"PENDEKATAN DALAM BIMBINGAN KONSELING SOSIAL"
BAB II
PEMBAHASAN
- A. Pendekatan dalam Bimbingan Konseling Sosial
Diantara beberapa pendekatan yang terdapat pada Bimbingan Konseling
Sosial, hanya 3 macam pendekatan yang akan kami bahas dalam materi ini,
diantaranya:
- B. Analisis Transaksional
a.
Pengertian Analisis Transaksional
Kata
transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam
komunikasi antar pribadi juga dikenal transaksi analisis yg dipertukarkan
adalah pesan-pesan, baik verbal maupun non verbal.
Analisis
transaksional adalah suatu model analisis komunikasi dimana seseorang
menempatkan dirinya menurut posisi psikologi yg berbeda (Eric Berne’s, Stuart
Sundeen, 1995).
Analisis
transaksi adalah deskripsi dari apa yang dilakukan dan dikatakan oleh dirinya
dan orang lain (ktika pesan disampaikan dan respon diberikan).
b. Sejarah Analisi Transaksional
Eric Berne (1910-1970) yang mengembangkan teori analisis transaksional.
Sebelum berne turun untuk mengembangkan teori ini. Berne sebelumnya pernah
bekerja di departemen peperangan yang mana pada saat itu berne meneruskan
program konseling kelompok yang telah berjalan disana. Pekerjaan berne menjadi
konselor kelompok membuatnya bereksperimen dengan pekerjaan sebagai konselor
dalam konseling kelompok.
Berne bekerja sebagai konselor konseling kelompok selama 3 tahun antara
tahun 1943-1946. Setelah itu berne mencoba membuka praktik psikiatri di Carmel,
California. Pembukaan psikiatri tersebut membuat berne menyimpulkan tentang
struktur dan fungsi kepribadian yang berbeda dengan sebagaian psikiatris pada
zamannya yang tepatnya pada tahun 1950-an. Kesimpulan berne tersebut berasumsi
dari konseli-konseli / klien-klien dari hasil observasinya.
Pada usia 46 tahun berne mengunduran diri sebagai anggota the
Psychoanalytic Institute. Yang kemudian dia mengembangkan teori dan mulai
praktek dengan Analisis Transaksional. Dan pada tahun 1946 berne menerbitkan
buku yang berjudul “Games People Day” yang menjadi best seller internasional.[1]
c. Perkembangan Kepribadian Yang Sehat
Ciri-ciri kepribadian yang sehat menurut Hansen (dalam Taufik, 2009;111)
adalah:
1) Individu dapat menampilkan ego
statenya secara luwes sesuai dengan tempat ia berada.
2) Individu berusaha menemukan naskah
hidupnya secara bebas serta memungkinkan pula ia memperoleh sentuhan
secara bebas pula.
3) Memilih posisi hidup revolusioner,
saya OK kamu Ok.
4) Ego statenya bersifat fleksibel tidak
kaku dan tidak pul cair.
d. Perkembangan Kepribadian Yang Abnormal
Masih dalam buku sumber yang sama cirri kepribadian yang abnormal ialah:
1) Kecendrungan untuk memilih posisi
devolusioner, obvolusioner dan pada dirinya ada unsure tidak Ok.
2) Kecenderungan untuk menggunakan ego
state yang tunggal.
3) Ego state yang ditampilkannya terlalu
cair.
4) Ego statenya tercemar. [2]
e. Teknik-Teknik Yang Digunakan Dalam Teori analisis Transaksional
Tipe-tipe analisis :
Teori
analisis transaksional tentang manusia dan hubungan manusia di dapat dari pengumpulan data melalui empat
tipe analisis yaitu :
1. Analisis struktur (structural
analysis)
Menurut
analisis transaksional, analisis struktural adalah melihat kepribadian individu
yang terdirir dari tiga ego state yaitu orang tua (parent), dewasa (adult), dan
anak-anak (child).
Ego state mempresentasikan orang yang sebenarnya (real respon) yang hidup
sekarang, pernah hidup dan memiliki identitas pribadi. Dengan demikian, konflik
diantara mereka seringkali disebabkan karena ketidak konsistenan dan
fleksibilita dalam diri individu.
Analisis
struktur adalah alat yang digunakan individu untuk membantu individu menjadi
sadar atas isi dan fungsi ego statenya (orang tua, dewasa dan anak). Konseli
belajar mengidentifikasi ego state mereka. Analisis struktur membantu konseli
mengatasi bentuk ego state yang membuatnya terhambat dan membantu menemukan ego
state yang mendasari tingkah laku sehingga konseli dapat menentukan
pilihan-pilihan hidupya.
