Minggu, 15 Juni 2014

PENDEKATAN DALAM BIMBINGAN KONSELING SOSIAL

Standard
"PENDEKATAN DALAM BIMBINGAN KONSELING SOSIAL"

BAB II
PEMBAHASAN

  •     A.    Pendekatan dalam Bimbingan Konseling Sosial
           Pengertian pendekatan menurut istilah bahasa (Kamus Besar Bahasa Indonesia; 2002) adalah (1) proses, perbuatan, cara mendekati; (2) usaha dalam rangka aktivitas  penelitian untuk mengadakan hubungan  dengan yang diteliti,. Strategi adalah rencana yang cermat mengenai legiatan untuk mencapai sasaran khusus.  Sedangkan teknik adalah cara (kepandaian, ketrampilan dsb) membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan hal yang dikerjakan; atau istilah lain adalah metode/sistim untuk mengerjakan sesuatu.
         Diantara beberapa pendekatan yang terdapat pada Bimbingan Konseling Sosial, hanya 3 macam pendekatan yang akan kami bahas dalam materi ini, diantaranya:
  •     B.     Analisis Transaksional

a.      Pengertian Analisis Transaksional
Kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam komunikasi antar pribadi juga dikenal transaksi analisis yg dipertukarkan adalah pesan-pesan, baik verbal maupun non verbal.
Analisis transaksional adalah suatu model analisis komunikasi dimana seseorang menempatkan dirinya menurut posisi psikologi yg berbeda (Eric Berne’s, Stuart Sundeen, 1995).
Analisis transaksi adalah deskripsi dari apa yang dilakukan dan dikatakan oleh dirinya dan orang lain (ktika pesan disampaikan dan respon diberikan).

b.      Sejarah Analisi Transaksional
Eric Berne (1910-1970) yang mengembangkan teori analisis transaksional. Sebelum berne turun untuk mengembangkan teori ini. Berne sebelumnya pernah bekerja di departemen peperangan yang mana pada saat itu berne meneruskan program konseling kelompok yang telah berjalan disana. Pekerjaan berne menjadi konselor kelompok membuatnya bereksperimen dengan pekerjaan sebagai konselor dalam konseling kelompok.
Berne bekerja sebagai konselor konseling kelompok selama 3 tahun antara tahun 1943-1946. Setelah itu berne mencoba membuka praktik psikiatri di Carmel, California. Pembukaan psikiatri tersebut membuat berne menyimpulkan tentang struktur dan fungsi kepribadian yang berbeda dengan sebagaian psikiatris pada zamannya yang tepatnya pada tahun 1950-an. Kesimpulan berne tersebut berasumsi dari konseli-konseli / klien-klien dari hasil observasinya.
Pada usia 46 tahun berne mengunduran diri sebagai anggota the Psychoanalytic Institute. Yang kemudian dia mengembangkan teori dan mulai praktek dengan Analisis Transaksional. Dan pada tahun 1946 berne menerbitkan buku yang berjudul “Games People Day” yang menjadi best seller internasional.[1]
 c.       Perkembangan Kepribadian Yang Sehat
Ciri-ciri kepribadian yang sehat menurut Hansen (dalam Taufik, 2009;111) adalah:
1)      Individu dapat menampilkan ego statenya secara luwes sesuai dengan tempat ia berada.
2)      Individu berusaha menemukan naskah hidupnya secara bebas serta memungkinkan pula ia memperoleh sentuhan secara bebas pula.
3)      Memilih posisi hidup revolusioner, saya OK kamu Ok.
4)      Ego statenya bersifat fleksibel tidak kaku dan tidak pul cair. 

d.      Perkembangan Kepribadian Yang Abnormal
Masih dalam buku sumber yang sama cirri kepribadian yang abnormal ialah:
1)      Kecendrungan untuk memilih posisi devolusioner, obvolusioner dan pada dirinya ada unsure tidak Ok.
2)      Kecenderungan untuk menggunakan ego state yang tunggal.
3)      Ego state yang ditampilkannya terlalu cair.
4)      Ego statenya tercemar. [2]

