A.
ALIRAN
PSIKOLOGI BEHAVIOURIOS
1.
Ciri-ciri
Utama Aliran Behaviourisme:
- Aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari perbuatannya, melainkan hanya mengamati perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataan, pengalaman batin, dan perubahan gerak-gerik pada badan. Maka sering dikatakan bahwa behaviourisme adalah psikologi pada jiwa.
- Segala macam perbuatan dikembalikan pada refleks. Behaviourisme mencari unsur sederhana yaitu perbuatan bukan kesadaran, yang dinamakan refleks.
- Behaviourisme bahwa saat dilahirkan bahwa manusia itu sama. Manusia hanya makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan dan dapat mempengaruhi refleks sekehendak hatinya.
2.
Pokok
Ajaran Praktisme ialah:
- Tiap berfikir mengandung maksud tertentu yaitu menyempurnakan hidup.
- Segala kenyataan bersifat praktis
- Nilai pengetahuan manusia harus diuji pada kehidupan yang praktis dan terbukti tidaknya maksud yang dikandung didalamnya.
- (Behaviourisme) benar ialah apa yang ada dalam praktek ternyata tepat dan menguntungkan.
Psikologi:
a. Manusia
adalah makhluk
reaksi. Reaksi tersebut dapat dibedakan menjadi reaksi pembawaan dan reaksi
yang diperoleh.
b.
Skiner,
mengutamakan unsure-unsur motoris, yang dipandang mempunyai arti penting.
Unsure yang terpenting dalam perbuatan, bukanlah baying-bayang dunia luar
seperti psikologi asosiasi.
c.
Manusia
dipandang sebagai organisme (jasat).
B. ALIRAN
PSIKOLOGI PIKIR
Psikologi piker termasuk
psikologi baru. Ilmu ini mempelajari kesadaran tingkat tinggi atau kesadaran
yang tidak diragukan.
Aliran yang termasuk psikologi
ini adalah:
a.
Aliran
Wurzburg.
b.
Aliran
Keulen.
c.
Aliran
Menheim.
d.
Aliran
Amsterdam.
1) Aliran
Wurzburg.
Pengikutnya :
Ach. Buhler, Marbe dan Messer.
Kulpe mendirikan labolatorium dan mengadakan
menyelidiki tentang peristiwa-peristiwa kejiwaan. Sejalan dengan aliran baru
yang disebut Wulberger-Shcule. Tugas aliran tersebut ialah mempelajari proes
kejiwaan yang bernilai tinggi yakni berpikir dan kehendak. Dimana hal itu
sebelumnnya kurang diperhatikan orang, dimana hal itu sebelumnnya kurang
diperhatikan orang. Untuk menyelidiki dan mempelajari proses berpikir kulpe
menggunakan metode introspeksi daneksperimen. Dari hasil eksperimen yang
diperoleh, kulpe mengemukaan dalil-dalil yaitu.
·
Dalam
isi kesadaran ada bagaian yang tidak dapat dinyatakan.
·
Dalam
berpikir, aku (pribadi) memegang peranan penting
· Berpikir
mempunnyai corak yang menentukan dan mempunnyai tujuan tertentu.
2) Aliran
Keulen :
Pengikutnnya :
Frohn, Sassenflrd, dan Schafer
Mereka melanjutkan penyelidikan yang dijalankan oelh
ahli-ahli di Wurzburg. Penyeidikan dilaksanakan dengan menggunakan metode
eksperimen terhadap pikiran anak-anak yang bisu dan tuli.
Hasil
penyelikdikan Frohn dan kawan-kawannya ialah :
1) Bahwa
pada manusia terdapat beberapa tingkat kesadaran (tingkatan berpkir) yaitu :
tingkat berpikir konkrit, skematis, abstrak
2) Semua
tingkat memegang peranan berganti-ganti dalam alam kejiwaan manusia, pikiran
tidak selalu tetap pada salah satu tingkat akan tetapi selalu berpindah-pindah.