Dua
masalah dalam kepribadian yang dapat di pertimbangkan dalam analisis struktur
yaitu : pencemaran atau kontaminasi dan eksklusi. Kontaminasi terjadi ketika
isi dari satu ego state bercampur dengan ego state yang lain. Kontaminasi
terjadi bila ego state anak dan orang tua memasuki ego state dewasa sehingga
mengganggu kejernihan pikiran dan fungsi ego state dewasa.
Sementara
eksklusi terjadi bila satu ego state memblokade ego state yang lain dan tidak
memperbolehkan perpindahan antara satu ego state dengan ego state yang lain.
Ego state anak yang mengeksklusi ego state orang tua dan dewasa bertindak tanpa
menggunakan suara hati, tidak berpikir , tidak bertanggung jawab dan bergantung
kepada orang lain. Ego state dewasa yang mengeksklusi ego state orang tua dan
ego state anak biasanya berikap objektif tapi seperti robot dn sedikit perasaan
dan tidak memiliki spontanitas.
Ego orang
tua yang konstan menyisihkan ego orang dewasa, dan ego anak bisa ditemukan pada
orang yang begitu terikat pada tugas dan berorientasi pada pekerjaan, tetapi
tugas dan pekerjaan itu tidak bisa dilaksanakannya. Orang semacam ini bisa
bersifat menghakimi, moralis, dan menuntut terhadap orang lain. Dia sering
bertindak dengan cara mendominasi dan otoriter.
2. Analisis transaksi (transactional
analysis)
Traansaksi
di definisikan sebagai sebuah unit dalam komunikasi manusia atau sebagai
hubungan stimulus respon antara dua orang ego state. Analisis transaksi adalah
deskripsi dari apa yang dilakukan dan dikatakan oleh dirinya dan orang lain
(ktika pesan disampaikan dan respon diberikan). Analisis transaksional terdiri
dari tiga kategori :
- Transaksi komplementer (complementary transaction), oleh Berne di definisikan sebagai bentuk nyata hunbungan antar manusia yang sehat (the natural order of healhty human relationship), ketika stimulus dan respon datang dari ego state yang di inginkan. Transaksi ini terjadi ketika pesan disampaikan dari satu ego state dan mendapatkan respon dari ego state spesifik seperti yang dihrpkan dari orang lain.
- Transaksi bersilang (crossed transaction), terjadi ketika pesan disampaikan dari satu ego state dan mendapatkan respon dari ego state yang tidak di harapkan.
- Transaksi terselubung (ulterior atau covert transaction), ialah transaksi yang kompleks yang melibatkan dua atau lebih ego state dan pesan yang disampaikan tidak jelas.
- Analisis naskah hidup (script analysis)
Menurut Berne, naskah hidup (life script) adlah rencana hidup yang di pilih
oleh anak pada masa awal kehidupannya berasarkan pesan yang diterima oleh anak
dari orang tua. Menurut Berne bahwa naskah hidup memiliki lima komponen yaitu :
(1) arahan dari orang tua, (2) perkembangan kepribadian yang berhubungan dengan
individu, (3) keputusan masa kanak-kanak yang dissuaikan dengan diri dan
kehidupannya, (4) ketertarikan pada kesuksesan atau kegagalan, dan (5) bentuk
tingkah laku. Analisis naskah hidup adalah bagian dari proses terapi dimana
pola-pola hidup yang diyakini individu di identifikasi. Konseli dibantu untuk
mengidentifikasi naskah hidup, dan menyadari naskah hidup serta posisi hidupnya
kemudian diminta untuk mengubah programnya.
Analisis naskah hidup dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek naskah
hidup yang berisi item-item yang berhubungan dengan posisi hidup, rackets,
games sebagai keseluruhan fungsi kunci dari naskah hidup seseorang.
5. Analisis game (game analysis)
Menurut
analisis transaksional individu dapat memahami dialog internal antara ego state
orang tua dan anak-anak. Mereka dapat mendengar dan memahami hubungan mereka
dengan orang lain. Individu dapat menyadari ketika mereka terbuka atau tidak
jujur pada orang lain. Dengan menggunakan prinsip-prinsip analisis
transaksional individu dapat menyadari bentuk stroke yang mereka terima, mereka
dapat mengganti respons stroke dari negatif ke positif. Analisis transaksional
berpandangan bahwa games adalah pertukaran strokes yang mengganti perasaan yang
tidak menyenangkan dan meningkatkan naskah hidup. Games dapat memberikan bentuk
intimasi, tetapi individu yang terlibat dalam transaksi games menciptakan games
yang menciptakan jarak diantara mereka. Games yang bisa dimainkan antara lain :
kasihan saya (poor me); (martyr); iya, tapi (yes, but); bila ini bukan untuk
kamu (if it werent’t for you); (look what you made me do! Harried); (uproar),
dan (wooden leg).