e.       Teknik-Teknik Yang Digunakan Dalam Teori analisis Transaksional
Tipe-tipe analisis :
            Teori analisis transaksional tentang manusia dan hubungan manusia di dapat         dari pengumpulan data melalui empat tipe analisis yaitu :
1.      Analisis struktur (structural analysis)
            Menurut analisis transaksional, analisis struktural adalah melihat kepribadian individu yang terdirir dari tiga ego state yaitu orang tua (parent), dewasa (adult), dan anak-anak (child).
Ego state mempresentasikan orang yang sebenarnya (real respon) yang hidup sekarang, pernah hidup dan memiliki identitas pribadi. Dengan demikian, konflik diantara mereka seringkali disebabkan karena ketidak konsistenan dan fleksibilita dalam diri individu.
            Analisis struktur adalah alat yang digunakan individu untuk membantu individu menjadi sadar atas isi dan fungsi ego statenya (orang tua, dewasa dan anak). Konseli belajar mengidentifikasi ego state mereka. Analisis struktur membantu konseli mengatasi bentuk ego state yang membuatnya terhambat dan membantu menemukan ego state yang mendasari tingkah laku sehingga konseli dapat menentukan pilihan-pilihan hidupya.
            Dua masalah dalam kepribadian yang dapat di pertimbangkan dalam analisis struktur yaitu : pencemaran atau kontaminasi dan eksklusi. Kontaminasi terjadi ketika isi dari satu ego state bercampur dengan ego state yang lain. Kontaminasi terjadi bila ego state anak dan orang tua memasuki ego state dewasa sehingga mengganggu kejernihan pikiran dan fungsi ego state dewasa.
            Sementara eksklusi terjadi bila satu ego state memblokade ego state yang lain dan tidak memperbolehkan perpindahan antara satu ego state dengan ego state yang lain. Ego state anak yang mengeksklusi ego state orang tua dan dewasa bertindak tanpa menggunakan suara hati, tidak berpikir , tidak bertanggung jawab dan bergantung kepada orang lain. Ego state dewasa yang mengeksklusi ego state orang tua dan ego state anak biasanya berikap objektif tapi seperti robot dn sedikit perasaan dan tidak memiliki spontanitas.
             Ego orang tua yang konstan menyisihkan ego orang dewasa, dan ego anak bisa ditemukan pada orang yang begitu terikat pada tugas dan berorientasi pada pekerjaan, tetapi tugas dan pekerjaan itu tidak bisa dilaksanakannya. Orang semacam ini bisa bersifat menghakimi, moralis, dan menuntut terhadap orang lain. Dia sering bertindak dengan cara mendominasi dan otoriter.

2.      Analisis transaksi (transactional analysis)
 Traansaksi di definisikan sebagai sebuah unit dalam komunikasi manusia atau sebagai hubungan stimulus respon antara dua orang ego state. Analisis transaksi adalah deskripsi dari apa yang dilakukan dan dikatakan oleh dirinya dan orang lain (ktika pesan disampaikan dan respon diberikan). Analisis transaksional terdiri dari tiga kategori :
  1. Transaksi komplementer (complementary transaction), oleh Berne di definisikan sebagai bentuk nyata hunbungan antar manusia yang sehat (the natural order of healhty human relationship), ketika stimulus dan respon datang dari ego state yang di inginkan. Transaksi ini terjadi ketika pesan disampaikan dari satu ego state dan mendapatkan respon dari ego state spesifik seperti yang dihrpkan dari orang lain.
  2. Transaksi bersilang (crossed transaction), terjadi ketika pesan disampaikan dari satu ego  state dan mendapatkan respon dari ego state yang tidak di harapkan.
  3. Transaksi terselubung (ulterior atau covert transaction), ialah transaksi yang kompleks yang melibatkan dua atau lebih ego state dan pesan yang disampaikan tidak jelas.
  4. Analisis naskah hidup (script analysis)
Menurut Berne, naskah hidup (life script) adlah rencana hidup yang di pilih oleh anak pada masa awal kehidupannya berasarkan pesan yang diterima oleh anak dari orang tua. Menurut Berne bahwa naskah hidup memiliki lima komponen yaitu : (1) arahan dari orang tua, (2) perkembangan kepribadian yang berhubungan dengan individu, (3) keputusan masa kanak-kanak yang dissuaikan dengan diri dan kehidupannya, (4) ketertarikan pada kesuksesan atau kegagalan, dan (5) bentuk tingkah laku. Analisis naskah hidup adalah bagian dari proses terapi dimana pola-pola hidup yang diyakini individu di identifikasi. Konseli dibantu untuk mengidentifikasi naskah hidup, dan menyadari naskah hidup serta posisi hidupnya kemudian diminta untuk mengubah programnya.
Analisis naskah hidup dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek naskah hidup yang berisi item-item yang berhubungan dengan posisi hidup, rackets, games sebagai keseluruhan fungsi kunci dari naskah hidup seseorang.

