa menghiraukan pemahaman yang lain”. Bila pemahaman ekstrim ini di
aplikasikan dalam Islam maka berarti “suatu pemahaman yang berporos pada satu pemahaman dan hal tersebut
dibarengi dengan pengakuan “paling benar sendiri” dan menganggap selain dari
kelompok atau gerakan dia adalah salah dan berpotensi kafir”. Sifat ektrimisme
ini bila dianut oleh sebahagian kelompok atau gerakan Islam maka hal tersebut
bisa kita kaitkan atau kita sama dengan kelompok Khawarij yang mana kita tahu
kelompok tersebut adalah kelompok yang mengaku paling benar dan menganggap
diluar kelompok mereka adalah salah dan kafir, sebab menyalahi hokum Allah.SWT.
2.
Aspek-aspek Yang Biasa Dimiliki Oleh Muslim Ekstrim
Dalam
jurnal pendidkan Islam vol.1.
Juli-Desember 1995 yang digambarkan dengan penelitian salah satu gerakan
muslim di mesir yaitu : “Jamaah al-Takfir
wa al-Hijrah”. Pada gerakan ini terdapat gambaran yang mencerminkan kaum
muslim yang berpandangan ekstrim layaknya Khawarij. Dalam jurnal tersebut
mengambil sumber dari buku “Muwajahat al-Fikr al-Mutathorrifi al-Islam”
karangan Dr.Hammid Hasan, Dr.Muhammad Abdul Adim Ali, Dr. Fatah Yahya Kamil Ahmad.
Dari
buku dan jurnal tersebut dapat menjelaskan bahwa kaum ektrim yang tergambar
pada Jamaah
al-Takfir wa al-Hijrah memiliki beberapa pendirian, diantaranya :
- Seorang muslim yang melakukan maksiyat termasuk musyrik. Karena maksyiat adalah syirik kepada Allah. Dosa kecil / dosa besar termasuk juga syirik dan segala sesuatu yang adalah dosa yang besar. Artinya setiap perbuatan adalah dosa besar dan sama kedudukannya dengan syirik.
- Setiap fadlu (kewajiban) yang diwajibkan oleh Allah merupakan syarat dalam Islam. Bila seorang muslim tidak menjalan suatu kewajiban maka dapat menghapus (pahala) seluruh kewajiban lainnya yang telah dijalankan.
- Menghukumi kafir terhadap setiap muslim yang telah menerima dakwahnya namun tidak mau mengikutinya.
- Orang-orang yang dihukumi kafir oleh jamaah tersebut maka darah dan hartanya bendanya halal.
Menurut
penyusun buku ini ada 3 fakor penyebab pemikiran ekstrim di kalangan umat Islam
yaitu :
1)
Tersebarnya
pemahaman yang keliru dalam kitab-kitab keagamaan
2)
Tidak mampu
menangkap ta’wil ayat ayat Qu ‘aniyah dengan tepat
3)
Tidak mampu
menangkap hakekat ajaran Nabi Muhammad SAW. (hal 95-126).[3]
Yusuf
Qardhawi dalam bukunya islam Ekstrem: Analisis
dan Pemecahannya
mengatakan bahwa salah ciri orang muslim ekstrim adalah Fanatik. Dan ciri-ciri
orang fanatic tersebut ada 7, yaitu :
1)
Mereka
mengulang-ulang
dalil tertentu saja, yaitu yang menopang pendapat mereka,
seraya mengabaikan dalil lain yang menentang pendapat mereka.
2)
Mereka
menyalahgunakan
dalil ‘pemisah antara yang haq dan
yang batil’, di antaranya: hadits “Yang halal itu jelas [halal] dan yang haram
itu jelas [haram].” (HR Bukhari & Muslim)
3)
Mereka
mengira
bahwa mereka tahu pasti mana yang haram dan mana yang halal
(dan bahwa orang lain yang tidak sependapat dengan mereka tidak tahu sama
sekali mana yang haram dan mana yang halal).
4)
Mereka
sering menyampaikan fatwa dan hasil ijtihad (dengan menggunakan istilah lain,
misalnya: konsultasi, tausiyah, materi tarbiyah, oase iman, dll.) dalam
persoalan-persoalan yang bukan spesialisasi mereka, tetapi justru menentang fatwa dan hasil ijtihad
ulama spesialis yang berseberangan dengan mereka.