Dalam
melakukan anlisis games konselor memperhatikan rackets (perasaan yang tidak
menyenagkan yang dialami individu setelah bermain games. Hal ini berupa
perasaan kronis yang yang dipertahankan oleh individu, karena perasaan ini
kerap kali dirasakan bersama dengan orang tua karena perasaan yang individu
dapat (dari stroke yang diterimma)ketika masa kecil. Seperti gams, racket
mendukung keputusan awal dan merupakan bagian dari naskah hidup.
Cara yang kedua adalah Segitiga Drama
Karpman (The Karpmman Drama Triangel)adalah alat yang berguna untuk
membantu individu memahami games. Metode ini di kembangkan Stephan
Karpman. Dalam segitiga terdiri dari penuduh atau orang yang menyakiti (persecutor)
penolong (rescuer), dan korban (victim) (Corey, 1986, p. 155-156)
Persecutor memiliki posisi hidup I’m OK, you’re not OK, rescuer,
I’m Oke you’re OK, dan victim, I’m not OK, you’re OK.
f. Teknik-Teknik Teori Analisis Transaksional
1. Metode didaktik.
karena analisis transaksional menekankan pada domain kognitif,
prosedur mengajar dan belajar merupakan dasar dari pendekatan
ini.
2. Bermain peran (role playing). Bermain peran biasanya
digunakan dalam konseling kelompok dimana melibatkan orang lain. Anggota
kelompok lain dapat berperan sebagai ego state yang bermasalah dengan konseli.
Dalam kegiatan ini konseli berlatih dengan anggota kelompok untuk
bertingkah laku sesuai dengan apa yang akan di uji coba di dunia nyata. Variasi
dapat dilakukan dengan melebih-lebihkan karakteristik ego state tertentu untuk
melihat reaksi tingkah laku saat ini terhadap ego state tertentu.[3]
3. Model keluarga atau penokohan
keluarga. Teknik ini bertujuan bahwa konseli (subyek) diminta untuk membayangkan
skenario yang melibatkan banyak pribadi penting mulai dari masa kanak-kanak
yang dapat di ingat, termasuk membayangkan dirinya sendiri. Konseli
mendifinisikan situasi dan merancang tahap-tahao anggota kelompok sebagai aktor
pemeran beberapa anggota keluarga (orang-orang yang berpengaruh). Mereka
diposisikan menurut memori konseli tentang situasi yang dikehendaki. Konseli
menjadi sutradara, aktor dan produser. Proses ini bisa mempertinggi kesadarn
konseli tentang suatu situasi spesifik dan makna-makna pribadi yangmasih
berlaku pada konseli.[4]
4. Kursi
kosong. Teknik ini menguraikan dua kursi sebagai alat yang efektif untuk
membantu klien dalam memecahkan konflik masa lampau dengan orang tuanya atau
dengan orang lain yang ada dilingkungan tempat dia dibesarkan. Umpamanya
seorang konseli mengalami kesulitan dalam menghadapi boss-nya (ego orang tua).
Klien diminta untuk membayangkan bahwa seseorang tengah duduk disebuah kursi di
hadapannya dan mengajaknya berdialog. Prosedur ini memberikan kesempatan kepada
konseli untuk menyatakan pikiran, perasan dan sikap-sikapnya selama dia
menjalankan peran-peran perwakilan egonya. Konseli tidak hanya mempertajam
kesadarannya, dalam kasus ini ego orang tuanya, tetapi juga kedua ego lainnya
(ank dan orang dewasa) yng biasanya memiliki ciri-ciri tertentu dalam hubungannya
dengan keadaan yang di bayangkan.
Teknik kursi kosong bisa digunakan oleh orang-orang yang mengalami
konflik-konflik internal yang hebat guna memperoleh fokus yang lebih tajam dan
pegangan yang kongkret bagi upaya pemecahan. [5]
- C. Tingkah Laku
a. Pengertian Tingkah Laku
Tingkah Laku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang
terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut. Perilaku diartikan sebagai suatu
aksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada
sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut
rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku
tertentu. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus
dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam kamus bahasa Indonesia juga disebutkan bahwa tingkah laku itu sama
artinya dengan perangai, kelakuan atau perbuatan. Tingkah laku dalam pengertian
ini lebih mengarah kepada aktivitas seseorang yang didorong oleh unsur kejiwaan
yang disebut motivasi.