Tapi sebaliknnya dapat menghambat. Misalnnya : Seseorang menghadapi
masalah baru yang sulit. Maka
adakalannyapikiran diturukan ketingkat skematis atau tingkat konkrit.
3) Anak-anak
kecil, anak-anak terbelakang dan anak-anaka bisu, tuli tidak dapat melepaskan
diri dri baying-bayang yang konkrit, mereka hanyut dalam alam konkrit dan belum dapat menyadari
hal-hal yang abstrak. Mereka tidak dapat membentuk pengertian logis serta tgidak
dapat menyusun pengertian.
3) Aliran Manheim
Dia mempelajari peranan tanggapan dalam proses
berpikir. Dari hasil penelitian teresebur dari Otto Selsz mengemukakan beberapa
pendapat :
1)
Perafnan
tanggap dalam proses berpikir :
a. Tanggapan
– tanggapan yang konkrit sedikit sekali pengaruhnnya terhadap proses berpikir.
b.
Tanggapan
konkrit tidak menghambat.
2)
Proses
berpikir menurut Otto Selsz :
a.
Atau
proses yang mempunnyai tujuan
b.
Berpikir
tujuan tertentu bukan suatu tanggapan reproduksi, melainkan suatu proses yang
mempunnyai tujuan
c. Berkir
adalah suatu perbuatan yang abstrak dengan arah yang tertentu oleh soal yang
harus dipecahkan kesadaran kita arahkan kepada masalah tersebut. Sedang
tanggapan dan pengertian yang tidak ada hubungannya kita singkirkan.
d.
Berpikir
adalah mempraktekkan metode-metode penyelesaian.
4) Aliran Amterdam
Dia mempraktekkan hasil-hasik
penyelidikan psikologi piker didalam pendidikan dan pengajaran, selain itu ia
mengadakan penyelidikan yang berfsifat eksperimental, suatu metode yang
ditentukan oleh maca tugas.
Kohnstamm
merumuskan asa-asas didaktif sebagai berikut :
1)
Salah
satu kewajiban sekolah rendah yang terpenting ialah mengajarvanak – anka
berpikir fengan tanggung jawab sendiri.
Untuk
berpikir anak membutuhkan :
a.
Parate
kennis (yaitu prengetahuan yang sewaktu-waktu siap untuk dipergunakan).
b.
Jumlah
pengertian ini tidak tidak perlu besar sekali,
c. Kecakapan
memakai metode-metode pemechan kemungkinan berpikir berturut-turut. Anak
belajar menggunakan bermacam macam bentuk berpikir .
d. Adanya
tugas berpikir ialah soal-soal yang mendorong dan member arah kepada gerak
piker.
2) Membaca dalam hati :
adalah penting untuk latihan berpikir. Pelajara membaca dalam hati dan
mengajukan persoalan-persoalan kecil yang dapat membangkitkan perhatian anak
dan mengaktifkan jiwa anak, karena dengan membaca dalam hati anak mendapt
kesemptan berpikir bebas. Membaca dalam hati digunakan sebagai tes kecerdasan.[1]
C.
KEPRIBADIAN
DAN BELAJAR
Kepedulian
utama dari Skinner adalah mengenai perubahan tingkah laku. Jadi hakekat teori
Skinner adalah teori belajar, bagaimana individu menjadi memiliki tingkah laku
baru, menjadi lebih terampil, menjadi lebih tahu. Kehidupan terus-menerus
dihadapkan dengan situasi eksternal yang baru, dan organisme harus belajar
merespon situasi baru itu memakai respon lama atau memakai respon yang baru
dipelajari. Dia yakin bahwa kepribadian dapat difahami dengan mempertimbangkan
perkembangan tingkah laku dalam hubungannya yang terus-menerus dengan
lingkungannya. Cara yang efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkah laku
adalah dengan melakukan penguatan (reinforcement), suatu strategi kegiatan yang
membuat tingkah laku tertentu berpeluang untuk terjadi atau sebaliknya (berpeluang
untuk tidak terjadi) pada masa yang akan datang.
