Kamis, 22 Mei 2014

Kpribadian Belajar

Standard
A.    ALIRAN PSIKOLOGI BEHAVIOURIOS

         1.      Ciri-ciri Utama Aliran Behaviourisme:
  • Aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari perbuatannya, melainkan hanya mengamati perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataan, pengalaman batin, dan perubahan gerak-gerik pada badan. Maka sering dikatakan bahwa behaviourisme  adalah psikologi pada jiwa.
  • Segala macam perbuatan dikembalikan pada refleks. Behaviourisme mencari unsur sederhana yaitu perbuatan bukan kesadaran, yang dinamakan refleks. 
  •  Behaviourisme bahwa saat dilahirkan bahwa manusia itu sama. Manusia hanya makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan dan dapat mempengaruhi refleks sekehendak hatinya.
        2.      Pokok Ajaran Praktisme ialah:
  • Tiap berfikir mengandung maksud tertentu yaitu menyempurnakan hidup.
  • Segala kenyataan bersifat praktis 
  • Nilai pengetahuan manusia harus diuji pada kehidupan yang praktis dan terbukti tidaknya maksud yang dikandung didalamnya. 
  • (Behaviourisme) benar ialah apa yang ada dalam praktek ternyata tepat dan menguntungkan.
      Misalnya: kalau terbukti membawa kebahagiaan, dapatlah agama itu dikatakan benar.
Psikologi:
a. Manusia adalah makhluk reaksi. Reaksi tersebut dapat dibedakan menjadi reaksi pembawaan dan reaksi yang diperoleh.
b.      Skiner, mengutamakan unsure-unsur motoris, yang dipandang mempunyai arti penting. Unsure yang terpenting dalam perbuatan, bukanlah baying-bayang dunia luar seperti psikologi asosiasi.
c.       Manusia dipandang sebagai organisme (jasat).

B.     ALIRAN PSIKOLOGI PIKIR
Psikologi piker termasuk psikologi baru. Ilmu ini mempelajari kesadaran tingkat tinggi atau kesadaran yang tidak diragukan.
Aliran yang termasuk psikologi ini adalah:
a.       Aliran Wurzburg.
b.      Aliran Keulen.
c.       Aliran Menheim.
d.      Aliran Amsterdam.