J.P. Chaplin, dalam Dictionary of Psychology, mengisyaratkan adanya
beberapa macam pengertian tingkah laku. Menurut Chaplin, tingkah laku itu
merupakan sembarang respon yang mungkin berupa reaksi, tanggapan, jawaban atau
balasan yang dilakukan oleh organisme. Tingkah laku juga bisa berarti suatu
gerak atau kompleks gerak gerik, dan secara khusus tingkah laku juga bisa
berarti suatu perbuatan atau aktifitas.
Sementara itu, Budiarjo berpendapat agak berbeda dari pendapat di atas.
Menurutnya, tingkah laku itu merupakan tanggapan atau rangkaian tanggapan yang
dibuat oleh sejumlah makhluk hidup. Dalam hal ini, tingkah laku itu walaupun
harus mengikutsertakan tanggapan pada suatu organisme, termasuk yang ada di
otak, bahawa, pemikiran, impian-impian, harapan-harapan, dan sebagainya, tetapi
ia juga menyangkut mental sampai pada aktivitas fisik.
Pendapat yang dilontarkan oleh Budiarjo ini
sangat menarik, karena sesungguhnya yang disebut tingkah laku itu bukan saja
aspek fisik semata, melainkan juga aspek psikis atau mental.
b. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tingkah Laku Manusia
- Faktor Biologis: Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan faktor-faktor sosiopsikologis. Menurut Wilson, perilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia.
- Faktor Sosiopsikologis : Kita dapat mengkalsifikasikannya ke dalam tiga komponen
- Komponen Afektif : Merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis, didahulukan karena erat kaitannya dengan pembicaraan sebelumnya.
- Komponen Kognitif : Aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia.
- Komponen Konatif : Aspek volisional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak.
Adapun
beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang yaitu Faktor genetik atau keturunan merupakan konsepsi dasar
atau modal untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor
genetik berasal dari dalam diri individu (endogen), antara lain
- a. Jenis Ras
Setiap ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik saling berbeda satu dengan yang lainnya.
Dua
kelompok ras terbesar, yaitu:
Ras kulit putih atau ras Kaukasia
Ciri-ciri
fisik : Warna kulit putih, bermata biru, berambut pirang.
Perilaku yang dominan
: Terbuka, senang akan kemajuan, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Ras kulit hitam atau ras Negroid
Ciri-ciri
fisik : Berkulit hitam, berambut keriting, dan bermata hitam.
Perilaku yang dominan
: Keramah tamahan, suka gotong royong, tertutup, dan senang dengan upacara
ritual.
- b. Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian dan
melakukan pekerjaan sehari-hari, pria berperilaku atas dasar pertimbangan
rasional atau akal, sedangkan wanita atas dasar pertimbangan emosional atau
perasaan. Perilaku pada pria di sebut maskulin sedangkan perilaku wanita di
sebut feminim.
- c. Sifat Fisik
Kalau kita amati perilaku individu berbeda-beda karena sifat fisiknya,
misalnya perilaku individu yang pendek dan gemuk berbeda dengan individu yang
memiliki fisik tinggi kurus.
- d. Sifat Kepribadian
Salah satu pengertian kepribadian yang dikemukakan oleh Maramis (1999)
adalah : “keseluruhan pola pikiran, perasaan dan perilaku yang sering digunakan
oleh seseorang dalam usaha adaptasi yang terus menerus terhadap hidupnya”.
- e. Bakat Pembawaan
Bakat menurut Notoatmodjo (1997) yang mengutip pendapat William B. Micheel
(1960) adalah : “kemampuan individu untuk melakukan sesuatu yang sedikit sekali
bergantung pada latihan mengenal hal tersebut”. Bakat merupakan interaksi dari
faktor genetik dan lingkungan serta bergantung pada adanya kesempatan untuk
pengembangan.
- f. Intelegensi
- Menurut Terman intelegensi adalah : “kemampuan untuk berfikir abstrak” (Sukardi, 1997). Sedangkan Ebbieghous mendefenisikan intelegensi adalah : “kemampuan untuk membuat kombinasi” (Notoatmodjo, 1997). Dari batasan terebut dapat dikatakan bahwa intelegensi sangat berpengaruh terhadap perilaku individu. Oleh karena itu, kita kenal ada individu yang intelegen, yaitu individu yang dalam mengambil keputusan dapat bertindak tepat, cepat dan mudah. Sebaliknya bagi individu yang memiliki intelegensi rendah dalam mengambil keputusan akan bertindak lambat.