Skinner
bekerja dengan tiga asumsi dasar dimana asumsi pertama dan kedua pada dasarnya
menjadi asumsi psikologi pada umumnya, bahkan menjadi merupakan asumsi semua
pendekatan ilmiah
- Tingkah laku itu mengikuti hukum tertentu (Behavior is lawful). Ilmu adalah usaha untuk menemukan keteraturan, menunjukan bahwa peristiwa tertentu berhubungan secara teratur dengan peristiwa lain.
- Tingkah laku dapat diramalkan (Behavior can be predicted), ilmu bukan hanya menjelaskan, tetapi juga meramalkan. Bukan hanya menangani peristiwa masa lalu tetapi juga masa yang akan datang. Teori yang berdaya guna adalah yang memungkinkan dapat [2]dilakukannya prediksi mengenai tingkah laku yang akan datang dan menguji prediksi itu.
- Tingkah laku dapat dikontrol (Behavior can be controlled), ilmu dapat melakukan antisipasidan menentukan/membentuk sedikit-banyak tingkah laku seseorang. Skinner bukan hanya ingin tahu bagaimana terjadinya tingkah laku, tetapi dia sangat berkeinginan memanipulasinya. Pandangan ini bertentangan dengan pandangan tradisional yang menganggap manipulasi sebagai serangan terhadap kebebasan pribadi. Skinner memandang tingkah laku sebagai produk kondisi anteseden tertentu, sedang pandangan tradisional berpendapat tingkah laku merupakan produk perubahan dalam diri secara spontan.
Skinner
menganggap, kemampuan memanipulasi kehidupan dan tingkah laku manusia
keberhasilan mengontrol kejadian atau tingkah laku manusia merupakan bukti
kebenaran suatu teori. Lebih penting lagi, tingkah laku manusia harus dikontrol
karena Skinner yakin manusia telah merusak dunia yang di tinggalinya dengan
memakai ilmu dan teknologi dalam memecahkan masalahnya. Menurutnya, teknologi
telah meningkat “kesalahan”. Kebersihan dan pengobatan menimbulkan masalah
populasi menjadi akut, perang menimbulkan ketakutan penemuan senjata nuklir,
dan kemakmuran yang melimpah bertangung jawab terhadap terjadinya polusi. Orang
harus mengatur reproduksinya, mengadopsi metoda industri yang tidak menimbulkan
polusi udara dan air, serta berhenti perang. Itu adalah tingkah laku yang harus
diubah, harus dikontrol.
Skinner
memahami dan mengontrol tingkah laku memakai teknik analisis fungsional tingkah
laku (fungsional analysis of behavior): suatu analisis tingkah laku dalam
bentuk hubungan sebab-akibat, bagaimana suatu respon timbul mengikuti stimuli
atau kondisi tertentu. Menurutnya analisis fungsional akan menyingkap bahwa
penyebab terjadinya tingkah laku sebagian besar berada di event antasedennya
atau berada di lingkungan. Apabila penyebab, atau stimulus yang menajdi
peristiwa yang mendahului suatu respon dapat dikontrol, itu berarti telah dapat
dilakukan tindak kontrol terhadap suatu respon. Tidak ada gunanya memahami
manusia terlepas dari lingkungannya, atau menarik kesimpulan mengenai peristiwa
yang terjadi di dalam diri organisme dalam rangka memahami dan mengontrol tingkah
laku, karena hubungan antara peristiwa di dalam dengan tingkah laku tidak
pernah didukung oleh data yang objektif.
D.
PENGERTIAN
BELAJAR
Belajar
merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman ; dalam
arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak
dianggap sebagai hasil belajar; seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada
diri seorang bayi dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang
lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih
buruk. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif
mantap ; harus merupakan akhir dari pada suatu periode waktu yang cukup
panjang.[3]
Berapa lama periode
waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu
hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung
berhari-hari, berbulan-bulan ataupun bertaun-taun. Ini berarti kita harus
menyampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi,
kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang, yang biasanya
hanya berlangsung sementara. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena
belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis,
seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
E. Bagaimana Proses
Belajar itu Berlangsung ?