1)      Aliran Wurzburg.
Pengikutnya     : Ach. Buhler, Marbe dan Messer.
Kulpe mendirikan labolatorium dan mengadakan menyelidiki tentang peristiwa-peristiwa kejiwaan. Sejalan dengan aliran baru yang disebut Wulberger-Shcule. Tugas aliran tersebut ialah mempelajari proes kejiwaan yang bernilai tinggi yakni berpikir dan kehendak. Dimana hal itu sebelumnnya kurang diperhatikan orang, dimana hal itu sebelumnnya kurang diperhatikan orang. Untuk menyelidiki dan mempelajari proses berpikir kulpe menggunakan metode introspeksi daneksperimen. Dari hasil eksperimen yang diperoleh, kulpe mengemukaan dalil-dalil yaitu.
·         Dalam isi kesadaran ada bagaian yang tidak dapat dinyatakan.
·         Dalam berpikir, aku (pribadi) memegang peranan penting
·       Berpikir mempunnyai corak yang menentukan dan mempunnyai tujuan tertentu.
2)      Aliran Keulen :
Pengikutnnya   : Frohn, Sassenflrd, dan Schafer
Mereka melanjutkan penyelidikan yang dijalankan oelh ahli-ahli di Wurzburg. Penyeidikan dilaksanakan dengan menggunakan metode eksperimen terhadap pikiran anak-anak yang bisu dan tuli.
            Hasil penyelikdikan Frohn dan kawan-kawannya ialah :
1)  Bahwa pada manusia terdapat beberapa tingkat kesadaran (tingkatan berpkir) yaitu : tingkat berpikir konkrit, skematis, abstrak
2)  Semua tingkat memegang peranan berganti-ganti dalam alam kejiwaan manusia, pikiran tidak selalu tetap pada salah satu tingkat akan tetapi selalu berpindah-pindah. Tapi sebaliknnya dapat menghambat. Misalnnya : Seseorang menghadapi masalah  baru yang sulit. Maka adakalannyapikiran diturukan ketingkat skematis atau tingkat konkrit.
3)  Anak-anak kecil, anak-anak terbelakang dan anak-anaka bisu, tuli tidak dapat melepaskan diri dri baying-bayang yang konkrit, mereka hanyut dalam  alam konkrit dan belum dapat menyadari hal-hal yang abstrak. Mereka tidak dapat membentuk pengertian logis serta tgidak dapat menyusun pengertian.
3)   Aliran Manheim
      Dia mempelajari peranan tanggapan dalam proses berpikir. Dari hasil penelitian teresebur dari Otto Selsz mengemukakan beberapa pendapat :
1)      Perafnan tanggap dalam proses berpikir :
a.    Tanggapan – tanggapan yang konkrit sedikit sekali pengaruhnnya terhadap proses berpikir.
b.      Tanggapan konkrit tidak menghambat.
2)      Proses berpikir menurut Otto Selsz :
a.       Atau proses yang mempunnyai tujuan
b.      Berpikir tujuan tertentu bukan suatu tanggapan reproduksi, melainkan suatu proses yang mempunnyai tujuan
c.    Berkir adalah suatu perbuatan yang abstrak dengan arah yang tertentu oleh soal yang harus dipecahkan kesadaran kita arahkan kepada masalah tersebut. Sedang tanggapan dan pengertian yang tidak ada hubungannya kita singkirkan.
d.      Berpikir adalah mempraktekkan metode-metode penyelesaian.
                  4)   Aliran Amterdam
            Dia mempraktekkan hasil-hasik penyelidikan psikologi piker didalam pendidikan dan pengajaran, selain itu ia mengadakan penyelidikan yang berfsifat eksperimental, suatu metode yang ditentukan oleh maca tugas.
      Kohnstamm merumuskan asa-asas didaktif sebagai berikut :
1)      Salah satu kewajiban sekolah rendah yang terpenting ialah mengajarvanak – anka berpikir fengan tanggung jawab sendiri.
Untuk berpikir anak membutuhkan :
a.       Parate kennis (yaitu prengetahuan yang sewaktu-waktu siap untuk dipergunakan).
b.      Jumlah pengertian ini tidak tidak perlu besar sekali,
c.  Kecakapan memakai metode-metode pemechan kemungkinan berpikir berturut-turut. Anak belajar menggunakan bermacam macam bentuk berpikir .
d.    Adanya tugas berpikir ialah soal-soal yang mendorong dan member arah kepada gerak piker.
2)      Membaca dalam hati : adalah penting untuk latihan berpikir. Pelajara membaca dalam hati dan mengajukan persoalan-persoalan kecil yang dapat membangkitkan perhatian anak dan mengaktifkan jiwa anak, karena dengan membaca dalam hati anak mendapt kesemptan berpikir bebas. Membaca dalam hati digunakan sebagai tes kecerdasan.[1]