5.   Analisis game (game analysis)
            Menurut analisis transaksional individu dapat memahami dialog internal antara ego state orang tua dan anak-anak. Mereka dapat mendengar dan memahami hubungan mereka dengan orang lain. Individu dapat menyadari ketika mereka terbuka atau tidak jujur pada orang lain. Dengan menggunakan prinsip-prinsip analisis transaksional individu dapat menyadari bentuk stroke yang mereka terima, mereka dapat mengganti respons stroke dari negatif ke positif. Analisis transaksional berpandangan bahwa games adalah pertukaran strokes yang mengganti perasaan yang tidak menyenangkan dan meningkatkan naskah hidup. Games dapat memberikan bentuk intimasi, tetapi individu yang terlibat dalam transaksi games menciptakan games yang menciptakan jarak diantara mereka. Games yang bisa dimainkan antara lain : kasihan saya (poor me); (martyr); iya, tapi (yes, but); bila ini bukan untuk kamu (if it werent’t for you); (look what you made me do! Harried); (uproar), dan (wooden leg).
            Dalam melakukan anlisis games konselor memperhatikan rackets (perasaan yang tidak menyenagkan yang dialami individu setelah bermain games. Hal ini berupa perasaan kronis yang yang dipertahankan oleh individu, karena perasaan ini kerap kali dirasakan bersama dengan orang tua karena perasaan yang individu dapat (dari stroke yang diterimma)ketika masa kecil. Seperti gams, racket mendukung keputusan awal dan merupakan bagian dari naskah hidup.
     Cara yang kedua adalah Segitiga Drama Karpman (The Karpmman Drama Triangel)adalah alat yang berguna untuk membantu individu memahami games. Metode ini di kembangkan Stephan Karpman. Dalam segitiga terdiri dari penuduh atau orang yang menyakiti (persecutor) penolong (rescuer), dan korban (victim) (Corey, 1986, p. 155-156) Persecutor memiliki posisi hidup I’m OK, you’re not OKrescuer, I’m Oke you’re OK, dan victim, I’m not OK, you’re OK. 

f.       Teknik-Teknik Teori Analisis Transaksional
 1. Metode didaktik. karena analisis transaksional menekankan pada domain kognitif, prosedur    mengajar dan belajar merupakan dasar dari pendekatan ini.
 2.  Bermain peran (role playing). Bermain peran biasanya digunakan dalam konseling kelompok dimana melibatkan orang lain. Anggota kelompok lain dapat berperan sebagai ego state yang bermasalah dengan konseli.
Dalam kegiatan ini konseli berlatih dengan anggota kelompok untuk bertingkah laku sesuai dengan apa yang akan di uji coba di dunia nyata. Variasi dapat dilakukan dengan melebih-lebihkan karakteristik ego state tertentu untuk melihat reaksi tingkah laku saat ini terhadap ego state tertentu.[3]
 3.  Model keluarga atau penokohan keluarga. Teknik ini bertujuan bahwa konseli (subyek) diminta untuk membayangkan skenario yang melibatkan banyak pribadi penting mulai dari masa kanak-kanak yang dapat di ingat, termasuk membayangkan dirinya sendiri. Konseli mendifinisikan situasi dan merancang tahap-tahao anggota kelompok sebagai aktor pemeran beberapa anggota keluarga (orang-orang yang berpengaruh). Mereka diposisikan menurut memori konseli tentang situasi yang dikehendaki. Konseli menjadi sutradara, aktor dan produser. Proses ini bisa mempertinggi kesadarn konseli tentang suatu situasi spesifik dan makna-makna pribadi yangmasih berlaku pada konseli.[4]
 4.   Kursi kosong. Teknik ini menguraikan dua kursi sebagai alat yang efektif untuk membantu klien dalam memecahkan konflik masa lampau dengan orang tuanya atau dengan orang lain yang ada dilingkungan tempat dia dibesarkan. Umpamanya seorang konseli mengalami kesulitan dalam menghadapi boss-nya (ego orang tua). Klien diminta untuk membayangkan bahwa seseorang tengah duduk disebuah kursi di hadapannya dan mengajaknya berdialog. Prosedur ini memberikan kesempatan kepada konseli untuk menyatakan pikiran, perasan dan sikap-sikapnya selama dia menjalankan peran-peran perwakilan egonya. Konseli tidak hanya mempertajam kesadarannya, dalam kasus ini ego orang tuanya, tetapi juga kedua ego lainnya (ank dan orang dewasa) yng biasanya memiliki ciri-ciri tertentu dalam hubungannya dengan keadaan yang di bayangkan.
Teknik kursi kosong bisa digunakan oleh orang-orang yang mengalami konflik-konflik internal yang hebat guna memperoleh fokus yang lebih tajam dan pegangan yang kongkret bagi upaya pemecahan. [5]
  •     C.    Tingkah Laku