Dari
uraian-uraian dalam bab-bab yang lalu kita telah mem pelajarinya bahwa manusia
dan makhluk hidup yang lain membutuhkan dunia untuk mengembangkan dan
melangsungkan hidupnya. Ia selalu mengadakan interaksi dengan dunia luar. Ia
selalu berusaha untuk menggunakan dan mengubah dunia luar untuk kebutuhan
dirinya. Ia selalu belajar, menyesuaikan diri dengan dunia luar. Dengan
kegiatan belajar/menyesuaikan diri itu berbagai macam cara mereka pergunakan.
Berikut ini uraian beberapa macam cara penyesuaian diri yang dilakukan manusia
dengan sengaja maupun tidak sengaja, dan bagaimana hubungannya dengan belajar.
a.
Belajar dan Kematangan
Kematangan
(maturation) adalah suatu proses pertumbuhan organ-organ. Suatu organ dalam
diri makhluk hidup dikatakan telah matang, jika ia telah mencapai kesanggupan
untuk menjalankan fungsina masing-masing. Kematangan itu datang/tiba waktunya
dengan sendirinya.
Sedangkan
belajar lebih membutuhkan kegiatan yang disadari, suatu aktifitas,
latihan-latihan dan konsentrasi dari orang yang besangkutan. Proses belajar
terjadi karena perangsang-perangsang dari luar. Sedangkan proses kematangan
terjadi dari dalam.
Akan
tetapi, meskipun demikian janganlah dilupakan bahwa kedua proses (belajar dan
kematangan) itu prakteknya berhubungan erat satu sama lain; keduanya saling
menyempurnakan.
b.
Belajar dan Penyesuaian
Diri
Penyesuaian diri
merupakan juga suatu proses yang dapat merubah tingkah laku manusia. Dan
didalam penyesuaian diri terdiri dari dua macam, yaitu;
1.
Penyesuaian diri atuoplastis,
seseorang mengubah dirinya disesuaikan dengan keadaan lingkungan/dunia luar,
dan
2.
Penyesuaian diri alloplastis,
yang berarti mengubah lingkungan/dunia luar disesuaikan dengan kebutuhan
dirinya.
Kedua macam penyesuaian diri ini
termasuk ke dalam proses belajar, karena dari padanya terjadi
perubahan-perubahan yang kadang-kadang sangat mendalam di dalam kehidupan
manusia. Manusia dalam kehidupannya tiap-tiap hari selalu belajar. Akan tetapi
tidak semua belajar adalah penyesuaian diri.
c.
Belajar dan Pengalaman
Belajar
dan pengalaman, keduanya merupakan suatu proses yang dapat merubah sikap,
tingkah laku dan pengetahuan kita. Akan tetapi, belajar dan memperoleh
pengalaman adalah berbeda. Mengalami
sesuatu belum tentu merupakan belajar dalam arti pedagogis; tetapi sebaliknya:
tiap-tiap belajar tetapi juga mengalami.
Contoh
pengalaman yang bukan belajar ialah : karena mengalami sesuatu yang menyedihkan
dapat menimbulkan apatis dan putus asa pada seseorang. Contoh lain: karena
kebodohannya, pengalaman-pengalamannya tidak digunakan untuk belajar; tidak
digunakan untuk menambah pengalaman yang baru.
d.
Belajar dan Bermain
Dalam
bermain juga terjadi proses belajar. persamaannya ialah bahwa dalam belajar dan
bermain keduanya terjadi perubahan, yang dapat mengubah tingkah laku, sikap dan
pengalaman.
Akan
tetapi, antara keduanya terdapat perbedaan. Menurut arti katanya, bermain
merupakan kegiatan yang khusus bagi anak-anak meskipun pada orang dewasa
terdapat juga. Sedangkan belajar merupakan kegiatan yang umum, terdapat pada
manusia sejak lahir sampai mati.