       C.    KEPRIBADIAN DAN BELAJAR
Kepedulian utama dari Skinner adalah mengenai perubahan tingkah laku. Jadi hakekat teori Skinner adalah teori belajar, bagaimana individu menjadi memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, menjadi lebih tahu. Kehidupan terus-menerus dihadapkan dengan situasi eksternal yang baru, dan organisme harus belajar merespon situasi baru itu memakai respon lama atau memakai respon yang baru dipelajari. Dia yakin bahwa kepribadian dapat difahami dengan mempertimbangkan perkembangan tingkah laku dalam hubungannya yang terus-menerus dengan lingkungannya. Cara yang efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkah laku adalah dengan melakukan penguatan (reinforcement), suatu strategi kegiatan yang membuat tingkah laku tertentu berpeluang untuk terjadi atau sebaliknya (berpeluang untuk tidak terjadi) pada masa yang akan datang.
Skinner bekerja dengan tiga asumsi dasar dimana asumsi pertama dan kedua pada dasarnya menjadi asumsi psikologi pada umumnya, bahkan menjadi merupakan asumsi semua pendekatan ilmiah
  1. Tingkah laku itu mengikuti hukum tertentu (Behavior is lawful). Ilmu adalah usaha untuk menemukan keteraturan, menunjukan bahwa peristiwa tertentu berhubungan secara teratur dengan peristiwa lain. 
  2.  Tingkah laku dapat diramalkan (Behavior can be predicted), ilmu bukan hanya menjelaskan, tetapi juga meramalkan. Bukan hanya menangani peristiwa masa lalu tetapi juga masa yang akan datang. Teori yang berdaya guna adalah yang memungkinkan dapat [2]dilakukannya prediksi mengenai tingkah laku yang akan datang dan menguji prediksi itu. 
  3.  Tingkah laku dapat dikontrol (Behavior can be controlled), ilmu dapat melakukan antisipasidan menentukan/membentuk sedikit-banyak tingkah laku seseorang. Skinner bukan hanya ingin tahu bagaimana terjadinya tingkah laku, tetapi dia sangat berkeinginan memanipulasinya. Pandangan ini bertentangan dengan pandangan tradisional yang menganggap manipulasi sebagai serangan terhadap kebebasan pribadi. Skinner memandang tingkah laku sebagai produk kondisi anteseden tertentu, sedang pandangan tradisional berpendapat tingkah laku merupakan produk perubahan dalam diri secara spontan.
Skinner menganggap, kemampuan memanipulasi kehidupan dan tingkah laku manusia keberhasilan mengontrol kejadian atau tingkah laku manusia merupakan bukti kebenaran suatu teori. Lebih penting lagi, tingkah laku manusia harus dikontrol karena Skinner yakin manusia telah merusak dunia yang di tinggalinya dengan memakai ilmu dan teknologi dalam memecahkan masalahnya. Menurutnya, teknologi telah meningkat “kesalahan”. Kebersihan dan pengobatan menimbulkan masalah populasi menjadi akut, perang menimbulkan ketakutan penemuan senjata nuklir, dan kemakmuran yang melimpah bertangung jawab terhadap terjadinya polusi. Orang harus mengatur reproduksinya, mengadopsi metoda industri yang tidak menimbulkan polusi udara dan air, serta berhenti perang. Itu adalah tingkah laku yang harus diubah, harus dikontrol.
Skinner memahami dan mengontrol tingkah laku memakai teknik analisis fungsional tingkah laku (fungsional analysis of behavior): suatu analisis tingkah laku dalam bentuk hubungan sebab-akibat, bagaimana suatu respon timbul mengikuti stimuli atau kondisi tertentu. Menurutnya analisis fungsional akan menyingkap bahwa penyebab terjadinya tingkah laku sebagian besar berada di event antasedennya atau berada di lingkungan. Apabila penyebab, atau stimulus yang menajdi peristiwa yang mendahului suatu respon dapat dikontrol, itu berarti telah dapat dilakukan tindak kontrol terhadap suatu respon. Tidak ada gunanya memahami manusia terlepas dari lingkungannya, atau menarik kesimpulan mengenai peristiwa yang terjadi di dalam diri organisme dalam rangka memahami dan mengontrol tingkah laku, karena hubungan antara peristiwa di dalam dengan tingkah laku tidak pernah didukung oleh data yang objektif.