a.      Pengertian Tingkah Laku
Tingkah Laku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut. Perilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. 
Dalam kamus bahasa Indonesia juga disebutkan bahwa tingkah laku itu sama artinya dengan perangai, kelakuan atau perbuatan. Tingkah laku dalam pengertian ini lebih mengarah kepada aktivitas seseorang yang didorong oleh unsur kejiwaan yang disebut motivasi.
J.P. Chaplin, dalam Dictionary of Psychology, mengisyaratkan adanya beberapa macam pengertian tingkah laku. Menurut Chaplin, tingkah laku itu merupakan sembarang respon yang mungkin berupa reaksi, tanggapan, jawaban atau balasan yang dilakukan oleh organisme. Tingkah laku juga bisa berarti suatu gerak atau kompleks gerak gerik, dan secara khusus tingkah laku juga bisa berarti suatu perbuatan atau aktifitas.
Sementara itu, Budiarjo berpendapat agak berbeda dari pendapat di atas. Menurutnya, tingkah laku itu merupakan tanggapan atau rangkaian tanggapan yang dibuat oleh sejumlah makhluk hidup. Dalam hal ini, tingkah laku itu walaupun harus mengikutsertakan tanggapan pada suatu organisme, termasuk yang ada di otak, bahawa, pemikiran, impian-impian, harapan-harapan, dan sebagainya, tetapi ia juga menyangkut mental sampai pada aktivitas fisik.
Pendapat yang dilontarkan oleh Budiarjo ini sangat menarik, karena sesungguhnya yang disebut tingkah laku itu bukan saja aspek fisik semata, melainkan juga aspek psikis atau mental.

b.       Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tingkah Laku Manusia

  1. Faktor Biologis: Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan faktor-faktor sosiopsikologis. Menurut Wilson, perilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia.
  2. Faktor Sosiopsikologis :  Kita dapat mengkalsifikasikannya ke dalam tiga komponen
  • Komponen Afektif : Merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis, didahulukan karena erat kaitannya dengan pembicaraan sebelumnya.
  • Komponen Kognitif :  Aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia.
  •  Komponen Konatif : Aspek volisional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak.
Adapun beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang yaitu Faktor genetik atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetik berasal dari dalam diri individu (endogen), antara lain 
  • a.     Jenis Ras

          Setiap ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik saling berbeda satu dengan yang lainnya. 
Dua kelompok ras terbesar, yaitu:
Ras kulit putih atau ras Kaukasia
Ciri-ciri fisik : Warna kulit putih, bermata biru, berambut pirang.
     Perilaku yang dominan : Terbuka, senang akan kemajuan, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Ras kulit hitam atau ras Negroid
Ciri-ciri fisik : Berkulit hitam, berambut keriting, dan bermata hitam.
Perilaku yang dominan : Keramah tamahan, suka gotong royong, tertutup, dan senang dengan upacara ritual.
  •  b.     Jenis Kelamin

Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari, pria berperilaku atas dasar pertimbangan rasional atau akal, sedangkan wanita atas dasar pertimbangan emosional atau perasaan. Perilaku pada pria di sebut maskulin sedangkan perilaku wanita di sebut feminim.
  •    c.     Sifat Fisik

Kalau kita amati perilaku individu berbeda-beda karena sifat fisiknya, misalnya perilaku individu yang pendek dan gemuk berbeda dengan individu yang memiliki fisik tinggi kurus.
  • d.     Sifat Kepribadian

Salah satu pengertian kepribadian yang dikemukakan oleh Maramis (1999) adalah : “keseluruhan pola pikiran, perasaan dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi yang terus menerus terhadap hidupnya”.
  •        e.     Bakat Pembawaan

Bakat menurut Notoatmodjo (1997) yang mengutip pendapat William B. Micheel (1960) adalah : “kemampuan individu untuk melakukan sesuatu yang sedikit sekali bergantung pada latihan mengenal hal tersebut”. Bakat merupakan interaksi dari faktor genetik dan lingkungan serta bergantung pada adanya kesempatan untuk pengembangan. 
  •        f.      Intelegensi
  • Menurut Terman intelegensi adalah : “kemampuan untuk berfikir abstrak” (Sukardi, 1997). Sedangkan Ebbieghous mendefenisikan intelegensi adalah : “kemampuan untuk membuat kombinasi” (Notoatmodjo, 1997). Dari batasan terebut dapat dikatakan bahwa intelegensi sangat berpengaruh terhadap perilaku individu. Oleh karena itu, kita kenal ada individu yang intelegen, yaitu individu yang dalam mengambil keputusan dapat bertindak tepat, cepat dan mudah. Sebaliknya bagi individu yang memiliki intelegensi rendah dalam mengambil keputusan akan bertindak lambat.
  • D.    Rasional Emotif