5)
Mereka
maunya
disimak, tetapi tidak mau menyimak
6)
Mereka
bersikap
keras (dan kasar) bila pendapat mereka tidak kita ikuti.
7)
Mereka
menolak
jalan tengah.[4]
B. Muslim Radikal
1.
Pengertian
Radikalis Islam
Menurut KH.Tarmizi Taher radikal berasal dari kata radix,
radix berarati akar. Berfikir radikal berarti berfikir sampai keakar-akarnya.
Befikir sampai keakar berarati kembali pada landasan (pegangan) hidup yaitu
al-quran dan al-hadist[5].
Radikal juga berarti keinginan perubahan atau pembaharuan social politik dengan
cara kekerasan / dractis. Radikal juga konsep juang dalam mengusung perubahan
yang cenderung menggunakan kekerasan .
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ikhtiar tahun 1995
radikal berarti aliran yang menghendaki perubahan secara dractis .(kamus besar
bahasa Indonesia ikhtiar baru:1995). Dan menurut Kamus Ilmiah Populer radikal
diartikan inti perubahan .(bary,kamus ilmiah popular:1994).Jadi bila dapat
disimpulkan menjadi satu makna atau ungkapan radikal dari beberapa ungkapan
makna radikal berarti aliran atau gerakan yang menghendaki konsep juang untuk
kembali kepada landasan yang utama yang mana cenderung menggunakan kekerasan
dalam meyakinkan atau memberi pemahaman. Menurut KH.Tarmizi Taher,terdapat dua
makna asosiatif radikalisme,yaitu:
1. Radikalisme
bermakna positif mengandung pengertian tajdid (pembaharuan) dan istilah (perbaikan), suatu sepirit perubahan menuju
perbaikan.
2. Radikalisme
bermakna negative mengandung pengertian ifrath (keterlaluan) dan ghuluu
(melampui batas). jadi
radikal di kaitankan dengan keekstriman, golongan
sayap kiri, militant
serta”anti barat”.
2.
Sejarah
Radikalisme
Radikalisme adalah sebuah wacana baru yang sekarang menyelimuti
dunia politik Islam yang mana hal tersebut dijadikan tombak bagi barat agar
citra Islam semakin buruk di mata masyarakat dunia. Bukan hanya barat media
perspun seakan memberikan jalan untuk menguatkan pemahan tersebut.
Radikalisme muncul disebabkan akan kecemburuan social,
hancurnya tatanan social politik dan kemunduran dalam persaingan ekonomi global
akibat moderenisme.
Radikalisme Islam berawal dari embrio suatu gerakan yang
bernama Ikhwanul Muslimin yang mana gerakan ini banyak dilansir oleh pers barat
sebagai organisasi radikal tertua dari organisasi organisai radikal lainnya.
Perlawanan terhadap pemerintah mesir yang kala itu dan saat ini masih
diselubungi oleh konsep moderenisme dan Barat terutama Inggris menjadikan
gerakan ini sebagai tuduhan gerakan radikal Islam oleh barat dan sekutunya.
Gerakan yang berdiri pada tahun 1928 ini
didirikan oleh Hasan Al-Banna yang mana akibat munculnya gerakan ini memberikan
respon pada gerakan gerakan radikal yang seperti Gerakan perlawanan rakyat Palestina, Revolusi Islam Iran,
Partai FIS Al-Jazair, perilaku anti-AS yang dipertunjukkan Mu’ammar Ghadafi
ataupun Saddam Hussein, gerakan Islam di Mindanao Selatan, gerakan masyarakat
Muslim Sudan yang anti-AS, merebaknya solidaritas Muslim Indonesia terhadap saudara-saudara
yang tertindas dan sebagainya.
3.