Menurut
sifatnya, perbedaan antara belajar dan bermain ialah kegiatan belajar mempunyai
tujuan yang terletak pada masa depan dan msasa kemudian. Sedangkan kegiatan
bermain hanyalah ditunjukan untuk situasi di waktu itu saja. Tujuan bermain
(kesenangan, kepuasan) terletak di dalam situasinya, di waktu kegiatan
permainan itu berlangsung.
Meskipun
demikian, hubungan antara keduanya sangat erat, kita mengenal : “belajar sambil
bermain”, yang ditekankan adalah belajarnya : “bermain sambil belajar”, yang
ditekankan adalah bermainnya.[4]
e.
Belajar dan Pengertian
Belajar
mempunyai arti lebih luas dari pada hanya mencapai pengertian. Ada proses
belajar yang berlangsung dengan otomatis tanpa pengertian. Seperti proses
belajar yang terjadi pada hewan. Umpamanya seekor anak kucing melatih diri cara
menangkap dengan menggunakan bela. Latihan cara menangkap itu dilakukannya
tanpa pengertian, tanpa menyadari apa maksud dan tujuan dari latihan itu. Pada
manusia, belajar semacam inipun terdapat pula.
Sebaliknya
ada pula pengertian yang tidak menimbulkan proses belajar. dengan mendapatkan
sesuatu pengertian tertentu, belum tentu seseorang kemudian berubah tingkah
lakunya. Belum tentu seseorang yang mengerti tentang sesuatu berarti
menjalankan/bersikap sesuai dengan pengertian yang telah dicapainya itu.
f.
Belajar dan
Menghafal/Mengingat
Menghafal/mengingat
tidak sama dengan belajar. Hafal atau ingat akan sesuatu belum menjamin bahwa
dengan demikian orang sudah belajar dalam arti yang sebenarnya. Sebab untuk
mengetahui sesuatu tidak cukup hanya dengan menghafal saja, tetapi harus dengan
pengertian.
Maksud
belajar ialah menyediakan pengalaman-pengalaman untuk menghadapi soal-soal di
masa depan. Jika statis, yang tidak berguna digunakan untuk adanya perubahan
dalam tingkah laku, sikap atau pengetahuan, maka dalam hal yang demikian tidak
terjadi proses belajar.
g.
Belajar dan Latihan
Persamaanya
ialah bahwa belajar dan latihan keduanyan dapat menyebabkan perubahan atau
proses dalam tingkah laku, sikap dan
pengetahuan. Akan tetapi antara keduanya terdapat pula perbedaan. Di dalam
praktek terdapat pula proses belajar yang terjadi tanpa latihan.
Contoh
: umpamanya seorang anak yang terbakar tangannya di dapur, sekali saja ia tahu
bahwa api itu panas. Jadi, belajar mempunyai arti yang lebih luas dari pada
latihan.
Ada pula belajar yang
hanya dengan pengertian saja, tanpa latihan. Seorang anak yang dibawa
berkarya-wisata ke pabrik gula umpamanya, dapat mengerti bagaimana proses
membuat gula. Juga cara belajar yang dilakukan oleh anak dari gurunya dengan
menggunakan audio visual aids atau alat-alat peraga.
Dilihat
dari sudut mendidik, belajar berarti perbaikan dalam tigkah laku dan
kecakapan-kecakapan (manusia), atau memperoleh kecakapan-kecakapan dan tingkah
laku yang baru. Jadi, perubahan/perbaikan yang terjadi dalam belajar itu
terutama ialah perubahan/perbaikan dari fungsi-fungsi psikis yang menjadi
syarat dan mendasari perbaikan tingkah laku dan kecakapan-kecakapan. Termasuk
didalamnya perubahan dalam pengetahuan, minat dan perhatian yang dibentuk oleh
tenaga-tenaga/fungsi-fungsi psikis dalam pribadi manusia.
0 komentar:
Posting Komentar