      Teori Konseling Rasional-Emotif dengan istilah lain dikenal dengan "Rational-Emotife Therapy" yang dikembangkan oleh DR.Albert Ellis, seorang ahli Clinecal Psychology(Psikologi Klinis).
      Sekitar tahun 1943, dia mulai membuka praktek dalam bidang konseling keluarga, perkawinan dan seks. Pada praktiknya ini Dr. Albert Ellis banyak mempergunakan prosedur sikoanalisa dari freud, tetapi setelah berlangsung beberapa lama Albert Ellis banyak menemukan ketidakpuasan dalam praktiknya yang mengginakan prosedur psikoanalisa dari freud.
       Atas dasar pengelaman selama praktiknya dan kemudian dihubungkan dengan teori tingkah laku belajar, maka akhirnya Albert Ellis mencoba untuk mengembangkan suatu teori yang disebut " Rational-Emotife Therapy", dan selanjutnya lebih populer dengan singkatan RET.
     Tujuan dari RET Albert Ellis pada intinya ialah untuk mengatasi pikiran yang tidak logis tentang diri sendiri dan lingkunganya.

Ciri-ciri Konseling Rasional-Emotif
a.         Dalam menelusuri masalah klien yang dibantunya, konselor berperan lebih aktif dibandingkan dengan klien
b.         Dalam proses hubungan konseling harus tetap diciptakan dan dipelihara hubungan baik dengan klien.
c.         Tercipta dan terpeliharanya hubungan baik ini di pergunakan oleh konselor untuk membantu klien mengubah cara berfikirnya yang tidak rasional menjadi rasional.

Tujuan Konseling Rasional – Emotif

Tujuan utama dari konseling rational emotif ialah menunjukkan dan menyadarkan klien bahwa cara berpikir yang tidak logis itulah merupakan penyebab gangguan emosionilnya. konseling rational - emotif ini bertujuan membantu klien membebaskan dirinya dari cara berpikir atau ide - idenya yang tidak ogis dan menggantinya dengan cara - cara yang logis.

Teknik - teknik konseling Rasional – Emotif

Inti daripada konseling rasional emotif ialah menghilangkan cara berpikir yang tidak logis yang menimbulkan gangguan emosionilnya. Untuk mengatasi masalah tersebut digunakan beberapa teknik konseling rasional - emotif sebagai berikut :
a.    Teknik Pengajaran
                    Dalam konseling rasional-emotif koselor mengambil peranan lebih aktif dari klien.
b.   Teknik Persuasif
Meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya, karena pandangan yang ia kemukakan itu tidak benar.
c.    Teknik Konfrontasi
Konselor menyerang ketidak logisan berfikir klien dan membawah klien kearah berfikir logis empiris                        
d.   Teknik Pemberian Tugas
Dalam teknik konselor menugaskan klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam situasi nyata
  
DAFTAR PUSTAKA

  •  Komalasari,Gantina dan Wahyuni,Eka dan Karsih, 2011, Teori dan Teknik Konseling, (Jakarta: PT Indeks).
  • Corsini, Raymond, 2003, Psikoterapi Dewasa Ini, (Surabaya: Ikon Teralitera).
  • Corey, Gerald, 2013, Teori Dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi, Cet VII, (Bandung : Refika Aditama).
  • Burks Jr, Herbert M, and Buferd Steffire. (1979). Theories of Counseling,New York: McGraw - Hill Company.
  • Surya, Moh. (2003). Teori - teori Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy
  • Sukardi, Dewa Ketut. (1985). Pengantar Teori Konseling. Jakarta: Balai Aksara



[1] Dra.Komalasari Gantina, M.Psi. Wahyuni Eka, S.pd.,M.A.A.P.D., Karsih, M.Pd., Teori dan Teknik Konseling, PT Indeks (Jakarta: 2011), hal.89-90

[2] http://azmawaddah.blogspot.com/2013/01/pendekatan-analisis-transaksional.html

[3] Gantina Komalasari dan Eka Wahyuni dan Karsih, Teori dan Teknik Konseling, (Jakarta: PT Indeks, 2011), hal. 117-130.
[4] Raymond Corsini, Psikoterapi Dewasa Ini, (Surabaya: Ikon Teralitera, 2003),hal. 343
[5] Gerald Corey, Teori Dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi, Cet VII, (Bandung : Refika Aditama, 2013), hal. 180

0 komentar:

Posting Komentar