Faktor Penyebab Munculnya
Radikalisme Islam
Faktor
pertama dalam radikalisme Islam adalah Sosial-Politik. Sebagaimana diungkapkan
Azyumardi Azra bahwa memburuknya posisi negara-negara Muslim dalam konflik utara-selatan
menjadi penopong utama munculnya radikalisme. Secara historis kita dapat
melihat bahwa konflik-konflik yang ditimbulkan oleh kalangan radikal dengan
seperangkat alat kekerasannya dalam menentang dan membenturkan diri dengan
kelompok lain ternyata lebih berakar pada masalah sosial-politik. Dalam hal ini
kaum radikalisme memandang fakta historis bahwa umat Islam tidak diuntungkan
oleh peradaban global sehingga menimbulkan perlawanan terhadap kekuatan yang
mendominasi.
Factor yang
keduan adalah emosi keagamaan, yang mana hal ini disebabkan penindasan pada
kaum muslim lainnya oleh penguasa lain yang memunculkan suatu statement bahwa
membela mereka kaum muslim yang tertindas adalah jihad fi sabilillah dan
memunculkan label mati syahid. Hal tersebut menuumbuhkan gerakan radikalis yang
menentang kedholiman yang dilakukan oleh sebagian penguasa dan hal tersebut
biasanya ada campur tangan barat dan hal itu yang lebih menguatkan gerakan
radikalisme ini berkobar.
Factor
ketiga, factor kultural yang mana pada factor ini bermaksud bahwa ada sebagian
kelompok atau gerakan yang ingin lepas dari kultural atau budaya setempat yang
tidak jauh dari mencerminkan nilai-nilai Islam. Sedangkan pemahaman yang lain
bahwa yang dimaksud faktor kultural atau budaya di sini adalah sebagai anti
tesa terhadap budaya sekularisme. Memang tidak bisa dipungkiri budaya Barat
telah menjalar ke sendi-sendi kehidupan muslimin dan bagi sebagian kelompok
atau gerakan yang sadar akan hal ini mereka ingin melepaskan diri sekaligus
mengajak masyarakat muslim untuk lepas dari jeratan budaya / kultur Barat yang
pada hal tersebut secara langsung dan tidak langsung memunculkan pemahaman
radikalisme.
Keempat, faktor
ideologis anti westernisme. Westernisme merupakan suatu pemikiran yang membahayakan
Muslim dalam mengapplikasikan syari’at Islam. Sehingga simbol-simbol Barat
harus dihancurkan demi penegakan syarri’at Islam. Walaupun motivasi dan gerakan
anti Barat tidak bisa disalahkan dengan alasan keyakinan keagamaan tetapi jalan
kekerasan yang ditempuh kaum radikalisme justru menunjukkan ketidakmampuan
mereka dalam memposisikan diri sebagai pesaing dalam budaya dan peradaban.
Kelima, faktor kebijakan pemerintah.
Ketidakmampuan pemerintahn di negara-negara Islam untuk bertindak memperbaiki
situasi atas berkembangnya frustasi dan kemarahan sebagian umat Islam
disebabkan dominasi ideologi, militer maupun ekonomi dari negera-negara besar.
Dalam hal ini elit-elit pemerintah di negeri-negeri Muslim belum atau kurang
dapat mencari akar yang menjadi penyebab munculnya tindak kekerasan
(radikalisme) sehingga tidak dapat mengatasi problematika sosial yang dihadapi
umat. Di samping itu, faktor media massa (pers) Barat yang selalu memojokkan
umat Islam juga menjadi faktor munculnya reaksi dengan kekerasan yang dilakukan
oleh umat Islam. Propaganda-propaganda lewat pers memang memiliki kekuatan
dahsyat dan sangat sulit untuk ditangkis sehingga sebagian “ekstrim” yaitu
perilaku radikal sebagai reaksi atas apa yang ditimpakan kepada komunitas
Muslim.[6]
C.
Muslim Fundamentalis
1.