D.      PENGERTIAN BELAJAR
Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman ; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar; seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap ; harus merupakan akhir dari pada suatu periode waktu yang cukup panjang.[3]
 Berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan ataupun bertaun-taun. Ini berarti kita harus menyampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang, yang biasanya hanya berlangsung sementara. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
 
E.       Bagaimana Proses Belajar itu Berlangsung ?
Dari uraian-uraian dalam bab-bab yang lalu kita telah mem pelajarinya bahwa manusia dan makhluk hidup yang lain membutuhkan dunia untuk mengembangkan dan melangsungkan hidupnya. Ia selalu mengadakan interaksi dengan dunia luar. Ia selalu berusaha untuk menggunakan dan mengubah dunia luar untuk kebutuhan dirinya. Ia selalu belajar, menyesuaikan diri dengan dunia luar. Dengan kegiatan belajar/menyesuaikan diri itu berbagai macam cara mereka pergunakan. Berikut ini uraian beberapa macam cara penyesuaian diri yang dilakukan manusia dengan sengaja maupun tidak sengaja, dan bagaimana hubungannya dengan belajar.
a.         Belajar dan Kematangan
         Kematangan (maturation) adalah suatu proses pertumbuhan organ-organ. Suatu organ dalam diri makhluk hidup dikatakan telah matang, jika ia telah mencapai kesanggupan untuk menjalankan fungsina masing-masing. Kematangan itu datang/tiba waktunya dengan sendirinya. 
Sedangkan belajar lebih membutuhkan kegiatan yang disadari, suatu aktifitas, latihan-latihan dan konsentrasi dari orang yang besangkutan. Proses belajar terjadi karena perangsang-perangsang dari luar. Sedangkan proses kematangan terjadi dari dalam. 
Akan tetapi, meskipun demikian janganlah dilupakan bahwa kedua proses (belajar dan kematangan) itu prakteknya berhubungan erat satu sama lain; keduanya saling menyempurnakan.
b.        Belajar dan Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri merupakan juga suatu proses yang dapat merubah tingkah laku manusia. Dan didalam penyesuaian diri terdiri dari dua macam, yaitu;
1.         Penyesuaian diri atuoplastis, seseorang mengubah dirinya disesuaikan dengan keadaan lingkungan/dunia luar, dan
2.         Penyesuaian diri alloplastis, yang berarti mengubah lingkungan/dunia luar disesuaikan dengan kebutuhan dirinya.
Kedua macam penyesuaian diri ini termasuk ke dalam proses belajar, karena dari padanya terjadi perubahan-perubahan yang kadang-kadang sangat mendalam di dalam kehidupan manusia. Manusia dalam kehidupannya tiap-tiap hari selalu belajar. Akan tetapi tidak semua belajar adalah penyesuaian diri.
c.         Belajar dan Pengalaman
Belajar dan pengalaman, keduanya merupakan suatu proses yang dapat merubah sikap, tingkah laku dan pengetahuan kita. Akan tetapi, belajar dan memperoleh pengalaman  adalah berbeda. Mengalami sesuatu belum tentu merupakan belajar dalam arti pedagogis; tetapi sebaliknya: tiap-tiap belajar tetapi juga mengalami.
Contoh pengalaman yang bukan belajar ialah : karena mengalami sesuatu yang menyedihkan dapat menimbulkan apatis dan putus asa pada seseorang. Contoh lain: karena kebodohannya, pengalaman-pengalamannya tidak digunakan untuk belajar; tidak digunakan untuk menambah pengalaman yang baru.
d.        Belajar dan Bermain
Dalam bermain juga terjadi proses belajar. persamaannya ialah bahwa dalam belajar dan bermain keduanya terjadi perubahan, yang dapat mengubah tingkah laku, sikap dan pengalaman.