- D. Rasional Emotif
Teori Konseling
Rasional-Emotif dengan istilah lain dikenal dengan "Rational-Emotife
Therapy" yang dikembangkan oleh DR.Albert Ellis, seorang ahli Clinecal
Psychology(Psikologi Klinis).
Sekitar
tahun 1943, dia mulai membuka praktek dalam bidang konseling keluarga,
perkawinan dan seks. Pada praktiknya ini Dr. Albert Ellis banyak mempergunakan
prosedur sikoanalisa dari freud, tetapi setelah berlangsung beberapa lama
Albert Ellis banyak menemukan ketidakpuasan dalam praktiknya yang mengginakan
prosedur psikoanalisa dari freud.
Atas
dasar pengelaman selama praktiknya dan kemudian dihubungkan dengan teori
tingkah laku belajar, maka akhirnya Albert Ellis mencoba untuk mengembangkan
suatu teori yang disebut " Rational-Emotife Therapy", dan selanjutnya
lebih populer dengan singkatan RET.
Tujuan
dari RET Albert Ellis pada intinya ialah untuk mengatasi pikiran yang tidak
logis tentang diri sendiri dan lingkunganya.
Ciri-ciri
Konseling Rasional-Emotif
a.
Dalam menelusuri masalah klien yang dibantunya, konselor berperan lebih
aktif dibandingkan dengan klien
b.
Dalam proses hubungan konseling harus tetap diciptakan dan dipelihara
hubungan baik dengan klien.
c.
Tercipta dan terpeliharanya hubungan baik ini di pergunakan oleh konselor
untuk membantu klien mengubah cara berfikirnya yang tidak rasional menjadi
rasional.
Tujuan Konseling Rasional – Emotif
Tujuan utama dari konseling rational emotif ialah
menunjukkan dan menyadarkan klien bahwa cara berpikir yang tidak logis itulah
merupakan penyebab gangguan emosionilnya. konseling rational - emotif ini
bertujuan membantu klien membebaskan dirinya dari cara berpikir atau ide -
idenya yang tidak ogis dan menggantinya dengan cara - cara yang logis.
Teknik - teknik konseling Rasional – Emotif
Inti daripada konseling rasional emotif ialah
menghilangkan cara berpikir yang tidak logis yang menimbulkan gangguan
emosionilnya. Untuk mengatasi masalah tersebut digunakan beberapa teknik
konseling rasional - emotif sebagai berikut :
a.
Teknik Pengajaran
Dalam konseling rasional-emotif koselor mengambil peranan lebih aktif
dari klien.
b.
Teknik Persuasif
Meyakinkan klien untuk
mengubah pandangannya, karena pandangan yang ia kemukakan itu tidak benar.
c.
Teknik Konfrontasi
Konselor menyerang ketidak logisan berfikir klien dan
membawah klien kearah berfikir logis
empiris
d.
Teknik Pemberian Tugas
Dalam teknik konselor menugaskan klien untuk mencoba
melakukan tindakan tertentu dalam situasi nyata
DAFTAR PUSTAKA
- Komalasari,Gantina dan Wahyuni,Eka dan Karsih, 2011, Teori dan Teknik Konseling, (Jakarta: PT Indeks).
- Corsini, Raymond, 2003, Psikoterapi Dewasa Ini, (Surabaya: Ikon Teralitera).
- Corey, Gerald, 2013, Teori Dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi, Cet VII, (Bandung : Refika Aditama).
- Burks Jr, Herbert M, and Buferd Steffire. (1979). Theories of Counseling,New York: McGraw - Hill Company.
- Surya, Moh. (2003). Teori - teori Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy
- Sukardi, Dewa Ketut. (1985). Pengantar Teori Konseling. Jakarta: Balai Aksara
[1] Dra.Komalasari Gantina, M.Psi. Wahyuni Eka, S.pd.,M.A.A.P.D., Karsih,
M.Pd., Teori dan Teknik Konseling, PT Indeks (Jakarta: 2011), hal.89-90
[3] Gantina Komalasari dan Eka Wahyuni dan Karsih, Teori dan Teknik
Konseling, (Jakarta: PT Indeks, 2011), hal. 117-130.
[5] Gerald Corey, Teori Dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi, Cet VII,
(Bandung : Refika Aditama, 2013), hal. 180
0 komentar:
Posting Komentar