Pengertian Fundamentalis
Secara terminologis fundamentalis
identic dengan kelompok Islam tradisional yang mana maksud dari istilah
tersebut mengerahkan gerakan Islam yang mengarah dengan kemurnian Qur’an dan
Hadis yang mana momentum tersebut respon terhadap merosotnya nilai-nilai agama
akibat kultur yang Barat-sentri.[7]
Menurut
literature, kata fundamentalis berawal dari sebuah fenomena gerakan Kristen
Protestan yang mana gerakan tersebut melawan akan moderenisasi. Namun sekarang
istilah tersebut secara luas telah digunakan oleh pelbagai elemen agama tidak
terkecuali Islam.[8]
William Shepard menolak pemakaian
kata-kata ini bagi agama Islam dengan alasan bahwa setiap istilah itu pasti
mempunyai tujuan dan arti tertentu. Sebab kata fundamentalis ini dahulunya hanya
ditujukan kepada orang Kristen Protestan yang percaya kemutlakan kebenaran
Alkitab. Hal ini tidaklah relevan dengan Islam, sebab dalam Islam kaum muslim
baik yang fundamentalis maupun yang non-fundamentalis yakin akan kebenaran
Kitab Suci mereka (Al-Qu’an)[9].
Bila pun label fundamentalis ini
digunakan maka secara periodic fundamentalis Islam dibagi menjadi 2 macam yakni pertma : Fundamnetalis Tradisonal . maksud dari kelompok ini adalah
menekankan pada originalitas sumber serta prinsip-prinsip dasar ajaran Islam
yang dideskripsikan sebagai fundamentalisme. Kelompok ini berpendapat bahwa
al-Qur’an dan As-Sunnah merupakan sumber ajaran Islam pokok dan mengikat untuk
dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, bahwa produk pemikiran keagamaan klasik
dan menengah tidak mengikat, bahwa dalam beberapa hal produk pemikiran dapat
mengakibatkan munculnya kemalasan berpikir dalam Islam, bahwa selama masa
kekaisaran Islam, banyak penguasa muslim yang mengakomodasi terlalu banyak
tradisi lokal yang non-Islam, bahwa paling tidak beberapa kaum tariqat sufi
terlibat dalam praktik-praktik non-Islami, dan bahwa setiap muslim harus
mempelajari dan mengamalkan al-Qut’an dan Sunnah serta menghilangkan taqlid
buta.[10]
Fundamentalisme
Modern. Merupakan jawaban terhadap
tantangan modernisasi, upaya penting yang dilakukan oleh gerakan ini adalah
merumuskan sebuah alternative Islam menghadapi ideology sekuler modern seoerti
liberalism, Masrxisme, dan nasionalisme. Kebanyakan pemimpin pada gerakan ini
bukan lulusan dari lembaga pendidikan Islam yang terkenal melainkan dari
pembelajaran otodidak. Dan kenyataan sekarang bahwa fundamentalis Islam modern
mewakili kelompok minoritas di dunia Islam.
2.
Aspek-aspek Fundamentalis
Beberapa
hal menarik yang harus dicermati bagi kelompok Fundamentalis Islam ini,
diantaranya :
1) Bagi kaum fundamentalis shari’ah dipandang
cukup mampu menjawab tantangan perkembangan modern, karena itu setiap
interpretasi hendaknya dilakukan secara Islami dan bukan menggunakan cara-cara
Barat.Kaum fundamentalis cenderung mengambil makna literal dalam memahami teks Kitab Suci mereka. Pemahaman literalis
yang melihat persoalan “hitam-putih”, dipandang oleh kaum fundamentalis sebagai
bentuk pemahaman agama yang otentik. Di dunia Islam contoh pemahaman literalis
ini bisa dikaitkan dengan beberapa perintah tertentu al-Qur’an mengenai hukuman
pencuri, pezina.
2)
Bahwa Tuhan telah menyebutkan dengan jelas
perintah-perintah yang dalam Kitab Suci dan oleh karena itu persoalan pokok
bagi mereka sebenarnya bukan “literal” atau “tidak literalnya” suatu perintah,
tetapi apakah orang benar-benar taat pada perintah Tuhan atau menuruti hawa
nafsu.
3)
Mereka menilai modernism ini melalui ukuran
masa lau yang ideal yang dipandang sebagai periode keemasan. Periode keemasan
adalah periode nabi Muhammad di Madinah dan, bagi kaum Sunni termasuk juga masa
Khulafa al-Rashidin. Dan juga termasuk periode kemajuan perdaban Abbasyiah
(Abad ke 8-11).
4)
Dan kaum fundamentalis yang selalu ingin
kembali ke masa lampau, kepada periode yang masih murni, dalam menghadapi
kemerosotan moral akibat pengaruh modernism.