Akan tetapi, antara keduanya terdapat perbedaan. Menurut arti katanya, bermain merupakan kegiatan yang khusus bagi anak-anak meskipun pada orang dewasa terdapat juga. Sedangkan belajar merupakan kegiatan yang umum, terdapat pada manusia sejak lahir sampai mati.
Menurut sifatnya, perbedaan antara belajar dan bermain ialah kegiatan belajar mempunyai tujuan yang terletak pada masa depan dan msasa kemudian. Sedangkan kegiatan bermain hanyalah ditunjukan untuk situasi di waktu itu saja. Tujuan bermain (kesenangan, kepuasan) terletak di dalam situasinya, di waktu kegiatan permainan itu berlangsung.
Meskipun demikian, hubungan antara keduanya sangat erat, kita mengenal : “belajar sambil bermain”, yang ditekankan adalah belajarnya : “bermain sambil belajar”, yang ditekankan adalah bermainnya.[4]
e.         Belajar dan Pengertian
Belajar mempunyai arti lebih luas dari pada hanya mencapai pengertian. Ada proses belajar yang berlangsung dengan otomatis tanpa pengertian. Seperti proses belajar yang terjadi pada hewan. Umpamanya seekor anak kucing melatih diri cara menangkap dengan menggunakan bela. Latihan cara menangkap itu dilakukannya tanpa pengertian, tanpa menyadari apa maksud dan tujuan dari latihan itu. Pada manusia, belajar semacam inipun terdapat pula.
Sebaliknya ada pula pengertian yang tidak menimbulkan proses belajar. dengan mendapatkan sesuatu pengertian tertentu, belum tentu seseorang kemudian berubah tingkah lakunya. Belum tentu seseorang yang mengerti tentang sesuatu berarti menjalankan/bersikap sesuai dengan pengertian yang telah dicapainya itu.
f.         Belajar dan Menghafal/Mengingat
Menghafal/mengingat tidak sama dengan belajar. Hafal atau ingat akan sesuatu belum menjamin bahwa dengan demikian orang sudah belajar dalam arti yang sebenarnya. Sebab untuk mengetahui sesuatu tidak cukup hanya dengan menghafal saja, tetapi harus dengan pengertian.
Maksud belajar ialah menyediakan pengalaman-pengalaman untuk menghadapi soal-soal di masa depan. Jika statis, yang tidak berguna digunakan untuk adanya perubahan dalam tingkah laku, sikap atau pengetahuan, maka dalam hal yang demikian tidak terjadi proses belajar.
g.        Belajar dan Latihan
Persamaanya ialah bahwa belajar dan latihan keduanyan dapat menyebabkan perubahan atau proses  dalam tingkah laku, sikap dan pengetahuan. Akan tetapi antara keduanya terdapat pula perbedaan. Di dalam praktek terdapat pula proses belajar yang terjadi tanpa latihan.
Contoh : umpamanya seorang anak yang terbakar tangannya di dapur, sekali saja ia tahu bahwa api itu panas. Jadi, belajar mempunyai arti yang lebih luas dari pada latihan.
Ada pula belajar yang hanya dengan pengertian saja, tanpa latihan. Seorang anak yang dibawa berkarya-wisata ke pabrik gula umpamanya, dapat mengerti bagaimana proses membuat gula. Juga cara belajar yang dilakukan oleh anak dari gurunya dengan menggunakan audio visual aids atau alat-alat peraga.
Dilihat dari sudut mendidik, belajar berarti perbaikan dalam tigkah laku dan kecakapan-kecakapan (manusia), atau memperoleh kecakapan-kecakapan dan tingkah laku yang baru. Jadi, perubahan/perbaikan yang terjadi dalam belajar itu terutama ialah perubahan/perbaikan dari fungsi-fungsi psikis yang menjadi syarat dan mendasari perbaikan tingkah laku dan kecakapan-kecakapan. Termasuk didalamnya perubahan dalam pengetahuan, minat dan perhatian yang dibentuk oleh tenaga-tenaga/fungsi-fungsi psikis dalam pribadi manusia.
 

[1] Abu Ahmadi, Psikologi Umum (Edisi Revisi), (Surabaya : Bina Ilmu, 2009), 32-38
[2] Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang :2009), 320-321
[3] Gerald Corey.Teori Dan Praktek Konseling Dan Psikoterap, (Bandung : 2005), 195-196
[4]  Agalim Purwanto.Psikologi Pendidikan, (Jakarta :1990), 85-89

0 komentar:

Posting Komentar