5) Ideology gerakan yang dorefleksikan dengan
jihad untuk membelas agama dan mempertahankan keyakinan agama dengan militansi
yang kuat.
6)
Pandangan yang stigmatis terhadap Barat,
terutama Amerika yang dianggap sebagai monster imperalis tetapi juga sebagai the great satan
7)
Mendeklarasi perang terhadap paham sekuler
dan setumpuk isme berbau Barat[11].
3.
Karakter Kaum Fundamentalis Islam
Setelah
mencermati beberapa hal menarik dari kaum fundamentalis Islam. Adapun
karakterisitik yang terdapat kaum fundamentalis Islam ini, diantaranya :
- Memiliki keprihatinan yang mendalam terhadap degenerasi sosio-moral umat Islam
- Menghimbau umat islam untuk kembali kepada al-Qur’an dan Hadis serta menghilangakan praktik-praktik takhayul, bid’ah dan khurafat (TBC)
- Menghimbau umat Islam agar membuang sikap fatalism
- Menghimbau umat Islam untuk melaksanakan pembaharuan lewat jihad jika diperlukan.
Salah satu kemunculan kaum
fundamentalis adalah reaksi pengaruh dari modernism, tetapi perlu dicermati
dalam beberapa hal mereka sebenarnya tidak bisa lepas dari moderinitas, sebab
mereka juga membutuhkan hasil dari moderinitas tersebut untuk kebutuhan
sehari-hari. Contoh saja HP (Handphone) manusia mana yang pada saat ini tidak
pegangn alat kecil dan canggih tersebut kecuali beberapa orang terntu.
Hal tersebut bisa menjadi bukti bahwa kaum
fundamentalis juga tidak bisa lepas dari moderinitas. Dari moderenitasi inilah
Islam fundamentalis mempunyai pendukung kuat yaitu warga kota dengan latar
belakang kehidupan desa yang ekspetasinya tertumpu melalui pengalaman modern.
Daftar
Pustaka
https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20121201193356AALPEEh
(diakses pada tanggal 25/4/2014 Pukul 16.00)
http://insistnet.com/radikalisme-atau-ekstrimisme/(diakses
pada tanggal 25/4/2014 Pukul 16.00)
Muhaimin, JIP, Vol. 1.
No. 1 , Muwajahat al-fikr al-mutathorrif
fi al-islam
Juli-Desember 1995
http://muhshodiq.wordpress.com/2007/04/27/ciri-ciri-islam-ekstrim-1-fanatik//(diakses
pada tanggal 25/4/2014 Pukul 16.00)
http://pakdhekeong.blogspot.com/2013/05/makalah-radikalisme-islam.html
(dilihat pada tanggal 19 april 2014 pukul 11.00)
AKADEMIKA, Vol.14,
No.2, Fundamentalis Sebagai Fenomena
Keagamaan Maret 2004
Achmad Jainuri, AKADEMIKA,
Vol.13, No.1, Fundamentalis Islam : Asal
Usul dan Karakteristik. September 2003
[1]
https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20121201193356AALPEEh
(diakses pada tanggal 25/4/2014 Pukul 16.00)
[2]
http://insistnet.com/radikalisme-atau-ekstrimisme/(diakses pada tanggal
25/4/2014 Pukul 16.00)
[3] Muhaimin, JIP, Vol. 1. No. 1 Juli-Desember
1995, Muwajahat al-fikr al-mutathorrif fi
al-islam
[4]
http://muhshodiq.wordpress.com/2007/04/27/ciri-ciri-islam-ekstrim-1-fanatik//(diakses
pada tanggal 25/4/2014 Pukul 16.00)
[5]
http://pakdhekeong.blogspot.com/2013/05/makalah-radikalisme-islam.html
(dilihat pada tanggal 19 april 2014 pukul 11.00)
[6]
http://pakdhekeong.blogspot.com/2013/05/makalah-radikalisme-islam.html
(dilihat pada tanggal 19 april 2014 pukul 11.00)
[7]
AKADEMIKA, Vol.14, No.2, Maret 2004
[8] AKADEMIKA, Vol.13, No.1, September 2003
[9] Ibid; hal. 4
[10]
Ibid; hal.5
[11]
Ibid; hal.8
0 komentar:
Posting Komentar